Concurent Session 4
- Digital Health Care dan de-Humanized Hospital Care
Kemajuan teknologi digital telah diadopsi dengan cepat di rumah sakit. Hampir semua lini pelayanan rumah sakit, baik di area administrasi maupun area klinis, telah menggunakan teknologi digital.
Sistem registrasi, billing, dan inventory, adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari teknologi digital. Demikian pula dengan pengaturan penggunaan tempat tidur, penjadwalan kamar operasi, pengelolaan antrian poliklinik, juga sudah bergantung pada teknologi digital.
Robotic surgery, pengaturan dosis obat infus, monitor ventilator, semuanya juga telah menggunakan teknologi digital. Dokter menjadi programmer utama dan mengendalikan seluruh kegiatan medis melalui peralatan antar-muka yang semakin canggih.
Demikian pula dengan asuhan keperawatan saat ini yang semakin dituntut untuk bebas kesalahan. Bantuan teknologi digital sangat dirasakan manfaatnya. Pengaturan jadwal shift, monitoring kondisi individual pasien beserta sistem alert-nya, serta dokumentasi asuhan keperawatan, saat ini juga sudah sangat terbantu dengan adanya teknologi digital. Data menunjukkan bahwa kejadian nursing error menurun secara signifikan dengan adanya dukungan teknologi digital.
Pada sektor pendukung pelayanan, teknologi digital telah banyak digunakan untuk memonitor kelayakan operasional peralatan medis, terutama yang sensitif dan rawan kerusakan, serta tinggi tingkat utilisasinya. Penggunaan sinyal RFID sudah banyak dipakai untuk memonitor keberadaan peralatan medis yang sifatnya fast moving. Bahkan penghitungan linen rumah sakit juga telah menggunakan bantuan teknologi.
Pasien di negara maju telah menggunakan smart card untuk berkomunikasi dengan rumah sakit. Pendaftaran sudah bisa dilakukan sebelum pasien sampai di rumah sakit, bahkan jadwal pemeriksaan sudah disepakati serta dicatat, jauh sebelum hari-H pemeriksaan.
Ketika sampai di rumah sakit, pasien telah diidentifikasi oleh mesin pencatat dan kamera monitor, serta diarahkan ke titik-titik pelayanan oleh mesin pendaftaran. Pasien rawat jalan hanya bertemu dengan dokter saat pemeriksaan, itupun wajah dokter lebih banyak melihat pada layar komputer. Pasien juga bertemu sebentar dengan petugas bagian laboratorium untuk proses pengambilan darah, selebihnya dilayani oleh teknologi digital. Pada bagian akhir proses pelayanan, ketika pasien harus mengambil obat, vending machine sudah siap menyambut dan memberikan penjelasan melalui robot pintar.
Pembayaran pasien, baik uang memiliki asuransi maupun yang membayar langsung, telah dilayani oleh mesin penerima pembayaran. Nota bukti pembayaran, pesan-pesan administrasi, serta petunjuk lainnya, langsung diberikan oleh robot pintar yang terintegrasi dengan mesin pembayar.
Siapakah pasien sebenarnya? Apakah pasien rumah sakit adalah ’sebuah barang” yang diproses dan “diolah” (seperti yang terjadi di pabrik)? Apakah pasien adalah pemain game yang saat berinteraksi dengan mesin-mesin dan software aplikasi?
Apakah pasien gembira dengan sistem “manless” service? Apakah pasien bahagia dilayani oleh mesin? Bukankah pasien adalah manusia yang mempunyai dimensi biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual?
Tantangan rumah sakit saat ini adalah menyeimbangkan penggunaan teknologi digital dengan humanizing the services. Kecepatan pelayanan oleh karena bantuan teknologi digital adalah sebuah kemajuan, namun jika pasien merasakan rendahnya sentuhan kemanusiaan, maka kemajuan tersebut tidak akan banyak artinya. Interaksi sosial antara pasien dengan rumah sakit terjadi pada semua titik pelayanan, ketika pasien berkomunikasi dengan petugas rumah sakit. Pasien merasakan adanya perhatian dan empati dari petugas rumah sakit, ketika mendapatkan penjelasan dan nasehat. Komunikasi yang sangat personal sangat diperlukan dalam proses penyembuhan pasien.
Apakah situasi ini telah disadari oleh manajemen rumah sakit? Bagaimana strategi untuk menyeimbangkan penerapan teknologi digital dengan sentuhan kemanusiaan dalam pelayanan kepada pasien? Evidence dan experience yang tersedia saat ini masih belum dapat menjawab pertanyaan tersebut.
- Professionalisation of Healthcare Management
IHF telah mendirikan Management Special Interest Group, dengan tujuan “to progress global recognition of the healthcare management profession”. Sampai saat ini profesi healthcare manager masih belum banyak dikenal. Daftar profesi di berbagai negara, banyak yang tidak mencantumkan profesi ini. Ilmu kedokteran telah berkembang sejak ribuan tahun yang lalu, namun manajemen rumah sakit masih sangat baru. Situasi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan manajemen rumah sakit.
Healthcare Management Special Interest Group (HM SIG) mempunyai misi untuk memperkenalkan profesi healthcare manager dan mengembangkan profesi ini untuk mendukung perkembangan manajemen rumah sakit. Misi berikutnya adalah untuk mengembangkan asosiasi profesi healthcare managers serta membangun jejaring profesi ini.
Rekognisi profesi healthcare manager hanya dapat dilakukan jika kinerja healthcare manager dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, diperlukan standar kompetensi healthcare manager yang disepakati pada tingkat global. Kompetensi memiliki hubungan erat dengan management practice, dan management practice adalah penentu pencaoaian kinerja rumah sakit.
Salah satu kompetensi yang dipandang perlu untuk segera diglobalkan adalah kompetensi leadership. Kompetensi leadership sangat diperlukan oleh manajer rumah sakit oleh karena tanpa kompetensi kepemimpinan, maka kinerja individu, kinerja tim, dan kinerja organisasi dipastikan tidak akan mencapai titik yang diharapkan.
Model kompetensi yang diacu adalah model yang sudah ditulis dalam buku “Leadership Competencies for Health Service Managers”. Dalam model kompetensi ini, kepemimpinan diperkaya dengan kemampuan komunikasi dan relationship management, profesionalisme dan corporate social respomsibility (CSR), pemahaman lingkungan organisasi rumah sakit, serta kemampuan entrepreneurship.
HM SIG telah mengembangkan tools untuk menilai kapasitas (kompetensi) kepemimpinan manajer rumah sakit. Terdapat 80 area kompetensi yang dinilai sendiri oleh para manajer. Hasil penilaian akan menunjukkan di area mana seorang manajer menonjol dan lemah, serta mengindikasikan tingkat kompetensi dibanding dengan peer group-nya.
Tools tes kompetensi ini bisa diperoleh di website (www.ihf-fih.org) dan jika menginginkan untuk melakukan tes kompetensi, tidak dipungut biaya apapun. Syaratnya sangat mudah, yaitu membuat akun seperti yang disarankan dalam petunjuk.
Indonesia diharapkan dapat terlibat aktif dalam pengembangan profesi healthcare manager, mengingat banyaknya rumah sakit dan besarnya tantangan dalam manajemen rumah sakit. Di Indonesia, profesi healthcare manager juga belum banyak dikenal. Salah satu kekuatan dari special interst group ini adalah bersatunya akademisi, peneliti, dan praktisi dalam satu wadah. HM-SIG berisi para akademisi dan peneliti dari berbagai universitas dan memiliki komunitas praktisi yang isinya adalah pada senior manajer di rumah sakit. Komposisi ini sangat cocok dengan kondisi di Indonesia, dimana akademisi dan praktisi manajemen rumah sakit telah sering berkolaborasi dalam berbagai kegiatan pengembangan manajemen rumah sakit.
Profesi healthcare manager sangat penting untuk dikembangkan di Indonesia. Pertumbuhan rumah sakit dan variasi kondisi rumah sakit membutuhkan kompetensi kepemimpinan yang memadai untuk menjawab tantangan yang semakin besar, baik dari sisi tuntutan pasien, regulasi, maupun pembiayan serta kompetisi global. Oleh sebab itu, ajakan agar ada perwakilan dalam HM SIG perlu disambut dengan langkah nyata.
Reporter: Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH, MAS