| Edisi Minggu ke 32: Selasa 11 Agustus 2020
Webinar Pentingnya Koordinasi Multi-Sektor Program Gizi Remaja di Masa Pandemi C-19 CoP for Health Equity 2 September 2020 Remaja didefinisikan sebagai individu yang berusia 10-19 tahun dan di Indonesia, ada sekitar 45 juta remaja dimana 22 juta di antaranya adalah remaja putri dan mereka menyumbang 18 persen dari total populasi. Masa remaja adalah periode ketiga dari tiga periode pertumbuhan tercepat yang terjadi di dalam siklus kehidupan seorang manusia, pertama sejak dalam kandungan dan yang kedua pada masa bayi (usia 0-1 tahun). Kecepatan tertinggi pertumbuhan linier terjadi pada masa remaja, dimana 15-25 persen tinggi orang dewasa dan 50 persen berat orang dewasa dicapai selama periode ini . Karena pertumbuhan yang pesat serta perubahan sosial dan perkembangan yang terjadi selama tahap kehidupan ini, remaja rentan terhadap masalah gizi . Remaja memiliki kebutuhan energi dan gizi yang meningkat untuk mempertahankan pertumbuhan yang sehat selama periode pertumbuhan yang cepat ini. COVID-19 dan Ketidaksetaraan Kesehatan pada Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Community of Practice for Health Equity
COVID-19 memiliki dampak yang sangat besar bagi masyarakat di seluruh dunia dan memagnifikasi ketimpangan – ketimpangan yang ada di masyarakat. Kelompok masyarakat yang rentan, seperti lansia, balita dan anak – anak, ibu hamil, penyandang disabilitas, penderita penyakit kejiwaan, etnik minoritas, dan lain – lain menghadapi tantangan yang lebih berat dibandingkan kelompok masyarakat yang lain. Langkah – langkah untuk mengurangi dampak COVID-19 pada masyarakat rentan telah dilaksanakan pada kelompok – kelompok rentan ini. Namun, salah satu populasi rentan yang sering menjadi prioritas akhir dalam kajian kesehatan publik adalah para warga binaan Lapas atau narapidana, padahal mereka adalah kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit – penyakit menular, termasuk COVID-19. Reportase Webinar Pelayanan PCR Mandiri di Rumah Sakit sebagai Salah Satu Inovasi Pelayanan Terpadu 6 Agustus 2020
Webinar kali ini merupakan pertemuan lanjutan pembahasan mengenai PCR kerjasama PKMK FK-KMK UGM dengan National Hospital. Prof Dr. Aryati, dr. MS. Sp.PK(K) dan Prof Dr. Jusak Nugraha, dr. MS. Sp.PK(K) selaku pembicara pada pertemuan webinar kali ini. Prof Jusak sebagai pembicara pertama menyampaikan mengenai pengalaman implementasi multiplex PCR di rumah sakit dan studi kasus di National Hospital. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Tantangan yang Dihadapi Tenaga Kesehatan Wanita pada Pandemi Covid-19 |
||
Edisi Minggu ke 31: Selasa 4 Agustus 2020
| Edisi Minggu ke 31: Selasa 4 Agustus 2020
Reportase Webinar Pelayanan PCR Mandiri di Rumah Sakit sebagai Salah Satu Inovasi Pelayanan Terpadu 6 Agustus 2020
Webinar kali ini merupakan pertemuan lanjutan pembahasan mengenai PCR kerjasama PKMK FK-KMK UGM dengan National Hospital. Prof Dr. Aryati, dr. MS. Sp.PK(K) dan Prof Dr. Jusak Nugraha, dr. MS. Sp.PK(K) selaku pembicara pada pertemuan webinar kali ini. Prof Jusak sebagai pembicara pertama menyampaikan mengenai pengalaman implementasi multiplex PCR di rumah sakit dan studi kasus di National Hospital. Tantangan yang Dihadapi Tenaga Kesehatan Wanita pada Pandemi Covid-19 Community of Practice for Health Equity
|
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Menjaga Keberlangsungan Pelayanan Kesehatan Seksual Reproduksi Maternal Neonatal Anak dan Remaja (SRMNCAH) Selama Pandemi COVID-19 |
||
Edisi Minggu ke 30: Selasa 28 Juli 2020
| Edisi Minggu ke 30: Selasa 28 Juli 2020
Menjaga Keberlangsungan Pelayanan Kesehatan Seksual Reproduksi Maternal Neonatal Anak dan Remaja (SRMNCAH) Selama Pandemi COVID-19 Community of Practice for Health Equity Situasi pandemi COVID-19 telah mengalihkan prioritas berbagai negara. Pada sektor kesehatan, mayoritas tenaga dan sumber daya kesehatan telah dialokasikan untuk menangani kasus COVID-19. Alhasil, timbul kesenjangan pada berbagai bidang pelayanan kesehatan lain, termasuk pada pelayanan kesehatan seksual, reproduksi, maternal, neonatal, anak, dan remaja (SRMNCAH). SRMNCAH adalah salah satu aspek dari poin ketiga Sustainable Development Goals, dimana pada 2030, Angka Kematian Ibu (AKI) global harus berkurang hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup.1 Oleh karena itu, negara – negara harus memprioritaskan layanan SRMNCAH esensial agar dapat berlanjut selama pandemi ini, terlebih lagi karena jenis layanan ini melayani perempuan, anak – anak, dan remaja yang lebih rentan terhadap gangguan kesehatan maupun pelanggaran hak asasi selama masa kedaruratan. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Tantangan pada Layanan Kesehatan Indonesia Selama COVID-19 |
|
Persetujuan Virtual untuk Pasien Virtual: Manfaat Implementasi di Era Peri dan Pasca COVID-19 |
|
|
Reportase Webinar How COVID-19 Burdened Equity in Education and Health for Special Need Children |
||
Edisi Minggu ke 29: Selasa 21 Juli 2020
| Edisi Minggu ke 29: Selasa 21 Juli 2020
Tantangan pada Layanan Kesehatan Indonesia Selama COVID-19 Community of Practice for Health Equity
Sejak terjangkitnya negara Indonesia dengan COVID-19 pada 2 Maret 2020, jumlah kasus positif terus bertambah pesat. Data World of Meters per 18 Juli 2020 menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan menempati urutan ke-26 total kasus tertinggi di seluruh dunia dengan 84.882 kasus.1 Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, Indonesia telah menempati peringkat ke-36 negara dengan ekonomi paling terpengaruh COVID-19.2 Pandemi ini memperlebar kesenjangan multidimensional di Indonesia, termasuk kesenjangan akses akan layanan kesehatan. Persetujuan Virtual untuk Pasien Virtual: Manfaat Implementasi di Era Peri dan Pasca COVID-19
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan gangguan besar pada sistem perawatan kesehatan, termasuk meningkatnya ketergantungan pada layanan virtual, terutama janji temu klinik. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam informed consent; sementara pasien perlu memberikan persetujuan saat dilakukan prosedur. Untuk mengurangi masalah dengan proses ini, praktik mendapatkan persetujuan elektronik mungkin merupakan cara yang benar untuk layanan yang lebih maju. Artikel ini dipublikasikan pada British Journal of Hospital Medicine pada 2020 Reportase Webinar How COVID-19 Burdened Equity in Education and Health for Special Need Children CoP for Health Equity
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penghentian sistem pembelajaran tatap muka pada mayoritas sekolah dan universitas di Indonesia. Perubahan sistem pembelajaran menjadi metode digital dan daring menimbulkan beberapa permasalahan bagi banyak pelajar. Namun perubahan metode pembelajaran ini memiliki dampak yang jauh lebih besar bagi para penyandang disabilitas. Webinar yang diadakan pada 16 Juli 2020 mengundang tiga panelis, diantaranya Risna Utami, Nila Tanzil, dan Abelardo Apollo Ilagan David, Jr. untuk membahas mengenai kesetaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus selama dan setelah pandemi COVID-19. Webinar ini dimoderatori oleh Muhammad Zulfikar Rakhmat. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Pengobatan Simptomatik untuk Health Inequity: Meningkatkan Kesadaran akan Bias Implisit pada Pelayanan Kesehatan |
|
Pengalaman Pasien Menunjukkan Sedikit Hubungan dengan Strategi Manajemen Kualitas Rumah Sakit |
Edisi Minggu ke 28: Selasa 14 Juli 2020
| Edisi Minggu ke 28: Selasa 14 Juli 2020
Reportase Webinar How COVID-19 Burdened Equity in Education and Health for Special Need Children CoP for Health Equity
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penghentian sistem pembelajaran tatap muka pada mayoritas sekolah dan universitas di Indonesia. Perubahan sistem pembelajaran menjadi metode digital dan daring menimbulkan beberapa permasalahan bagi banyak pelajar. Namun perubahan metode pembelajaran ini memiliki dampak yang jauh lebih besar bagi para penyandang disabilitas. Webinar yang diadakan pada 16 Juli 2020 mengundang tiga panelis, diantaranya Risna Utami, Nila Tanzil, dan Abelardo Apollo Ilagan David, Jr. untuk membahas mengenai kesetaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus selama dan setelah pandemi COVID-19. Webinar ini dimoderatori oleh Muhammad Zulfikar Rakhmat. Pengobatan Simptomatik untuk Health Inequity : Meningkatkan Kesadaran akan Bias Implisit pada Pelayanan Kesehatan CoP for Health Equity
“Health equity” atau pemerataan dalam kesehatan berarti idealnya, setiap orang harus mendapatkan kesempatan yang adil untuk mencapai potensi kesehatan penuh mereka dan tidak seorang pun boleh dibedakan dalam mencapai potensi ini.1 Atas dasar definisi ini, tidak boleh ada pasien yang patut menerima standar perawatan kesehatan yang lebih rendah karena “structural inequality” atau ketidakadilan struktural yang meliputi faktor sosial ekonomi, kelas, tingkat pendidikan, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, dan dimensi-dimensi lain yang melekat pada individu dan kelompok. Pengalaman Pasien Menunjukkan Sedikit Hubungan dengan Strategi Manajemen Kualitas Rumah Sakit
Pengalaman yang dilaporkan pasien semakin sering digunakan untuk secara rutin memantau kualitas perawatan. Dengan meningkatnya perhatian pada langkah – langkah tersebut, manajer rumah sakit mencari cara untuk secara sistematis meningkatkan pengalaman pasien di seluruh departemen rumah sakit, khususnya dimana hasil digunakan untuk pelaporan publik atau penggantian biaya. Namun, saat ini tidak jelas apakah rumah sakit dengan sistem manajemen kualitas yang lebih matang atau fokus yang lebih kuat pada keterlibatan pasien dan strategi perawatan yang berpusat pada pasien berkinerja lebih baik pada pengalaman yang dilaporkan pasien. Peneliti menilai efek dari strategi tersebut pada serangkaian tindakan yang dilaporkan pasien. Artikel ini dipublikasikan di jurnal PLOS One, pada 2015. Webinar How COVID-19 Burdened Equity in Education and Health for Special Need Children Community of Practice for Health Equity July 16, 2020 COVID-19 pandemic had caused the closure of majority of schools and universities throughout Indonesia. In order to continue with learning, various technologies had been used as tools to deliver information and knowledge. It is no doubt the effect brought upon by the changes had been felt by all of the people involved, children with disabilities need to face additional challenges that may not be felt by others. Students who are deaf, blind, speech impaired, mental disabilities and others with special needs are unable to use educational technologies as smoothly as their friends without special needs. We rarely see school materials that are built with sign language, subtitles, captions, audio and other format that can ease the learning of such children. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Sistem Manajemen Rumah Sakit yang Saling Terkait |
|
Menanggulangi Kesenjangan Kesehatan Mental Selama Wabah COVID-19 |
Edisi Minggu ke 27: Selasa 7 Juli 2020
| Edisi Minggu ke 27: Selasa 7 Juli 2020
Sistem Manajemen Rumah Sakit yang Saling Terkait
Sistem Manajemen Rumah Sakit yang saling terkait adalah sistem manajemen kesehatan berbasis web yang unik yang menghubungkan semua rumah sakit yang beroperasi di negara ini untuk operasi manajemen rumah sakit yang efisien. Motivasi di balik pekerjaan ini adalah untuk mengatasi pengalaman tantangan di operasi rumah sakit sehari – hari, terutama untuk mendapatkan catatan riwayat pasien di rumah sakit mana pun selama perawatan kasus darurat. Ini dicapai dengan pengambilan data, penyimpanan, pengambilan, dan pengelolaan informasi yang tepat (yang melibatkan riwayat diagnostik dan penagihan medis) yang dapat mengatasi banyak pasien; mengurangi beban kertas kerja sistem manual dan ditujukan untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan. Kerangka pengembangan sistem ini dirancang dan diimplementasikan menggunakan persyaratan fungsional yang dikumpulkan dari definisi masalah dan analisis. Metodologi yang digunakan adalah Rapid Application Development (RAD). Alat pengembangan pemrograman front-end menggunakan JavaFx, HTML, CSS, JavaScript, sedangkan PHP, XAMPP Server Engine di back-end, dan Teknologi Biometric Fingerprint. Sistem ini berhasil diimplementasikan pada sistem operasi Windows 7. Hasilnya diuji dan solusi web yang dikembangkan dapat menangkap input data, penyimpanan, pengambilan, dan memungkinkan rumah sakit mengakses catatan riwayat medis pasien apa pun dari antarmuka terpadu. Dengan demikian keadaan darurat dapat ditangani. Oleh karena itu, ini menghasilkan peningkatan besar dalam pemeliharaan dan manajemen informasi rumah sakit terhadap kualitas perawatan pasien. Artikel ini dipublikasikan pada 2018 di International Journal of Science and Research Menanggulangi Kesenjangan Kesehatan Mental Selama Wabah COVID-19 CoP for Health Equity
