HARI Vitiligo Sedunia diperingati setiap 25 Juni. RSUD Prof dr Soekandar menggelar kegiatan seminar dan edukasi terkait penyakit ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit vitiligo yang langka dan seolah terlupakan.
Berlangsung di depan Poli Kulit RSUD Prof dr Soekandar, kemarin (26/6) masyarakat mendapatkan edukasi mengenai penyakit vitiligo. Dokter umum RSUD Prof dr Soekandar dr Rahma Isti Kusyadi mengatakan, penyakit kronis ini ditandai dengan warna kulit memudar. Tak hanya menyerang area permukaan kulit yang terlihat dari luar. ’’Vitiligo juga bisa terjadi di area dalam seperti mulut, mata, dan rambut,’’ ujarnya.
Pada penderita vitiligo, sel pigmen tubuh berhenti memproduksi warna atau pigmen tubuh. Kondisi ini memunculkan bercak putih pada kulit atau uban pada rambut. Rahma menambahkan, ada sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab penyakit ini. Di antaranya kelainan genetik, penyakit autoimun, stres, dan paparan sinar matahari berlebih. ’’Kasus vitiligo sendiri diperkirakan terjadi pada 1 dari 1.000 orang. Penyakit ini terbilang langka, sehingga seolah ’’dilupakan’’,’’ imbuhnya.
Berbagai dampak dirasakan oleh penderita vitiligo. Selain mengganggu fisik, vitiligo juga dapat mempengaruhi keadaan psikologis, serta berdampak terhadap kualitas hidup penderita. ’’Dampak gangguan ini sangat serius bagi banyak penderita. Banyak di antara mereka merasa malu, kurang percaya diri, dan terisolasi dalam kehidupan sosial,’’ sambung dr Alifianisa Maghfira.
Sedangkan untuk upaya pengobatan, Nisa menambahkan pasien vitiligo bisa menjalani terapi secara topikal. Yakni dengan menggunakan krim atau tabir surya yang membantu mengatasi virtiligo. ’’Hal itu untuk mencegah agar kulit tidak mudah terbakar sinar matahari,’’ kata dia. Selain itu, pasien juga bisa menjalani fototerapi UVB untuk membantu repigmentasi pada kulit. (oce/fen)
Sumber: jawapos.com