Reportase
Jogja PERSI EXPO 2017
“Medicolegal dalam Pelayanan Kesehatan: Menghadapi Tantangan di Era Keterbukaan”
The Alana Hotel Yogyakarta, 8 – 10 Mei 2017
Jogja-PKMK. Pada 8 hingga 10 Mei 2017 telah berlangsung Jogja PERSI EXPO 2017 yang diselenggarakan oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Daerah Istimewa Yogyakarta di Hotel Alana Yogyakarta. Acara yang meriah ini dibuka dengan acara pembukaan yang menampilkan tari-tarian Yogyakarta sebagai hiburan selamat datang bagi peserta Jogja PERSI EXPO 2017 yang berasal dari seluruh Indonesia.
Laporan ketua panitia, dr. Syafak Hanung, Sp.A, MPH menyampaikan bahwa Jogja PERSI EXPO 2017 diikuti oleh peserta seluruh Indonesia dan diselenggarakan juga pemeran dari produsen alat & bahan habis pakai serta exposed dari beberapa rumah sakit dalam rangka sponsorship kegiatan Jogja PERSI EXPO 2017. Hand hygiene dance, poster, dan video edukasi juga dilombakan dalam acara ini yang memeriahkan acara selama 3 hari.
Pengarahan disampaikan oleh ketua PERSI, dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes yang mengharapkan Jogja PERSI EXPO 2017 ini akan berlanjut untuk 2018, 2019 dan seterusnya, dengan mengusung tema yang sedang update pada masanya. Lebih lanjut dalam arahannya, isu-isu yang muncul pada saat ini harus disikapi rumah sakit di Indosesia dengan sangat bijak dan terus meningkatkan kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan kinerja manfaat. Isu itu antara lain terkait dengan bergesernya PDCA menjadi PDSA, hospital malnutrition, resistensi mikroba, dan sebagainya. Pada akhir pengarahannya ketua PERSI ini mengingatkan agar rumah sakit tidak terjebak dalam sikap asistensi terhadap perubahan ke arah yang lebih baik dengan menunggu juklak atau juknisnya dan tidak berbuat sesuatu apapun karena tidak ada dana yang disediakan untuk hal tersebut. Pada era perubahan cepat seperti ini, rumah sakit harus cepat pula mengambil sikap antisipatif terhadap perubahan-perubahan sehingga tetap survive dan tetap mengatamakan patient safety dalam pelayanan.
Sambutan dari Gubernur DIY yang diwakili oleh Asisten Sekretaris Daerah I, Drs. Sulistyo, SH, CN, MSi menyampaikan agar rumah sakit di seluruh Indonesia menyadari aspek medikolegal ini, karena masyarakat sudah semakin cerdas dan mudah mendapatkan informasi dari media cetak, elektronik maupun media lain dan dimungkinkan gugatan-gugatan yang bersifat perdata maupun pidana akan sangat mungkin bermunculan. Rumah sakit diharapkan lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan-kemungkinan munculnya masalah dalam medikolegal.
Selama 3 hari dalam Jogja PERSI EXPO 2017 dibahas berbagai topik diskusi dalam 5 papipurna dan 7 simposium pararel serta 1 sesi tentang branding marketing.
Paripurna I membahas tentang kompleksitas dilema klinis dalam mempengaruhi prinsip etik dan hukum di Indonesia dengan moderator dr.Siswanto S.Sp THT-KL, M.Hum, menghadirkan narasumber Prof.Dr. Siti Ismiyati Jenie, SH, CN membahas kompleksitas dilema klinis dalam mempengaruhi prinsip etik dan hukum di Indonesia. Lalu Prof. DR. dr. Agus Purwodianto, DFM, SH, M.Si, Sp.F (K) membahas penerapan etik medis dan hukum dalam memecahkan kompleksitas dilema klinis dalam pelayanan kesehatan. Terakhir dr. Damianus Sri Raharjo, Sp.An, KNA, NCC membahas pembelajaran dilema etik dan hukum atas kasus sengketa medis. Diskusi panel pada paripurna kedua ini mendiskusikan hak yang menarik antara lain kasus-kasus yang dialami oleh rumah sakit yang disampaikan oleh peserta dan membahas titik temu antara kasus hukum dan pelayanan kedokteran. Pelayanan kedokteran dan kesehatan pada umumnya seharusnya bersifat “inspaning verbintenis” artinya bahwa pelayanan kesehatan adalah upaya optimal yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam upaya penyembuhan, bukan “resultat verbintenis” dimana usaha yang menjanjikan hasil pasti dari sebuah upaya.