Wabah COVID-19 berdampak pada kesehatan mental di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan swaperiksa web PDKSJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) per 14 Mei 2020, terdapat 69% dari 2.364 responden menderita masalah psikologis, antara lain cemas, depresi, dan trauma psikologis. Prevalensi penderita gangguan jiwa akan terus meningkat selama wabah COVID-19, sehingga sekarang timbul suatu urgensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mental. Namun, apakah Indonesia siap untuk menanggulangi masalah kesehatan mental yang muncul selama dan setelah wabah ini berlangsung? Webinar How COVID-19 Burdened Equity in Education and Health for Special Need Children Community of Practice for Health Equity July 16, 2020 COVID-19 pandemic had caused the closure of majority of schools and universities throughout Indonesia. In order to continue with learning, various technologies had been used as tools to deliver information and knowledge. It is no doubt the effect brought upon by the changes had been felt by all of the people involved, children with disabilities need to face additional challenges that may not be felt by others. Students who are deaf, blind, speech impaired, mental disabilities and others with special needs are unable to use educational technologies as smoothly as their friends without special needs. We rarely see school materials that are built with sign language, subtitles, captions, audio and other format that can ease the learning of such children. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Kesehatan Anak, Stunting, dan Pernikahan Dini |
|
Variabilitas dalam Biaya di Bangsal Rumah Sakit |
| Memimpin National Flagship Hospital: Tinjauan Aksi Strategis Pemimpin Rumah Sakit |
|||
Edisi Minggu ke 26: Selasa 30 Juni 2020
| Edisi Minggu ke 26: Selasa 30 Juni 2020
Webinar How COVID-19 Burdened Equity in Education and Health for Special Need Children Community of Practice for Health Equity July 16, 2020 COVID-19 pandemic had caused the closure of majority of schools and universities throughout Indonesia. In order to continue with learning, various technologies had been used as tools to deliver information and knowledge. It is no doubt the effect brought upon by the changes had been felt by all of the people involved, children with disabilities need to face additional challenges that may not be felt by others. Students who are deaf, blind, speech impaired, mental disabilities and others with special needs are unable to use educational technologies as smoothly as their friends without special needs. We rarely see school materials that are built with sign language, subtitles, captions, audio and other format that can ease the learning of such children. Kesehatan Anak, Stunting, dan Pernikahan Dini CoP for Health Equity
14% gadis di Indonesia telah menikah sebelum memasuki ulang tahun yang ke – 18 dan 1% telah menikah sebelum berumur 15 tahun. Berdasarkan data UNICEF, Indonesia menempati peringkat 8 tertinggi populasi di dunia dengan anak perempuan menikah dini. Disisi yang sama, Indonesia adalah negara dengan salah satu negara dengan angka stunting tertinggi di dunia. Apakah tingginya prevalensi untuk kedua hal tersebut hanyalah kebetulan semata? Variabilitas dalam Biaya di Bangsal Rumah Sakit
Analis memperkirakan biaya atau efektivitas biaya intervensi kesehatan yang memerlukan rawat inap sering memotong sudut karena mereka kekurangan data dan biaya melakukan studi step-down costing penuh tinggi. Mereka kadang – kadang menggunakan biaya yang diambil dari rumah sakit tunggal, menggunakan aturan praktis sederhana untuk mengalokasikan total biaya rumah sakit antara rawat inap umum dan departemen rawat jalan, dan menggunakan biaya rata – rata dari tempat tidur rawat inap daripada biaya khusus bangsal. Hasil penelitian ini ialah biaya unit khusus bangsal bervariasi di seluruh rumah sakit, mulai dari 1 hingga 24 kali biaya unit di departemen rawat jalan – biaya