Hasil monev PML November 2014 dipaparkan oleh Derty Koroh, SKM, MPH yang lebih banyak menyoroti program wajib, program tambahan, implementasi BLUD, progres persiapan BLUD, dan implementasi billing system. Dari kesembilan RSUD banyak yang menunjukkan kemajuan namun ada pula yang stagnan. RSUD Bajawa mengalami kemajuan melalui penerapan program PML yaitu mendapatkan akreditasi, penetapan Kelas C, dan sudah menerapkan billing system meskipun baru di IRJA. Selain itu rumah sakit ini perlu segera menerapkan BLUD, serta mengimplementasikan billing system di unit-unit pelayanan yang lain. Untuk RSUD Ende hampir semua program wajib telah terpenuhi, kecuali penataan aset. Untuk itu program PML perlu diteruskan dengan melibakan masyarakat dan mitra lainnya, menghapus aset yang tidak terpakai, dan membudayakan respon cepat ke seluruh staf rumah sakit.
RSUD Kefamenanu sudah menyelesaikan seluruh program wajib kecuali BLUD dan ditargetkan tahun ini ditetapkan sebagai PPK BLUD. Rumah sakit perlu memiliki tenaga spesialis sendiri, segera menyiapkan re-akreditasi, dan mengoptimalkan billing system. Untuk RSUD Larantuka perlu lebih proaktif berkomunikasi untuk ditetapkan sebagai RS Kelas C. Implementasi BLUD perlu didukung oleh payung hukum agar RSUD bisa lebih optimal dalam memberikan pelayanan publik. RSUD Lewoleba belum menyelesaikan penataan aset, belum memenuhi syarat Kelas C dan belum ditetapkan sebagai BLUD. Diharapkan RSUD Lewoleba perlu meningkatkan komunikasi dan upaya untuk memenuhi hal-hal tersebut diatas.
RSUD Ruteng perlu lebih proaktif berkomunikasi untuk ditetapkan sebagai RS Kelas C. Implementasi BLUD perlu didukung oleh payung hukum agar RSUD dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan publik. RSUD Soe belum menyelesaikan proses menjadi BLUD dan menata aset, serta status terakreditasi akan segera berakhir. Oleh karena itu, RSUD Soe perlu meningkatkan upaya untuk menjadi BLUD dan menyiapkan reakreditasi. Untuk RSUD Waikabubak sudah mengalami kemajuan dalam hal manajemen dan kepemimpinan. Namun masih perlu meningkatkan kinerja BLUD (pencapaian SPM dan RSB/RBA) dan perlu meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang lebih baik antara manajemen dengan klinisi. Sedangkan untuk RSUD Umbu Rara Meha kinerja sudah melampau yang targetkan. Namun masih perlu membenahi sumber daya untuk billing system dan mengagendakan pertemuan evaluasi pencapaian target SPM.
Sedangkan refleksi PML yang sudah dilakukan beberapa tahun ini dipaparkan oleh Putu Eka Andayani, SKM, MKes memberikan gambaran bahwa sebagian besar tujuan PML tercapai, sebagian besar menyentuh aspek budaya organisasi, dan terdapat peningkatan kapasitas SDM. RSUD sudah mulai konsisten dalam menyediakan pelayanan kesehatan medis spesialistik sesuai dengan tipe RS, kunjungan pasien cederung meningkat, namun probabilitas terjadinya kematian di RS juga meningkat.
Selain itu pengelolaan aset secara administratif sudah baik namun secara faktual belum terorganisir. Sepanjang pelaksanaan PML, ada banyak pelatihan yang ditujukan bagi tenaga fungsional (klinis) maupun tenaga struktural (manajerial) dan perbaikan sistem operasional. Kemungkinan besar perbaikan dan ketersediaan pelayanan di RSUD telah menarik masyarakat untuk menggunakan faskes, khususnya rumah sakit. Meskipun kegiatan PML belum mampu mendukung tercapainya output SH yang memuaskan, namun secara keseluruhan program ini sudah memberikan landasan untuk pelaksanaan pelayanan yang lebih baik. Program PML perlu diteruskan agar tujuan SH yaitu menurunkan angka kematian ibu dan bayi benar-benar dapat dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan dukungan dari stakeholders kunci (Pemda, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten serta staf RSUD) yang berkesinambungan untuk mendukung program PML.