Jakarta, PKMK-Kementerian Kesehatan RI dan Green Building Council Indonesia (GBCI) saat ini sedang menyusun buku panduan untuk penerapan green and healthy hospital di Indonesia. Kemenkes RI menargetkan di tahun anggaran ini buku tersebut sudah bisa disebarkan, ungkap sudah bisa menyebarkan buku tersebut, jelas Ir. Dina Hartadi, Co Founder GBCI, di Jakarta (Kamis, 28/3).
Memang bisa dikatakan bahwa tren green hospital semakin menguat di Jakarta ataupun di seluruh Indonesia. “Saat ini, regulasi dari Pemerintah Indonesia juga terus mengarah kesana. April nanti dikabarkan akan ada Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang green building. Sudah tentu RS di Jakarta harus mengikuti peraturan itu. Hal ini seiring dengan langkah Kementerian Kesehatan dalam mendukung hal tersebut,” kata Dina yang juga ketua umum Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) DKI Jakarta itu. Green hospital wajar bila semakin diminati pengelola RS. Sebab, dengan menerapkan green hospital, rumah sakit bisa menghemat biaya konsumsi energi. “Kualitas rumah sakit pun meningkat bila menjadi green hospital,” kata dia.
Mana yang lebih mudah menerapkan green hospital : RS lama atau yang baru? Dina menegaskan, hal yang terpenting dalam hal itu adalah kemauan manajemen rumah sakit untuk masuk ke green hospital. “Kalau untuk RS existing, tentu perlu persiapan tahapan untuk menjalankan green hospital,” kata dia. Saat ini, beberapa RS di Indonesia sudah menerapkan sejumlah aspek green hospital. Ciputra Hospital di Cikupa, Tangerang, menggunakan desain terbuka dan sirkulasi silang sehingga menghemat konsumsi energi. Selanjutnya, Rumah Sakit Dr. Kariadi di Semarang, kini tengah diproses untuk sertifikasi gedung ramah lingkungan oleh GBCI. Salah satunya, Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta juga sudah mengarah ke green hospital.