WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG – Kasus gagal ginjal anak tengah marak terjadi di masyarakat dalam beberapa waktu terakhir ini. Salah satunya kabar adanya 60 kasus gagal ginjal anak yang tengah menjalani prosedur cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Diketahui, jumlah penyakit gagal ginjal anak di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 439 kasus pada 2023. Hal itu berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kendati demikian penyakit yang banyak menyerang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) itu dan usia remaja belum terdapat di wilayah Kota Tangerang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni memastikan kasus gagal ginjal anak di daerahnya masih nihil.
“Berdasarkan informasi yang kami terima, Alhamdulillah sampai hari ini tidak ada laporan masuk mengenai kasus penyakit gagal ginjal anak,” ujar Dini kepada TribunTangerang.com, Rabu (11/9/2024) lalu.
Lebih lanjut Dini menjelaskan, pihaknya telah mengantisipasi masuknya penyakit memprihatinkan tersebut menyerang warganya.
Bahkan sejak Tahun 2023 lalu, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang telah disiapkan sebagai fasilitas kesehatan rujukan apabila anak-anak yang mengalami penyakit gagal ginjal.
“Untuk rumah sakit rujukan, kami masih menetapkan RSUD Kota Tangerang sebagai rujukan dan sudah dari tahun lalu,” kata dia.
Dini menambahkan, meningkatnya jumlah pasien cuci darah dari kalangan anak-anak tidak selalu berkaitan dengan penyakit gagal ginjal.
Sebab cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan yang menyaring limbah dan cairan dari darah, mirip dengan fungsi ginjal.
Oleh karena itu cuci darah ditujukan untuk mencegah penumpukan racun dalam tubuh akibat kerusakan ginjal. Hal tersebut kerap direkomendasikan bagi pasien gagal ginjal kronis atau ketika fungsi menurun hingga sebanyak 15 persen.
“Masyarakat perlu paham apa itu cuci darah dan mengapa banyak anak melakukan cuci darah belakangan ini, selain menyaring dan mengeluarkan racun di tubuh, hemodialisis juga membantu menyeimbangkan mineral penting seperti kalsium, kalium dan natrium serta mengontrol tekanan darah,” paparnya.
“Tujuan cuci darah membantu ginjal menjalankan fungsinya dalam tubuh, jika pasien gagal ginjal tidak menjalani transplantasi, prosedur ini perlu dilakukan secara rutin dan kerusakan ginjal juga dapat dicegah dengan melakukan skrining fungsi ginjal sebelum terlambar,” ungkapnya.
Gaya hidup sehat
Menyikapi ramainya isu perihal gagal ginjal pada anak tersebut Dinas Kesehatan Kota Tangerang mulai mempromosikan gaya hidup sehat di sekolah-sekolah dengan membentuk inspektur pangan cilik. Pelatihan Inspektur Pangan Cilik tersebut telah dilaksanakan dengan diikuti oleh 50 siswa-siswi, pada Senin (26/8/24) lalu.
Inovasi pembentukan inspektur pangan cilik itu merupakan langkah strategi untuk menjangkau seluruh lapisan sekolah melalui peran aktif siswa dalam menjaga lingkungan sekolah yang sehat.
“Inspektur Pangan Cilik merupakan perpanjangan tangan dinas kesehatan dan puskesmas dalam menciptakan budaya hidup sehat di kalangan pelajar, sehingga generasi muda Kota Tangerang tumbuh menjadi generasi yang sehat dan produktif,” tuturnya.
Menurut Dini, Inspektur Pangan Cilik tersebut berperan aktif dalam mempromosikan gaya hidup sehat, melalui asupan pangan yang sehat.
Program tersebut diharapkan mampu membentuk kantin sehat di sekolah-sekolah, serta membantu dalam monitoring program Makan Bergizi Gratis yang tengah dilaksanakan pemerintah.
Para inspektur pangan cilik itu bertugas untuk melakukan inspeksi rutin setiap tiga bulan sekali dan mengisi formulir terkait kondisi kantin serta kepatuhan terhadap standar kesehatan yang kemudian diserahkan kepada puskesmas setempat.
“Para Inspektur Pangan Cilik ini tidak hanya menjadi teladan bagi teman-temannya, tetapi juga akan berfungsi sebagai informan dan pengawas di lingkungan sekolah masing-masing,” ucapnya.
“Dengan tugas tersebut, diharapkan bahwa kualitas pangan di kantin sekolah dapat terus terjaga, serta program Makan Bergizi Gratis dapat terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa-siswi,” jelas dr. Dini Anggraeni. (m28)
Sumber: wartakota.tribunnews.com