Mojokerto – Pendapatan RSUD Prof dr Soekandar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2022 saja, pendapatan rumah sakit milik Pemkab Mojokerto ini mencapai Rp 147 miliar. Ternyata salah satunya bersumber dari perawatan pasien COVID-19.
Direktur RSUD Prof dr Soekandar dr Djalu Naskutub mengatakan, naiknya pendapatan rumah sakit pelat merah ini bisa dilihat dari tahun 2019 sampai 2022. Yaitu dari Rp 71.045.457.331 di tahun 2019, Rp 104.204.194.292 tahun 2020, Rp 112.481.536.685 tahun 2021, lalu naik drastis Rp 147.338.046.229 tahun 2022.
Lonjakan pendapatan dalam 4 tahun terakhir, lanjut dr Djalu, karena peningkatan mutu layanan kesehatan di RSUD Prof dr Soekandar. Selain itu, tingginya pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ini disumbang jasa perawatan terhadap pasien COVID-19 yang membludak tahun 2020-2021.
“Tahun 2020 kan ada pandemi COVID-19. Biaya perawatan pasien COVID-19 tidak langsung dibayar pemerintah pusat (Kemenkes). Bayarnya tahun 2021 dan 2022. Sehingga pendapatan kami tahun 2021 dan 2022 tinggi karena ada klaim perawatan pasien COVID-19,” kata dr Djalu kepada detikJatim di kantornya, Jalan Hayam Wuruk nomor 25, Mojosari, Mojokerto, Rabu (12/4/2023).
Sebagai contoh tahun lalu, target pendapatan RSUD Prof dr Soekandar di angka Rp 80 miliar setahun. Sampai bulan Juni, target dinaikkan menjadi Rp 111 miliar. Ternyata di akhir 2022, realisasi pendapatan justru menembus Rp 147 miliar lebih.
“Jadi, yang Rp 31 miliar adalah klaim biaya perawatan pasien COVID-19 tahun 2020 dan 2021. Sisanya murni pendapatan kami di luar COVID-19. Tahun 2023 ini sudah tidak ada klaim biaya perawatan pasien COVID-19,” jelas dr Djalu.
Meski begitu, kata dr Djalu, target pendapatan RSUD Prof dr Soekandar tetap dinaikkan di tahun 2023 menjadi Rp 85 miliar. Realisasinya 3 bulan terakhir menunjukkan tren positif, yaitu sudah mencapai Rp 26.005.969.279 atau 30,6 persen dari target. Rinciannya Januari Rp 8.403.443.032, Februari Rp 8.611.020.404, serta Maret Rp 9.009.827.548.
Pendapatan paling besar triwulan pertama tahun ini bersumber dari instalasi bedah sentral Rp 4.119.758.750. Disusul instalasi hemodialisis Rp 3.667.050.000, instalasi rawat inap Rp 3.148.988.304, instalasi rawat jalan Rp 2.410.122.910, instalasi gawat darurat (IGD) Rp 1.480.365.076, serta instalasi perawatan intensif Rp 518.667.800 dan poliklinik eksekutif Rp 96.535.950.
“Juni nanti ketika target perubahan, rencana target tahun ini kami naikkan menjadi Rp 100 miliar,” ungkapnya.
Untuk mencapai target tersebut, tambah dr Djalu, pihaknya menghadapi tantangan besar. Tantangan tersebut berupa proyek pembangunan IGD terpadu dan poliklinik terpadu yang akan bergulir tahun ini. Di sisi lain, kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto bersama BPJS Kesehatan dinilai cukup membantu upaya mendongkrak pendapatan.
Pertama, pasien warga Kabupaten Mojokerto wajib dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit di wilayah Kabupaten Mojokero pula. Kedua, rumah sakit tipe B seperti RSUD Prof dr Soekandar bisa langsung menerima pasien yang dirujuk oleh puskesmas. Sehingga semakin banyak pasien yang dilayani rumah sakit milik Pemkab Mojokerto itu.
Kian banyaknya pasien yang dirujuk ke RSUD Prof dr Soekandar pun diiringi dengan peningkatan kualitas layanan kesehatan, fasilitas rumah sakit, serta kompetensi sumber daya manusia (SDM). Ditambah lagi masyarakat kiat dimudahkan dengan inovasi pendaftaran pasien online yang sudah diterapkan sejak Februari lalu.
“Pendapatan 2023 berpotensi turun ketika pembangunan IGD dan poliklinik terpadu berjalan. Karena bisa membuat pasien terganggu oleh debu atau bisingnya proyek. Pengalaman dulu saat membangun gedung tengah ini, pendapatan turun sampai Rp 5 miliar,” tandasnya.
RSUD Prof dr Soekandar berdiri di atas lahan seluas 17.426 meter persegi dengan luas bangunan 32.102,5 meter persegi. Rumah sakit tipe B ini mempunyai 224 tempat tidur. Terdiri dari 8 VIP, 32 kelas 1, 44 kelas 2, 110 kelas 3, 10 IPI dan 20 NICU.
Sumber: detik.com