Rumah sakit yang ruangannya memiliki jendela tertutup diketahui meningkatkan risiko pasien untuk terkena infeksi, ungkap penelitian terbaru. Ilmuwan inggris menggunakan karbon dioksida sebagai gas pelacak ketika melakukan percobaan ini. Mereka mencari tahu apakah infeksi akan menyebar pada rumah sakit dengan kamar yang biasanya berisi hingga 30 tempat tidur dalam satu ruangan.
“Dengan mengukur konsentrasi karbondioksida dalam waktu tertentu, kami bisa melihat kuantitas paparan gas pada masing-masing pasien dan melihat tingkat risiko pada pasien tersebut,” ungkap peneliti Laura Pickin dari University of Leeds, seperti dilansir oleh Health Day News (19/04).
Ketika jendela ruangan terbuka, ventilasi dalam ruangan cukup baik dan risiko infeksi rendah. Namun bahaya infeksi meningkat empat kali lipat ketika jendela tertutup. Hal ini sama bahkan ketika peneliti mencoba pada ruangan yang hanya berisi enam atau delapan tempat tidur.
Dengan ventilasi alami dari jendela, pasien cukup aman dari risiko terinfeksi. Namun hal ini segera berubah ketika jendela ditutup dan diganti dengan pendingin ruangan. Biasanya rumah sakit di Eropa melakukan hal ini ketika musim dingin. Di Indonesia, karena tak ada musim dingin maka ada baiknya jendela tetap terbuka bila memungkinkan untuk menghindari penyebaran infeksi pada pasien.
Sumber: merdeka.com