Jakarta, Jamu telah dikenal secara turun temurun di Indonesia bermanfaat untuk kesehatan. Keberadaan jamu saat ini semakin diakui dengan munculnya berbagai penelitian tentang bahan pembuat jamu. Bahkan di beberapa rumah sakit pun bisa meresepkan jamu.
Rumah sakit yang diarahkan Kemenkes menyediakan pengobatan jamu antara lain RS Persahabatan Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RSAL Mintohardjo Jakarta, RS dr. Soetomo Surabaya, RS dr. Sardjito Yogyakarta, RS Ortopedi Surakarta, RS Sanglah Bali, RS Adam Malik Medan, RS Kandau Menado, RS Wahidin Makassar dan RS Saiful Anwar Malang.
Untuk diketahui, pengobatan tradisional yang tersedia di rumah sakit konvensional saat ini baru tersedia di 53 rumah sakit dan 350 puskesmas di Indonesia.
Di Unit Complementary Alternative Medicine (CAM) RS Kanker Dharmais, sebagai contoh, saat ini menyediakan pelayanan kesehatan komplementer bagi pasien penyakit kanker dan atau masalah kesehatan lainnya. Pelayanannya meliputi akupunktur medik dan herbal.
Pelayanan herbal yang diberikan terdiri dari fitofarmaka, herbal terstandar, dan jamu. Nah, penggunaan herbal dalam pelayanan berbasis penelitian ditujukan sebagai terapi penunjang terhadap pengobatan konvensional. Selain itu juga digunakan untuk mengatasi berbagai gejala yang timbul akibat kanker ataupun efek samping dari pengobatan kanker.
Dari data tahun 2012, target 300 puskesmas di seluruh kabupaten kota se-Indonesia sudah tercapai 324 puskesmas. “Sedangkan untuk rumah sakit, dari target 46 rumah sakit, pada tahun 2012 sudah tercapai 56 rumah sakit,” ujar Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes, dr Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes, dan ditulis pada Rabu (17/4/2013).
Ditargetkan pada tahun 2014, 50 persen puskesmas di seluruh kabupaten kota se-Indonesia bisa membina, melayani, dan mengawasi proses integrasi ini. Ke depannya, Kemenkes akan mewujudkan Puskesmas Khusus Jamu yang terpisah dari Puskesmas reguler. Model ini meniru beberapa rumah sakit di China, yang sudah mengkhususkan layanannya pada pengobatan berbasis herbal atau obat tradisional.
“Orang sakit itu jumlahnya hanya sekitar 3 persen dari populasi penduduk. Nah sisanya yang 97 persen kan tidak butuh obat, makanya kita sediakan jamu biar tetap sehat,” ungkap dr Abidinsyah beberapa waktu lalu.
Sumber: health.detik.com
–
Berita Terkait: