JAYAPURA (PB.COM)—Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, M.Kes mengapresiasi kinerja yang ditunjukkan stafnya di bagian Instaslasi Farmasi yang telah mendukung dirinya untuk membenahi sistem pengadaan obat-obatan, bahan habis pakai (BHP), dan alat kesehatan (Alkes) yang sebelumnya carut marut.
“Saya lihat ada perubahan yang bagus, dimana masyarakat sudah tidak dibiarkan bawa resep ke luar cari obat-obatan sendiri. Terima kasih dan apresiasi saya sampaian kepada tim Instalasi Farmasi dan bagian-bagian terkait. Kita kerja harus tertib untuk kembalikan hak pasien, terutama Orang Asli Papua agar bisa nyaman berobat di sini, menikmati fasilitas pelayanan kita, dan cepat sembuh,” kata Aloysius Giyai saat memberikan amanat pada apel pagi bersama ratusan staf di lingkup RSUD Jayapura, Senin, 31 Juli 2023.
Menurut Aloysius, sejak resmi memimpin RSUD Jayapura pasca pengaktifan kembali jabatannya oleh Plh. Gubernur Papua per 3 Mei 2023, ia telah mendengar banyak masukan dan keluhan pasien terkait buruknya sistem penyediaan obat dan BHP di rumah sakit itu. Ia pun langsung tim verifikasi obat.
“Saya tugaskan tim verifikasi ini menaikkan surat ke pimpinan, baik direktur atau wakil direktur untuk membenahi mekanisme pengadaan obat secara benar. Baik dari perencanaan, kebutuhan, distribusi di unit layanan, dan pemanfaatan di ruangan itu harus berkolerasi. Jadi harus dibangun koordinasi secara baik. Apa yang dibeli itu datang dari kebutuhan ruangan,” tutur Aloysius.
Selain itu, Aloysius menegaskan, sejak Mei 2023, ia meminta tim verifikasi obat ini bersama bagian Intalasi Farmasi untuk memperbaiki manajemennya, dan tidak boleh lagi mengeluarkan resep dan membiarkan para pasien atau keluarganya mencari obat-obatan sendiri di luar rumah sakit. Terutama pasien Orang Asli Papua tidak mampu, baik peserta BPJS maupun bukan alias belum memiliki E-KTP,
“Tidak boleh ada lagi masyarakat yang bawa resep kemana-mana mencari dan membeli obat sendiri. Sebab semua obat dan BHP harus menjadi tanggung jawab manajemen tanggungjawab RSUD Jayapura. Tidak boleh tunda hanya karena mereka belum bayar. Saya ingatkan lagi! Bagi pasien Orang Asli Papua yang tidak mampu yang belum ada kartu BPJS ataupun sudah memiliki kartu BPJS, seluruh obat atau BHP ditanggung oleh manajemen rumah sakit,” tegas Aloysius.
Mantan Direktur RSUD Abepura ini mengisahkan, ia benar-benar menggenjot kerja tim verifikasi ini sejak awal Mei 2023. Termasuk memverifikasi pembayaran tagihan pihak ketiga yang mengadakan obat-obatan ini.
Sebelum tagihan diproses, tim verifikasi akan turun di gudang dan melihat berita acaranya. Misalnya, dari 100 paket pengadaan, terdapat 50 paket ke unit layanan. Maka tim akan menelusuri ke unit layanan itu untuk mengetahui, dari jumlah yang ada sudah terpakai oleh pasien berapa dan berapa pula yang tersisa di ruangan.
“Hasilnya, akhir Mei itu kami ditemukan ada yang mark up pengadaan. Jika ini terus terjadi, tidak akan terjadi efisisiensi keuangan. Yang terjadi malah pemborosan keuangan negara. Saya akan minta HPS-nya diubah, tidak terkecuali apapun pekerjaan yang ditagih, apalagi obat-obatan, BHP dan reagen,” tegas Aloysius
Persediaan Obat Aman
Kepala Instalasi Farmasi RSUD Jayapura, Apt. Alex Min Christian dikonfirmasi media menegaskan, saat ini stok obat-obatan, BHP dan Alkes di rumah sakit rujukan tertinggi di Papua ini, sudah ada dan stabil. Pasien sudah tidak lagi diberi resep untuk mencari obat-obatan di luar rumah sakit.
“Sekarang obat-obatan sudah masuk, stabil, dan BHP juga sudah ada tambahan. Mudah-mudahan ke depan bertahan begini terus sehingga pasien-pasien juga tidak mencari obat di luar rumah sakit lagi. Kami usahakan agar obat yang dibutuhkan selalu tetap ada di rumah sakit,” kata Alex, Senin, 31 Mei 2023.
Menurut Alex, terdapat tujuh Depo Farmasi yang disediakan RSUD Jayapura di sejumlah unit pelayanan yakni IGD, Instalasi Rawat Jalan, Gedung MCC, Kamar Operasi, ICU, Gedung Jantung Terpadu dan VCT. Sementara itu, terdapat dua apotek mitra yang juga tersedia di RSUD Jayapura yakni Apotek Kimia Farma dan Apotek Segar.
“Kami juga berterima kepada Direktur RSUD Jayapura karena selalu mendukung kami untuk menyediakan obat dan Alkes untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pasien tidak lagi ke sana-kemari untuk mencari obat dan Alkes. Dan memang saat ini pasien lagi meningkat sehingga kebutuhan obat dan Alkes juga tinggi. Dan apa yang kami butuhkan terkait obat dan Alkes, Bapa Direktur cepat respon memberi dukungan dan memfasilitasi kami untuk diadakan,” tegas Alex.
Ketua LSM Wadah Generasi Anak Bangsa (WGAB), Yerry Basri Mak, SH yang selalu memantau perkembangan pelayanan di RSUD Jayapura mengapresiasi tangan diri seorang drg. Aloysius Giyai, M.Kes yang berhasil mengatasi semua carut maru pelayanan di RSUD Jayapura sejak awal memimpin kembali rumah sakit rujukan tertinggi di Papua itu.
Menurut Yerry, selain persoalan obat-obatan, dalam catatannya ada sejumlah masalah yang sudah berhasil diatasi oleh Aloysius Giyai hanya dalam dua bulan kepemimpinannya. Mulai dari pembayaran jasa medis yang sebelumnya tertunggak, membangun kerjasama dengan sejumlah Pemda untuk pasien rujukan, penertiban disiplin pegawai, penghentian portal rumah sakit, membangun kerjasama KSO dengan Nobel Audiology Center, dan mengatasi sejumlah keluhan di unit-unit layanan.
“Pemimpin seperti ini yang dibutuhkan rakyat Papua, merangkul staf dan bawahan, dan mengorganisir mereka sebagai rekan kerja untuk melayani masyarakat. Dia sudah buktikan itu sejak dari menjabat RSUD Abepura. Tentunya kami juga akan terus memberikan masukan dan kritik konstruktif kepada beliau dan manajemen agar pelayanan yang masih kurang bisa diperhatikan ke depan,” tegas Yerry. (Gusty Masan Raya)
Sumber: papuabangkit.com