JAKARTA: Mulai berjalannya sistem rujukan membuat pasien rumah sakit (RS) pengguna Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang biasanya melonjak tajam hingga 500 ribu orang, kini jumlahnya mulai menyusut. Sebab, pasien yang selama ini selalu bertumpu di rumah sakit, kini sudah bisa ditangani puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Dien Emmawati mengatakan, setiap bulannya terjadi penurunan pasien pengguna KJS yang langsung ke rumah sakit. Karena, masyarakat sudah mengetahui bahwa harus melalui puskesmas sebelum dirujuk ke rumah sakit. “Sistem rujukan sudah mulai berjalan, jadi pasien yang langsung ke rumah sakit sudah berkurang,” kata Dien, Jumat (29/3).
Berdasarkan data dari Dinkes DKI Jakarta pada November, pasien pengguna KJS yang berobat di puskesmas mencapai 331 ribu dan 91.393 pasien ke rumah sakit. Sementara pada Desember 494 ribu di puskesmas dan 148.459 di rumah sakit. Pada Januari 521.549 pasien di puskesmas dan 42.035 di rumah sakit. Di bulan Februari, jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit menurun tajam yakni hanya 1.984 pasien dan 237.949 di puskesmas.
“Dari data tersebut terlihat setiap bulannya pasien yang berobat ke rumah sakit menurun. Alur pelayanan memang harus seperti itu. Pasien berobat dulu ke puskesmas. Jika bisa ditangani oleh dokter puskesmas, maka langsung ditangani, tetapi jika tidak, maka dirujuk ke RSUD,” ujar Dien.
Dien menambahkan, di Jakarta terdapat 147 rumah sakit swasta maupun milik pemerintah. Sebanyak 92 rumah sakit telah bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk melayani pasien KJS. Setidaknya dari 92 rumah sakit tersebut terdapat 7.989 tempat tidur di kelas tiga yang bisa digunakan. Program KJS ini hanya melayani warga miskin dan rentan miskin sebanyak 4,7 juta warga.
Dikatakan Dien, masyarakat saat ini telah menyadari harus menggunakan rujukan untuk berobat. Kartu yang disebar saat ini baru 3.005, sementara warga yang belum menerima kartu bisa hanya menggunakan KTP dan kartu keluarga saja. “Persyaratan berobat hanya membawa KTP dan KK serta berobat melalui puskesmas. Kecuali dalam keadaan darurat, bisa langsung dirawat di rumah sakit,” ujarnya seperti dikutip Beritajakarta.com.
Selama 2013 ini 1,9 juta kasus telah ditangani. Artinya sudah mencapai 60 persen dibanding pada posisi 2012. Agar sistem rujukan bisa berjalan dengan baik, pihaknya juga bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Layanan 119 Ditambah
Sementara itu, tingginya tingkat panggilan pada pusat layanan 119 membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta berencana menambah jumlah operator layanan tersebut. Saat ini terdapat empat operator yang melayani pusat layanan itu. Ke depan, rencananya akan ditambah empat operator lagi sehingga secara keseluruhan nanti terdapat delapan operator.
Kepala Dinkes DKI Jakarta Dien Emmawati mengatakan, sejak diluncurkan 1 Maret lalu, jumlah panggilan untuk mencari ketersediaan kamar rumah sakit melalui nomor 119 cukup banyak. Setidaknya, keempat operator menerima 3.000-4.000 panggilan setiap minggunya. “Tahun ini akan tambah empat, jadi semuanya delapan,” kata Dien, Minggu (31/3).
Saat ini, menurut Dien, sudah diajukan permintaan kepada Kementerian Kesehatan untuk segera berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait dengan penambahan operator.
Perlu diketahui, layanan 119 bertujuan memperoleh informasi mengenai ketersediaan kamar rumah sakit serta permintaan mobil ambulans untuk daerah Jakarta. Program itu merupakan salah satu penunjang Kartu Jakarta Sehat (KJS). Karena, sejak KJS diluncurkan, jumlah pasien di rumah sakit meningkat tajam.
Pusat layanan 119 mengadopsi layanan 911 di Amerika Serikat. Ke depan, pusat layanan itu akan dikembangkan untuk berbagai pelayanan seperti untuk pemadam kebakaran dan sebagainya, sehingga masyarakat bisa menyampaikan keluhan dan kebutuhan yang diperlukan.
Sumber: suarakarya-online.com