Paripurna II membahas tentang strategi menghadapi maraknya gugatan/tuntutan hukum dalam pelayanan kesehatan dengan moderator dr. Joko Murdiyanto, Sp. An, MPH. Pada paripurna ini Prof. dr. Budi Sampurno, DFM, SH, Sp.F, Sp.KP menyampaikan materi tentang optimalisasi peran PERSI dalam meminimalkan kasus sengketa medik. Sedangkan Dr. Efrila SH, MH dari sisi peran IDI. Paparan lain disampaikan oleh dr.Yanti Herman, SH, M.H. Kes mengenai kebijakan pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum kepada institusi pelayanan kesehatan pemerintah dan FL. Switi Andari, SH, MH tentang peran lembaga peradilan dalam memberikan perlindungan hukum kepada institusi pelayanan kesehatan terkait lex spesialis di bidang kesehatan. Diskusi panel yang membahas paripurna ini tidak kalah menariknya dimana sering terjadi beda kepentingan ketika terjadi sebuah kasus kelalaian pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit antara kepentingan para pelaku pelayanan sebagai seorang profesional dengan kepentingan rumah sakit sebagai institusi dimana dokter atau profesi pelayanan kesehatan yang lain mengalami tuntutan atau gugatan akibat sangkaan lalai dalam pelayanan. Diskusi lain adalah tentang peran mediasi yang sangat diperlukan untuk langkah awal dalam memfasilitasi sebuah gugatan agar didapatkan penyelesaian tanpa masuk dalam ranah peradilan hukum.
Acara malam berlanjut dengan gala dinner sambil menikmati sajian sendratari Ramayana di Purawisata Yogyakarta.
Pada hari ke-2 dilanjutkan dengan paripurna III yang membedah Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis dan strategi pemerataan dokter spesialis di Indonesia dengan moderator dr. Rukmono Siswishanto, Sp.OG (K), M.Kes. Narasumber pada paripurna ini adalah dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes mengenai strategi pemerataan dan pemenuhan dokter spesialis di Indonesia. dr. Donald Pardede membahas tantang wajib kerja dokter spesialis dan dilema penempatan/mendapatkan dokter spesialis di daerah. Kemudian drg. Maria Wea Betu, MPH sebagai direktur rumah sakit Bajawa, Nusa Tenggara Timur yang merepresentasikan daerah tertinggal memaparkan pengalaman kesulitan dan solusi untuk mendapatkan dokter spesialis. Diskusi panel dalam paripurna ini terdapat pendapat dari peserta seminar agar pemerintah lebih memperhatikan proses sejak seorang dokter dalam pendidikan awal sebagai doketr umum sampai dengan dokter spesialis dengan beasiswa misalnya, tidak hanya mewajibkan bekerja di daerah terpencil setelah lulus pendidikan spesialis. Pada tanggapan yang lain disepakati bahwa pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi seorang dokter spesialis ditempatkan pada suatu daerah tertinggal, jaminan pendidikan yang baik bagi keluarga terutama anak-anak menjadi alasan soerang dokter spesialis memutuskan untuk menetap dan mengabdi pada daerah tertinggal.
Paripurna IV, membedah PP No 28 Tahun 2016 yang menempatkan rumah sakit daerah sebagai UPT daerah di bawah dinas kesehatan dimoderatori oleh dr. Joko Hastaryo, M.Kes. Pada paripurna ini para narasumber adalah Maria Ivone Tarigan dari Direktorat Fasilitasi Kelembagaan dan Kepegawaian daerah, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah memaparkan tentang kebijakan RSUD sebagai UPT Daerah dan dr. R. Heru Aryadi, MPH. sebagai ketua ARSADA dengan topik Menakar Untung dan Rugi atas Persoalan Kebijakan RSUD sebagai UPT Daerah di bawah Dinas Kesehatan. Dalam diskusi panel tersampaikan diskusi yang menarik pada saat ini yaitu terjadinya kebingungan pelaksanaan PP tersebut di tiap daerah berbeda. Hal ini dikarenakan belum tuntasnya aturan tentang kelembagaan rumah sakit daerah. Setelah PP tersebut seharusnya dikuti terbitnya Perpres yang membahas tentang petunjuk teknis dan pelaksanaan lebih detail dari pelaksanaan sebagai UPT “otonom” yang dianggap sebagai nomenklatur baru yang sampai dengan sekarang belum jelas definisi operasionalnya.
Kemudian acara dilanjutkan dengan simposium pararel sejumlah 7 simposium dengan tema yang update pada saat ini. Peserta juga dibagi sesuai dengan minat ke dalam tema:
- Medicolegal.
Sub tema tentang konsep mediasi kesehatan oleh narasumber Sundoyo, SH, MKN, M.Hum dan Strategi Penyelesaian Sengketa Medis melalui mediasi kesehatan yang disampaikan oleh Banu Hermawan, SH.
- Academic Health System (AHS)
Pada tema ini dipaparkan tentang konsep AHS untuk pelayanan kesehatan komunitas yang lebih baik oleh Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD. Peran Rumah Sakit Vertical, Daerah maupun RS Swasta dalam pengembangan AHS oleh dr. Rukmono Siswishanto, M. Kes, Sp.OG (K) dan tantangan dalam pengembangan AHS saat ini terkait aspek legal/regulasi oleh drg .Taufiq, M. Kes.
- Sistem Informasi RS
Simposium SIRS mengetengahkan Electronic Medical Record yang dipaparkan oleh dr. IGN. Arya Sudemen, Bussines Intelegence oleh Aris Susanto, ST, MT. dan tentang Telemedicine yang disampaikan oleh dr. Idar Mapangara, Sp.PD. Sp.JP.