unit rata – rata bukan proksi yang baik untuk biaya di bangsal khusus pada umumnya. Sumber – sumber variabilitas yang paling penting adalah jumlah staf dan tingkat pemanfaatan kapasitas. Artikel ini dipublikasikan di PLOS One Webinar Series Meta Leadership in Practice Memimpin National Flagship Hospital: Tinjauan Aksi Strategis Pemimpin Rumah Sakit “National flagship hospital” adalah rumah sakit yang menjadi role model dalam menjalankan pelayanan kesehatan, baik di era normal maupun di era krisis seperti yang terjadi saat ini. Di Indonesia, yang menjadi contoh “national flagship hospital” adalah RSUPN Cipto Mangunkusumo dan PT Pertamedika IHC, yang memiliki banyak jejaring rumah sakit salah satunya adalah RS Pertamina Pusat. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Pendidikan Murid dengan Disabilitas Perlu Perhatian Khusus di Masa Pandemi COVID-19 |
|
Mengembangkan Pemimpin Kesehatan yang Efektif: Elemen Penting untuk Sukses |
|
|
Reportase Stunting Intervention in Indonesia: Leaving no child behind by 2030, Can We ? In the Context of COVID-19 Pandemic |
||
Edisi Minggu ke 25: Selasa 23 Juni 2020
| Edisi Minggu ke 25: Selasa 23 Juni 2020
Webinar Series Meta Leadership in Practice Memimpin National Flagship Hospital: Tinjauan Aksi Strategis Pemimpin Rumah Sakit 30 Juni 2020, 13.00 – 15.00 WIB “National flagship hospital” adalah rumah sakit yang menjadi role model dalam menjalankan pelayanan kesehatan, baik di era normal maupun di era krisis seperti yang terjadi saat ini. Di Indonesia, yang menjadi contoh “national flagship hospital” adalah RSUPN Cipto Mangunkusumo dan PT Pertamedika IHC, yang memiliki banyak jejaring rumah sakit salah satunya adalah RS Pertamina Pusat. Mengembangkan Pemimpin Kesehatan yang Efektif: Elemen Penting untuk Sukses
Pengembangan para pemimpin kesehatan dipandang strategis bagi industri kesehatan dan asosiasi profesional seperti Australasian College of Health Service Management (ACHSM). Konteks penting untuk memahami fokus pendidikan kepemimpinan kesehatan dan metodologi yang harus digunakan untuk pembelajaran individu dan sosial untuk meningkatkan kapasitas seseorang agar efektif dalam peran pemimpin kesehatan. Menggunakan berbagai metode pengembangan kepemimpinan dan pengetahuan prosedural telah ditemukan untuk meningkatkan pembelajaran bagi para pemimpin kesehatan. Artikel ini dipublikasikan pada 2020 di Journal of Hospital Management and Health Policy. Pendidikan Murid dengan Disabilitas Perlu Perhatian Khusus di Masa Pandemi COVID-19 CoP for Health Equity
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penutupan sekolah dan universitas dalam upaya mencegah penyebaran penyakit tersebut. Berbagai institusi pendidikan telah menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan muridnya melalui teknologi daring. Zoom dan Google classroom adalah contoh metode popular yang digunakan para guru untuk mengajar maupun melakukan ujian. Tetapi apakah bisa dibayangkan murid tuna rungu, tuna netra mengikuti kelas dan ujian menggunakan Zoom atau Google classroom? Reportase Stunting Intervention in Indonesia: Leaving no child behind by 2030, Can We ? In the Context of COVID-19 Pandemic
Indonesia termasuk salah satu negara dengan peringkat angka stunting tertinggi di dunia. Untuk menangani permasalahan tersebut, pentingnya identifikasi masalah dan solusi yang berkaitan dengan penyakit tersebut, terlebih lagi permasalahan yang ditambahkan oleh adanya pandemi COVID-19. Webinar yang diadakan pada 18 Juni 2020 mengundang tiga panelis untuk membicarakan hal tersebut. Ketiganya ialah Zack Peterson, IIng Mursalin dan Sri Sukotjo. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Mewujudkan Keadilan Gender dan Kesehatan Dalam Konteks Pandemi COVID-19 |
||
Edisi Minggu ke 24: Selasa 16 Juni 2020
| Edisi Minggu ke 24: Selasa 16 Juni 2020
Mewujudkan Keadilan Gender dan Kesehatan Dalam Konteks Pandemi COVID-19
Ketidaksetaraan gender adalah fenomena yang tidak asing didengar di kalangan masyarakat. Walau ketidakadilan gender dapat menimpa kaum wanita maupun laki – laki, sejarah menunjukkan jika angka maupun luasnya kejadian ketidaksetaraan terlihat jelas merugikan mayoritas kaum wanita. Pandemi COVID-19 telah memulai ketidaksetaraan yang baru dan juga memperburuk ketidaksetaraan yang sudah ada sebelumnya. Walau jenis kejadian ketidaksetaraan sangat luas dan sulit untuk didaftarkan semua, secara umum krisis pandemi ini menempatkan kaum wanita sebagai kelompok rentan melalui tiga aspek; dari segi rumah tangga; dari lingkungan pelayanan kesehatan; dan secara finansial. Webinar Stunting Intervention in Indonesia: Leaving no child behind by 2030, Can We ? In the Context of COVID-19 Pandemic Community of Practice for Health Equity June 18, 2020 Stunting is widely known as impairment of growth clinically shown through the short stature of a child compare to his age. Stunting is measured by a height-for-age z-score of more than 2 standard deviations below the World Health Organization (WHO) Child Growth Standards median. Child stunting can happen in the first 1000 days after conception and is related to many factors, including socioeconomic status, dietary intake, infections, maternal nutritional status, micronutrient deficiencies, environment and inadequate psychosocial stimulation a child receives during development period. Child stunting also has a higher risk of suffering from chronic illness in his adult life. In fact, stunting and other form of malnutrition estimated to contribute to the reduction in 2-3% of Gross Domestic Product (GDP) annually. Therefore, the diagnosis and intervention are crucial during the first 1000 days of life. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
China Memberdayakan Internet Hospital untuk Memerangi COVID-19 |
||
Edisi Minggu ke 23: Selasa 9 Juni 2020
| Edisi Minggu ke 23: Selasa 9 Juni 2020
Webinar Stunting Intervention in Indonesia: Leaving no child behind by 2030, Can We ? In the Context of COVID-19 Pandemic Community of Practice for Health Equity June 18, 2020 Stunting is widely known as impairment of growth clinically shown through the short stature of a child compare to his age. Stunting is measured by a height-for-age z-score of more than 2 standard deviations below the World Health Organization (WHO) Child Growth Standards median. Child stunting can happen in the first 1000 days after conception and is related to many factors, including socioeconomic status, dietary intake, infections, maternal nutritional status, micronutrient deficiencies, environment and inadequate psychosocial stimulation a child receives during development period. Child stunting also has a higher risk of suffering from chronic illness in his adult life. In fact, stunting and other form of malnutrition estimated to contribute to the reduction in 2-3% of Gross Domestic Product (GDP) annually. Therefore, the diagnosis and intervention are crucial during the first 1000 days of life. China Memberdayakan Internet Hospital untuk Memerangi COVID-19
Untuk menghentikan penularan virus, China mengaktifkan tingkat darurat kesehatan masyarakat tertinggi dan mengambil tindakan yang disebut “kendali masa perang” sejak awal wabah, termasuk penguncian kota, kontrol lalu lintas, dan karantina rumah. Langkah – langkah ini sedang beroperasi di beberapa negara yang paling terpukul selain China, seperti Italia dan Spanyol. Selama perjuangan tersebut, pemerintah Cina telah menetapkan prioritas utama untuk COVID-19. Namun, pembatasan yang diamanatkan dan penguncian yang luas pasti mengganggu perawatan rutin pasien dengan penyakit lain. Tanpa layanan medis yang konstan, puluhan juta pasien dengan berbagai penyakit kronis menderita potensi kondisi kesehatan mereka yang memburuk. Sebagian besar dari mereka adalah populasi yang rentan. Rumah sakit bata dan mortir dianggap sebagai tempat penyebaran virus yang jauh lebih luas. Staf medis garis depan yang terinfeksi tanpa gejala apa pun dapat menjadi pembawa yang tidak disengaja kepada pasien yang mencari perawatan medis untuk penyakit lain. Selanjutnya, untuk menghindari infeksi silang, banyak rumah sakit telah membatalkan klinik rawat jalan. Artikel ini dipublikasikan pada April 2020 di Journal of Infection. |
|||
| Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
|
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
|
Menggunakan Social Determinants untuk Mempromosikan Keadilan Kesehatan Selama Krisis |
||


























