RADAR JOGJA – RSUD Panembahan Senopati Bantul klaim belum bisa melakukan tes untuk virus Japanese enchepalitis (JE). Hal itu diungkapkan oleh Kepala Bagian Hukum Pemasaran dan Pendidikan RSUD Panembahan Senopati Harini Dewanti.
Namun, lanjutnya, langkah awal hanya akan dilakukan adalah pengobatan simptomatik. Yakni pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi keluhan, tanpa melihat penyakit utama yang menyebabkan keluhan tersebut timbul. “Apabila perlu penegakan diagnosa, ya dirujuk,” ungkapnya Senin (4/12).
Sampai saat ini, kata Dewanti, dia belum mengetahui adanya kasus JE di rumah sakitnya dari bidang pelayanan medis (yanmed). Dan selama ini, juga tidak ada bahasan terkait hal tersebut. “Saya belum ada laporan soal kasus itu,” sebutnya.
Disinggung terkait fasilitas perawatan jika adanya kasus virus culex, Dewanti belum bisa memberikan komentar lebih. “Karena harus koordinasi ke yanmed dulu,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul Agus Tri Widiyantara menyebut, gejala yang ditimbulkan setelah terinfeksi virus JE adalah infeksi sistemik. “Ada panas, kemudian tidak enak di badan. Tapi, (gejala, Red) kejang juga lebih dominan,” ucapnya.
Meski belum ada kasus di Bantul, edukasi gejala dan antisipasi tetap dilakukan. Apabila ada kasus dengan gejala-gejala yang menuju ke arah JE, masyarakat diimbau melakukan penanganan lebih lanjut. “Jadi jangan sampai nanti ada orang yang sudah terlanjur (terpapar kasus JE, Red) menjadi lebih berat,” sambung Agus.
Bahkan rencananya, Dinkes Bantul akan menyelenggarakan imunisasi massal virus JE untuk bayi usia sembulan bulan. Hanya saja, program ini masih menunggu ketersediaan vaksin yang diprediksi akan ada pada Oktober 2024. (tyo/eno)
Sumber: radarjogja.jawapos.com