- Global Green and Healthy Hospital
Materi simposium ini meliputi penerapan kebijakan green hospital di rumah sakit yang dipaparkan oleh dr. Andi Saguni, MA dan PROPER sebagai upaya penataan regulasi lingkungan oleh A. Ruruh Haryata, SH, ST. M.Kes.
- Pengedalian Resistensi Anti Mikroba
Pengendalian resistensi mikroba dinjau dari PPRA dan PPI yang disampaikan oleh Sri Purwaningsih, S.Kep, Ns, ditinjau dari aspek laboratorium oleh dr. Osmar Sianipar, DMM, M.Sc, Sp.PK (K) dan tinjauan aspek peran akademisi oleh narasumber dr. Budiono Santoso, Ph.D.
- Jenjang Karir dan Remunerasi Perawat
Simposium ini mengetengahkan penataan Jenjang karir perawat di rumah sakit yang disampaikan oleh Dr. Prayetni, S.Kep, M.Kep. Jenjang karir Perawat Indonesia oleh Drs.Kirnantoro, SKM, M.Kes dan penyampaian pengalaman implementasi jenjang karir perawat di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta oleh Kepala Bidang Keperawatan, Endri Astuti, S.Kep, Ns, MPH.
- Return to work
Simposium ini dipaparkan tema Return to Work : apa dan untuk siapa oleh dr. Ida Christian Tantia. Penyakit Akibat Kerja: Pencegahan, Penanggulangan dan Kompensasinya dipaparkan oleh dr. Sudi Astono, MS, Peran Unit K3 RS untuk program return to work disampaikan oleh dr. Erdy Techrisna Satyadi, MARS, MKK. Serta materi terakhir adalah Peran Rehabilitasi Medis dalam Program Return to Work dengan narasumber dr. Pujiatun, Sp. KFR.
Hari ketiga Jogja PERSI EXPO 2017 menampilkan Prof. Dr. M. Suyanto, MM yang memberikan paparan tentang Branding Marketing : melejitkan brand dalam negeri untuk menggapai pasar luar negeri, dengan memaparkan bagaimana beliau mengelola perguruan tinggi AMIKOM Yogyakarta dari nol hingga saat ini. Semangat bersaing di era global dan berani bersaing dengan orang asing di luar negeri sangat dibutuhkan di samping selalu belajar dan memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Tidak kalah pentingnya adalah penggunaan media sosial yang tidak mengenal batas negara dan batas wilayah menjadikan brand kita dapat melejit dan menggapai pasaran di luar negeri. Menanggapi banyak pertanyaan peserta, Prof. Suyanto menekankan dalam membangun dan memasarkan brand rumah sakit maka terbaik yang bisa dilakukan adalah berkomitmen dan melakukan pelayanan yang terbaik yang bisa diberikan kepada masyarakat, maka secara tradisional pelayanan yang baik akan disebarkan oleh masyarakat dari mulut ke mulut. Model branding dari mulut ke mulut inilah yang paling efektif untuk saat ini bagi rumah sakit, di samping tentu saja ada internet, iklan dan sebagainya.
Setelah break pagi, Paripurna V membahas masalah penelitian klinis, sponsorship versus gratifikasi. Sebagai moderator adalah dr. Mulyo Hartono, Sp.PD dan narasumber pada paripurna terakhir ini adalah dr. Purwadi Apt, MM, ME mengenai pengendalian gratifikasi dalam peningkatan kompetensi klinis dan dari Komisi Pemebrantasan Korupsi yang membahas Sponsorship vs Gratifikasi. Diskusi panel pada paripurna ini tidak kalah seru dengan paripurna sebelumnya. Pemberian uang dan fasilitas yang yang diberikan oleh rekanan adalah termasuk gratifikasi dan pada jumlah tertentu wajib dilaporkan kepada KPK agar tidak dianggap sebagai bentuk korupsi akibat jabatan tertentu yang dipegang oleh penyelenggara negara ataupun ASN sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat.
Akhir dari seluruh acara Jogja PERSI EXPO 2017 adalah lomba-lomba yang berlangsung juga selama 3 hari diselenggarakan disamping kegiatan seminar dan symposium, berikut hasil lomba Jogja PERSI EXPO 2017:
- Juara lomba hand hygiene dance direbut oleh tim dari RS. Sardjito Yogyakarta.
- Juara lomba video edukasi jatuh pada tim dari RS. Santa Elisabeth Ganjuran Yogyakarta.
- Juara lomba poster adalah tim dari RSUD Wonosari Gunungkidul.
Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan tarian HH dance dari RS. Sardjito Yogyakarta.
Reporter : Tri Yuni Rahmanto
Bolehkah saya bisa mendapatkan materi (Sistem Informasi RS) Simposium SIRS mengetengahkan Electronic Medical Record yang dipaparkan oleh dr. IGN. Arya Sudemen, Bussines Intelegence oleh Aris Susanto, ST, MT. dan tentang Telemedicine yang disampaikan oleh dr. Idar Mapangara, Sp.PD. Sp.JP. sekian. terima kasih.