Klungkung – Bali yang memiliki pengobatan tradisional sebagai kearifan lokal, saat ini sudah mulai diterapkan di sejumlah rumah sakit sebagai wujud dari wellness tourism atau wisata khusus bidang pengobatan tradisional. Tidak hanya itu, pengobatan tradisional hingga saat ini masih dipergunakan tidak hanya warga pedesaan namun masyarakat modern.
Di Kabupaten Klungkung, layanan pengobatan tradisional ini sudah diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Klungkung, tepatnya di Gedung Paviliun VVIP RSUD Klungkung. Pengobatan tradisional ini sudah berjalan sejak April 2023.
Robin Martilo Djajadi, selaku dokter spesialis akupunktur medik di klinik layanan kesehatan tradisional integrasi RSUD Klungkung mengatakan antusias untuk pengobatan tradisional ini cukup tinggi sejak awal dibuka. Khususnya untuk akupunktur medik.
“Dibuka setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Dari April lalu (dibuka) dengan layanan pengobatan tradisional akupuntur, namun sudah diadopsi sebagai pengobatan medis (pengobatan barat). Dalam pengobatannya tidak hanya tusuk jarum, tapi ada diagnosa penyakitnya, sembuhnya berapa lama, cara terapi, dan prosedur lainnya sesuai medik barat,” jelas dokter Robin, beberapa waktu lalu.
Penanganan medis dengan menggunakan sistem tusuk jarum ini sudah banyak diterapkan. Di antaranya masalah saraf, nyeri, masalah fungsional, insomnia, kecemasan, psikis, dan juga membantu program hamil.
“Kami tetapkan juga program ibu hamil di sini, seperti pada klinik yang saya buka di daerah Batubulan, Gianyar, dan di Nusa Dua, Badung. Banyak sudah terbukti keberhasilannya melalui terapi akupunktur medik ini,” imbuh lulusan kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini.
Sementara, Direktur RSUD Klungkung I Nengah Winata mengatakan pelayanan tradisional untuk RSUD Klungkung dikolaborasikan dengan sistem medis. Di mana pelayanan tradisional juga diberikan pemahaman kepada pasien secara medisnya.
“Jika akupunktur untuk pengobatan penyakit tertentu mungkin tidak bisa sekali dua kali, tapi bisa lebih tergantung kondisi pasien. Utamanya kelainan saraf, fungsi hormonal, penurunan berat badan, hingga program kehamilan. Sedangkan untuk nyeri mungkin bisa sekali saja sisanya pasiennya harus tetap menjaga kesehatan sesuai arahan dari dokternya,” jelasnya.
Winata mengaku sudah mencoba akupunktur ini untuk mengobati nyeri pinggulnya dan setelah terapi sekitar 30 menit sakit nyeri mereda. Selain akupuntur, saat ini sejumlah dokter sudah melakukan pelatihan untuk layanan lain, seperti akupresur atau pijat untuk bayi hingga terapi prana yang saat ini sedang dikembangkan.
Pengobatan Magis (Niskala) Belum Diterapkan
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Klungkung Gusti Ayu Ratna Dwijawati mengatakan pelayanan pengobatan tradisional dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 55 tahun 2019 tentang Layanan Tradisional. Di Klungkung, baru RSUD Klungkung yang sudah melaksanakan dan itupun belum bisa berjalan penuh karena masih buka tiga kali dalam seminggu.
“Pengobatan tradisional yang sudah diterapkan di Klungkung adalah akupunktur, pengobatan prana, hingga akupresur atau pijat bayi. Sementara obatnya disesuaikan dengan dokter yang menangani,” kata Ratna.
Untuk pengobatan niskala (magis) dengan metode penerapan oleh balian (dukun) hingga saat ini masih belum bisa dilaksanakan. Penyebanya karena memerlukan koordinasi yang baik antara pihak rumah sakit dengan para penekun spiritual itu.
Ratna menyebut yang menjadi masalah salah satunya ada pada diagnosis. Yakni cara memastikan secara medis dari diagnosis pengobatan niskala.
“Selanjutnya obat apa yang akan digunakan, itu masih belum pasti. Sehingga hingga saat ini walaupun Pergub sudah ada sejak 2019, namun belum bisa juga diterapkan,” tegas Ratna.
Sumber: www.detik.com