Negara Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau merupakan anugerah yang patut disyukuri, karena menjadi tempat berkembangnya jutaan spesies flora dan fauna, hungga ratusan ragam bahasa dan budaya. Ini menjadikan Indonesia sebagai point of interest yang tidak akan habis untuk di-explore. Disisi lain ini menjadi tantangan bagi penyelenggara negara dalam memeratakan pelayanan publik bagi masyarakat diseluruh pelosok tanah air.
Salah sau tantangan ini sangat dirasakan dalam mencapai target MDG 4 yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi. Untuk mencapai taget tersebut, kompetensi RS-RS di daerah terpencil harus ditingkatkan. Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah adalah penempatan tenaga medis yang memenuhi standar mutu dan patient safety. Keterbatasan dana dan berbagai faktor lain menyebabkan jumlah tenaga dokter spesialis yang ditempatkan di berbagai RSUD tidak dapat memenuhi kebutuhan RS dan masyarakat.
Dilain pihak, bukan hanya tenaga medis yang dibutuhkan oleh RS. Agar bisa memberikan pelayanan yang baik, efisien dan akuntabel, RS perlu dikelola dengan baik oleh SDM yang kompeten dalam bidang manajemen RS. Perekrutan SDM non dokter yang sering dilakukan secara kolektif oleh pemerintah daerah sering tidak mampu memenuhi kompetensi khusus yang dibutuhkan untuk mengelola RS. Oleh karenanya, banyak pelatihan yang harus direncanakan dan didanai melalui APBD untuk memenuhi kebutuhan akan kompetensi tersebut.
Terkait dengan kondisi geografis Indonesia, pelatihan untuk memperoleh kompetensi tertentu seringkali membutuhkan biaya yang sangat besar, bukan untuk mengikuti pelatihannya melainkan untuk melakukan perjalanan dan untuk menanggulangi biaya-biaya lain diluar pelatihan. Kondisi ini kemudian yang menyebabkan terbatasnya jumlah SDM yang dapat dikirim oleh RS untuk mengikuti suatu pelatihan tertentu, yang biasanya diselenggarakan di Pulau Jawa atau kota-kota besar di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala tersebut, kini metode pelatihan jarak jauh sudah mulai dirintis, yang diharapkan nantinya dapat berkembang menjadi suatu metode yang efektif untuk meningkatkan kompetensi SDM kesehatan di daerah pelosok. Salah satu yang telah dilakukan oleh PMPK FK UGM adalah Pelatihan Sistem Akuntansi RS. Pelatihan ini menyasar para pengelola keuangan di RSUD-RSUD di Provinsi NTT dalam kaitannya dengan kegiatan Performance Management and Leadership .
Pelatihan ini menggunakan peralatan yang tergolong sederhana, yaitu seperangkat komputer yang dilengkapi dengan sambungan internet serta kamera dan mikrofon tambahan. Program yang digunakan untuk fase tatap muka adalah Skype yang dapat diunduh secara bebas. Perangkat yang sama dimiliki oleh fasilitator yang berada di Jogjakarta dan para peserta yang berada di beberapa RSUD di NTT. Pada setiap pertemuan, peserta dibatasi maksimal 3 RS, karena adanya keterbatasan jumlah pihak yang dapat terlibat dengan fasilitas Skype. Karena ada sebelas RSUD yang menjadi sasaran pelatihan, maka pertemuan ini dibagi menjadi empat kali pertemuan untuk setiap topik yang akan dibahas, dimana setiap pertemuan melibatkan dua hingga tiga RSUD.
Sebelum pelaksanaan pelatihan, peserta diminta mengunduh materi yang telah diupload di website manajemenrumahsakit.net untuk dipelajari. Saat pelatihan berlangsung, fasilitator dapat membahas materi yang telah diunduh oleh peserta dan membuka ruang diskusi dengan peserta.
Peserta
Dari sebelas RSUD di NTT yang menjadi target pelatihan, pada pertemuan awal pelatihan ada tiga RSUD (RSUD Waingapu, RSUD Larantuka dan RSUD Kefamenanu) yang gagal melakukan sambungan internet. Ini memang merupakan kendala utama selain masalah kemampuan teknis RSUD dalam megelola hubungan komunikasi jarak jauh melalui internet. Untuk ketiga RSUD ini, PMPK merencanakan akan mengulangi prosesnya agar para pengelola keuangan diketiga RSUD ini memiliki wawasan dan pengalaman yang sama dengan delapan RSUD lain yang telah berhasil menjalani sesi awal pelatihan jarak jauh ini.
Para peserta yang telah mengikuti pelatihan ini antara lain adalah:
- RSUD Ruteng (Kabag Keuangan dan staf)
- RSUD TC Hillers (Kabag Keuangan, dan staf, Kabag TU, Direktur)
- RSUD Ende (Kabag Keuangan dan staf, Direktur)
- RSUD Waikabubak (Kabag Keuangan dan staf)
- RSUD Soe (Kabag Keuangan dan staf)
- RSUD Atambua (Kabag Keuangan dan staf)
- RSUD Lewoleba (Kabag Keuangan dan staf)
- RSUD Bajawa (Kabag Keuangan dan staf)
Tiap tim di RSUD didampingi oleh mentor lokalnya masing-masing.
Kendala
Ada dua kendala yang dihadapi pada pelaksanaan pelatihan ini, yaitu kendala dari segi teknis dan kendala dari aspek konten. Dari aspek teknis, sebagaimana telah disebut sebelumnya yaitu kemampuan RSUD dalam mengelola hubungan komunikasi jarak jauh melalui internet. Untuk ini, tiap RSUD telah memiliki staf yang menguasai masalah perangkat keras dan bagaimana melakukan koneksi melalui internet.
Dari aspek konten, kendala yang dihadapi adalah belum samanya wawasan bagian keuangan RSUD di NTT khususnya terkait dengan sistem keuangan BLUD. Ada RSUD yang sudah memiliki akuntan untuk mengelola sistem akuntansi misalnya RSUD TC Hillers dan RSUD Ende, sehingga RS ini bahkan telah siap dengan bagan akun. Namun kebanyakan RSUD lain belum memiliki akuntan (misalnya RSUD Lewoleba dan RSUD Ruteng) sehingga baru pada tahap memahami sistem informasi akuntansi di RS.
Rencana Kedepan
Pelatihan ini direncanakan berlangsung hingga 6 kali tatap muka per RS. Pada akhir pertemuan diharapkan para peserta memahami tentang tata cara penyusunan laporan keuangan, apa yang harus dilakukan untuk menjalankan fungsi sebagai pengelola sistem keuangan dan akuntansi RS serta bagaimana sistem keuangan RS pasca ditetapkan sebagai BLUD. Materi yanga akan dibahas pada pertemuan-pertemuan selanjutnya akan dapat diunduh dari website beberapa hari sebelum pertemuan, sehingga peserta memiliki waktu untuk mempelajari sebelum berdiskusi dengan para fasilitator.
Tulisan Terkait:
Telemedicine: Harapan baru untuk meningkatkan kapasitas RS daerah terpencil
[…] di NTT minggu lalu . Pengalaman memberikan pelatihan jarak jauh pada RS di remote area kami sajikan disini […]