Perilaku pasien Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) terhadap Telerehabilitation di Denmark: Studi Kasus Kualitatif Lintas Sektor
Birthe Dinesen 1,*, Lotte Huniche 2,†and Egon Toft 3,†
1 Telehealth Laboratory, Integrative Neuroscience Research Group, Center for Sensory-Motor Interaction, Department of Health Science and Technology, Faculty of Medicine, Aalborg University, Fredrik Bajers Vej 7 D3, Aalborg DK-9220, Denmark 2 Institute of Public Health, University of Southern Denmark, J.B. Winsloews Vej 9, Odense DK-5000, Denmark 3 Department of Health Science and Technology, Faculty of Medicine, Aalborg University, Niels Jernes Vej 10, Aalborg DK-9920, Denmark † These authors contributed equally to this work.
* Author to whom correspondence should be addressed.
Received: 31 August 2013; in revised form: 11 November 2013 / Accepted: 12 November 2013 / Published: 15 November 2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan perilaku pasien terhadap tele-rehabilitasi di Denmark. TELEKAT (Tele-homecare untuk pasien kronis dengan sistem kesehatan terpadu) adalah sistem yang dikembangkan untuk lebih memahami perilaku pasien saat melakukan kegiatan tele-rehabilitasi di lingkungan rumah. Sebanyak 111 pasien COPD yang dilibatkan dalam penelitian ini, dan mereka secara acak dibagi ke dalam kelompok intervensi (n = 60) dan kelompok kontrol (n = 51). Desain non acak digunakan untuk menganalisis perspektif kualitatif perilaku pasien terhadap tele-rehabilitasi. Dari kelompok intervensi, dipilih 22 pasien COPD untuk wawancara kualitatif dan observasi partisipatif di rumah mereka. Kerangka teoritis untuk studi ini didasarkan pada teori dan “peran masyarakat untuk berpraktek”. Pendekatan ini terinspirasi oleh Etienne Wenger. Pasien COPD menunjukkan empat jenis perilaku terkait tele-rehabilitasi: ketidakpedulian, belajar sebagai bagian dari situasi kehidupan sehari-hari, merasa aman dan termotivasi untuk melakukan latihan fisik. Para pasien mengungkapkan pandangan mereka bahwa antara perilaku ini tergantung pada keadaan fisik dan emosional yang mereka lakukan.
Kesimpulan: Metode yang dilakukan oleh para pasien COPD, keluarga dan profesional kesehatan ini telah menciptakan sebuah komunitas tele-rehabilitasi diseluruh sektor, dimana semua ynag terlibat dapat saling bertukar pengalaman, cerita dan strategi untuk bagaimana mengelola dan melakukan rehabilitasi di rumah. Sistem ini cukup menggunakan teknologi nirkabel, monitor tele-health (Mymedic/Mymedic plus) dikumpulkan dan data yang ditransmisikan melalui saluran tersendiri. Data dikirim ke sebuah portal berbasis web atau catatan kesehatan elektronik pasien. Profesional kesehatan, perawat kabupaten, perawat dan dokter di pusat kesehatan atau rumah sakit dapat mengakses rekam medic tersebut untuk kemudian menjadi dasar melakukan tindakan. Beberapa hal yang dilakukan antara lain: dapat menilai dan memantau penyakit pasien, memberikan input pelatihan, menawarkan nasihat tentang perkembangan dan efek dari obat-obatan, latihan-latihan yang bersifat umum serta memberikan waktu untuk tanya-jawab kepada pasien. Para pasien yang berpartisipasi dalam program tele-rehabilitasi memiliki kontak dengan profesional kesehatan melalui e-mail atau telepon sekali atau dua kali seminggu. Jika gejala tertentu muncul, seperti timbulnya gejala yang lain pada pasien, maka profesional kesehatan akan melakukan dan memantau pasien secara lebih intensif. Para pasien dan keluarga dapat melakukan penilaian pada data portal web begitu juga bisa memilih dan memutuskan dengan siapa mereka ingin berbagi data mereka. Kesemuanya didasarkan pada persetujuan tertulis.
Jika anda tertarik untuk membaca artikel selanjutnya, silahkan klik http://www.mdpi.com/1660-4601/10/11/6184.