| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
| BPJS dan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
![]() |
Kontribusi Program JKN terhadap Peningkatan Human Development Index Indonesia |
![]() |
Perspektif Akademisi dan Pakar Perumahsakitan terhadap Pelayanan Kesehatan dalam Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS |
Pengantar Minggu Ini (10 – 16 September 2013)
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. |
| Ketua ARSADA Pusat yang Baru dan Reportase dari Seminar tentang BPJS
Silahkan ikuti liputan mengenai Munas dan catatan seminar disini. |
| Pengantar Minggu Lalu |
Pengantar Minggu Ini (03 – 09 September 2013)
| Entrepreneur-Government di RSUD melalui Penerapan BLUD
Pertemuan Nasional Asosiasi RS daerah dan IAKMI Selain itu, pada minggu ini juga berlangsung Munas ARSADA (Asosiasi Rumah Sakit Daerah) di Swiss Belhotel, Jakarta pada tanggal 4-5 September dengan tema Kesiapan RSUD BLUD dan Non BLUD yang Terakreditasi untuk Melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional sebagai Amanah Konstitusi. Tema ini dirasa sangat penting mengingat pelaksanaan UU SJSN dan BPJS semakin dekat, sedangkan RS (Daerah) adalah salah satu pihak yang paling terkena dampak dari pelaksanaan regulasi ini. Kami akan menyajikan reportasenya untuk anda pada edisi mendatang. Kami juga mengundang anda untuk mencermati dan memberikan komentar pada Policy Brief yang berjudul Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Direktur RS dalam Program KIA. Silahkan tambahkan komentar anda pada kolom yang telah disediakan untuk memperbaiki policy brief ini. Selamat mengikuti. |
| Pengantar Minggu Lalu |
Pengantar Minggu Ini (27 Agustus – 02 September 2013)
| Kapasitas Middle Manager di Organisasi Pelayanan Kesehatan untuk Bekerja Bersama Orang Lain
Pekerjaan orang yang satu dengan yang lainnya di RS saling berhubungan sehingga kinerja di satu bagian akan mempengaruhi kinerja yang lain. Sehingga, diperlukan para manajer yang mampu mengelola teamwork untuk menjadikan RS sebagai organisasi yang berkinerja tinggi. Melalui website ini, kami sajikan link kepustakaan bagi Anda yang ingin membaca lebih lanjut mengenai Capacity of Middle Managemen in Healthcare Organization for Working with People yang diangkat dari kasus Slovenian Hospital. Pada minggu ini kami juga menambahkan Peraturan Menteri Dalam Negeri mengenai Pedoman Penyusunan APBD 2014 dalam daftar Peraturan, dimana untuk RSUD yang telah ditetapkan sebagai BLUD menggunakan RBA sebagai pengganti RKA. Anda dapat men-download jika memerlukan materi ini. |
Pengantar Minggu Ini (20 – 26 Agustus 2013)
| Put The Patient First
Peter J. Nolan, dari Department of Internal Medicine di sebuah RS di Australia, melalui artikelnya mengingatkan kembali pada kita semua akan makna manusia dalam dunia pengobatan. Tulisan berjudul “The Meaning of Person in Medicine” tersebut mengkritik bahwa sistem pelayanan kesehatan modern cenderung mengurangi sisi manusia pada sebuah pelayanan. Petugas kesehatan di RS sering memandang pasien sebagai “kasus”, “tempat tidur nomor 4”, “kamar tujuh”, atau pasien dengan nomor rekam medis “123456”. Padahal pasien juga manusia, dan rumah sakit sering mendengung-dengungkan “pelayanan yang berpusat pada pasien”. Menurut Nolan, administrasi RS sebaiknya menempatkan pasien, bukan CEO, pada piramida teratas struktur RS. Dapat dipahami bahwa ada ratusan bahkan ribuan pasien yang ditangani RS setiap hari, sehingga sangat sulit untuk mengingat dan memberi perhatian pada pasien satu per satu. Namun hal ini juga telah menarik perhatian banyak kalangan di luar profesi kesehatan. Editor Hospital & Health Network Daily dalam editorialnya minggu lalu berjudul “Hospital Leaders: Older and Kinder?” mengangkat ceramah George Saunders, seorang novelis, di sebuah fakultas seni mengenai “kesalahan manusia dalam menerjemahkan kebaikan”. Seorang CEO sebuah RS menanggapi tulisan ini “People who work in hospitals, from the top leadership on down, should read Saunders’ words. Kindness isn’t a passive, smile and do-no-harm thing. It’s a hands-on, active way of life. Too many people are perfectly pleasant, but they don’t go that extra step. They don’t take the extra time to sit down next to a patient, hold her hand and really listen to what’s on her mind.“ Journal of American Medical Association minggu lalu juga menerbitkan tulisan menarik senada dengan hal tersebut, namun lebih menekankan ke aspek keuangan pasien. Tulisan berjudul “First, Do No (Financial) Harm” tersebut menekankan bahwa para penyelenggara pelayanan kesehatan tagihan pada kuitansi sesudah memperoleh pelayanan kesehatan juga dapat menyebabkan financial harm bagi pasien (dan keluarganya). |





Minggu lalu pada tanggal 4-6 September 2013 telah berlangsung Musyarawah Nasional ke-6 ARSADA Pusat yang bertujuan untuk meminta pertanggungjawaban Ketua ARSADA periode yang akan berakhir dan menunjuk Ketua ARSADA Pusat untuk periode berikutnya. Munas ini diisi juga dengan seminar yang bertema Dampak Tekanan Berbagai Pihak terhadap Pelayanan di RS di Era BPJS. Tema ini sangat relevan mengingat pelaksanaan BPJS hanya tinggal menghitung hari. Beberapa daerah bahkan harus sudah mengesahkan anggaran yang akan digunakan pada tahun 2014, termasuk anggaran untuk jaminan kesehatan nasional.

Selamat Hari Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Bagi kita, merdeka berarti menjadi bangsa yang berdaulat dan bermartabat? Namun sudahkah kita bermartabat sebagai tenaga kesehatan, dan memperlakukan pasien secara bermartabat pula. 
Tim Website Manajemen Rumah Sakit mengucapkan: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H, mohon maaf lahir dan batin. Semoga Hari Raya Idul Fitri ini menjadi awal bagi kita semua untuk menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. 
Sering kita mendengar adanya rumah sakit yang ingin mengembangkan suatu layanan unggulan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai umumnya untuk meningkatkan kinerja RS dari aspek cakupan layanan maupun finansial. Bagi RS privat yang berorientasi profit, jelas pengembangan layanan unggulan ini harus berdampak dalam membuat cash flow positif dan menambah aset pada neraca. Namun bagaimana dengan RS publik yang tidak berorientasi profit, apakah juga akan menggunakan ukuran yang sama untuk layanan unggulan? Bagaimana jika masyarakat membutuhkan exelency dari sebuah layanan, namun daya beli mereka tidak memungkinkan untuk membuat RS “kembali modal”? Silahkan ikuti ulasan lengkapnya dengan 






