Cap Town : Setelah sebelumnya H7N9 ditemukan di Cina, Kini Afrika Selatan mengakui adanya deteksi flu burung pada burung unta di negaranya. Hal ini disampaikan pejabat setempat pada Selasa 9 April 2013.
“Kami mendeteksi adanya flu burung di peternakan burung unta tetapi itu tidak berhubungan dengan strain yang telah menewaskan delapan orang di Cina,” ujar pejabat Afrika Selatan, seperti dilansir Time, Kamis (11/4/2013).
Menurut pejabat tersebut, hal ini seperti pukulan bagi industri karena sejak Uni Eropa memberlakukan larangan impor daging burung unta dari tahun 2011.
“Ada 50.000 burung terinfeksi strain H5N2. Sementara strain H7N1 terdeteksi berada di dekat kota barat daya Oudtshoorn. Saat ini burung unta tersebut dikarantina di peternakan dalam radius tiga kilometer (dua mil) untuk penyelidikan epidemiologi intensif,”ujar Kepala Pertanian Gerrit van Rensburg.
Sementara dalam proses pencegahan virus flu burung masuk ke Indonesia, Dr. James McGrane, MVM, MSc selaku team leader FAO emergency center for Transboundary Animal Disease (ECTAD) mengatakan kalau proses pencegahan virus di Indonesia bisa dilakukan dengan penggunaan vaksin unggas, melakukan identifikasi flu burung dan memfasilitasi penyebarannya.
“Dulu vaksin bisa didapatkan dengan gratis, tapi kurang efektif sehingga saat ini tanggung jawab pemberian vaksin ada pada produsen atau pemilik unggas,” Ujar James beberapa waktu lalu dalam acara workshop mengenai flu burung dan penanggulangan bencana, Bogor, Kamis (11/4/2013).
Maka itu, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) melalui James aktif melakukan beberapa hal seperti pemberdayaan masayrakat di pedesaan supaya masyarakat bisa melakukan pencegahan melaui perluasan sistem dan melakukan pembersihan pasar unggas hidup di kota-kota.
Sumber: health.liputan6.com
–
Berita Terkait: