Reportase
IHF World Kongres 2019
Summary Keynote Speech dan Parallel Session
Peran Rumah Sakit dalam Mendukung tercapainya Universal Health Coverage dan SDGs
Hari 1 Bagian 1 | Hari 1 Bagian 2 | Hari 2 Bagian 1 | Hari 2 Bagian 2
Andreasta Meliala, Haryo Bismantara
(43rd IHF World Congress, Muscat, Oman)
Rumah Sakit Dalam Perpektif Sistem Kesehatan
Berkembangnya kebijakan universal health coverage (UHC) di seluruh dunia telah mengubah arah sistem kesehatan di berbagai negara. Ditambah dengan tuntutan untuk mendukung program global sustainable development goals (SDGs), maka sistem kesehatan di banyak negara semakin tergerak untuk melakukan berbagai penyesuaian.
Rumah sakit adalah salah satu komponen dalam sistem kesehatan yang paling dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Tuntutan paling besar adalah untuk mengakomodasi, bahkan mengadaptasi nilai – nilai yang dianut oleh pasien dan masyarakat untuk dijadikan dasar dalam memberikan pelayanan.
Kesadaran bahwa rumah sakit adalah organisasi yang kompleks merupakan tanda bahwa manajemen rumah sakit telah memikirkan nilai – nilai yang dianut oleh pasien dan keluarganya. Manajemen telah menempatkan nilai – nilai tersebut menjadi dasar pembentukan misi organisasi rumah sakit. Selanjutnya, misi diterjemahkan dengan sangat rumit menjadi strategic action yang memperhatikan berbagai kepentingan, baik:
- Kepentingan regulasi, yang bertugas untuk melindungi publik;
- Kepentingan pembayar, yang mewakili pasien dan pemerintah untuk urusan pembiayaan;
- Kepentingan supplier, yang salah satu fungsinya adalah memasok teknologi pelayanan kesehatan; dan
- Kepentingan sosial politik, yang menjadi dasar ideologis terbentuknya ketertarikan dalam mendirikan rumah sakit, disamping fungsi akomodasi terhadap nilai kemanusiaan.
Keempat hal di atas menjadi alasan mengapa banyak manajer rumah sakit menyampaikan bahwa rumah sakit adalah organisasi yang super kompleks.Kompleksitas rumah sakit semakin berat dengan adanya UHC dan SDGs. Banyak fungsi yang harus diemban rumah sakit, baik secara klinis maupun administrasi. Namun, pada banyak forum diskusi, masih sangat sedikit rumah sakit yang melakukan perubahan fundamental untuk menghadapi situasi terkini sistem kesehatan.
Dunia pelayanan kesehatan (dalam hal ini rumah sakit) sepatutnya sudah mengubah model bisnisnya, didasarkan atas perubahan pesat yang terjadi di lingkungannya. Perubahan ini terjadi baik di dalam sistem kesehatan (terutama pada komponen pembiayaan) maupun di dinamika kebutuhan pelayanan kesehatan (seperti yang diekspresikan oleh pasien saat menerima pelayanan kesehatan di rumah sakit). Keduanya menjadi pendorong utama transformasi model bisnis rumah sakit.
Alasan lain bagi rumah sakit untuk melakukan transformasi model bisnis adalah semakin besarnya tanggung jawab sebagai bagian dari sistem kesehatan. Besarnya beban dan perubahan pola penyakit menyebabkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang responsif semakin meningkat.
Ilustrasi 1. Angka kematian di negara-negara Eastern Mediterranean Region
- Terjadi 2,5 juta kematian setiap tahun akibat penyakit tidak menular. Angka ini merupakan 62% dari total kematian;
- Kematian akibat kanker sebesar 400.000 setiap tahun;
- Proporsi kematian prematur (sebelum usia 70 tahun) sebanyak 51% dari total kematian.
Sementara itu, bisnis rutin rumah sakit juga masih banyak dikeluhkan oleh pasien, pembayar, maupun regulator. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa:
- Masih terdapat 400 juta orang yang tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan esensial;
- Terjadi 42,7 juta kasus adverse event, dimana 66% diantaranya terjadi di negara kategori low- dan middle income;
- 40% dari total belanja kesehatan ditengarai masih inefisien;
- Hanya 14% dari total pasien kanker yang mendapatkan pelayanan paliatif;
- 33% dari rumah sakit yang menyediakan pelayanan bedah, masih mengalami kekurangan air bersih dan pasokan listrik;
- Angka infeksi yang didapat di rumah sakit berkisar antara 7- 10%.
Informasi diatas menunjukkan bahwa rumah sakit masih kekurangan kapabilitas dan kapasitas untuk menjadi tempat pelayanan yang komprehensif bagi masyarakat. Rumah sakit masih tertinggal untuk ikut berkontribusi dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Apa yang Harus Dilakukan Rumah Sakit?
Terdapat tiga hal penting yang harus dilakukan oleh rumah sakit. Ketiga hal ini merupakan contoh dari pengalaman banyak rumah sakit yang telah berhasil melakukan transformasi guna menghadapi perubahan yang terjadi:
- Mengubah paradigma, model bisnis, dan strategi
Rumah sakit perlu menyadari paradoks yang terjadi, dimana masih terdapat keluhan terhadap kualitas layanan oleh pasien, meskipun pelayanan itu sendiri dilaksanakan oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dengan dukungan peralatan serta teknologi yang tinggi. Fenomena paradoksal ini wajib dipahami sebagai sebuah fenomena yang harus segera diselesaikan dengan cara kembali meredefinisi value pelayanan.
Rumah sakit perlu memaksimalkan nilai – nilai pelayanan kepada pasien, yaitu mendapatkan mutu pelayanan yang tinggi dengan biaya yang terjangkau. Rumah sakit harus berubah dari supply driven healthcare yang memfasilitasi kepentingan tenaga medis menuju patient centred care yang mengakomodasi kebutuhan pasien. Perubahan ini diilustrasikan sebagai berikut:
Dari sisi model bisnis, rumah sakit perlu kembali memikirkan tujuan dari pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya. Tujuan berlingkup sempit, seperti peningkatan akses, cost reduction, atau kenaikan keuntungan, sudah harus diganti dengan tujuan yang lebih besar, seperti value for patients. Tujuan besar ini akan secara signifikan mentransformasi rumah sakit, dimana rumah sakit akan: 1) memaksimalkan setiap biaya pelayanan kesehatan; dan 2) memastikan efisiensi penggunaan sumber daya untuk ditransformasikan menjadi outcome pelayanan yang terbaik untuk pasien. Jika rumah sakit berhasil memaksimalkan hal tersebut, maka akan terjadi peningkatan jumlah pasien (tanpa harus menambah sumber daya) yang secara langsung berdampak pada kinerja keuangan rumah sakit.
Karakteristik dari pelayanan yang berorientasi pada pasien adalah:
- Pelayanan kesehatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya, baik saat dalam perawatan rumah sakit maupun ketika dirawat di rumah;
- Melibatkan pasien dan keluarganya dalam setiap keputusan klinis yang akan mempengaruhi jalannya pelayanan; serta
- Menghormati hak pasien, menjelaskan kewajiban pasien, menjadikan pasien dan keluarganya sebagai mitra dalam pelayanan, serta mendukung semua proses pemulihan pasien dengan sikap profesional.
- Menempatkan Rumah Sakit Sebagai Bagian dari Sistem Kesehatan
Rumah sakit tidak bisa lagi melihat dirinya sebagai organisasi monolitik yang bebas dari ikatan sinergis sebuah sistem kesehatan. Pasien rumah sakit tidak bisa lagi dipandang sebagai pasien rumah sakit itu sendiri, melainkan pasien sistem pelayanan kesehatan. Kedatangan pasien ke rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan yang diberikan oleh institusi pelayanan kesehatan lainnya.
Perubahan cara pandang ini akan berimbas pada bagaimana rumah sakit dikelola sebagai sebuah unit pelayanan terintegrasi. Integrasi yang dimaksud tidak hanya integrasi rumah sakit dengan komponen pelayanan kesehatan lainnya, melainkan juga integrasi internal rumah sakit. Integrasi internal rumah sakit akan mewujudkan Integrated Practice Unit yang proaktif dan siap mendukung kedudukan rumah sakit dalam sistem pelayanan kesehatan yang lebih besar.
Hubungan rumah sakit dengan komponen sistem kesehatan lainnya digambarkan sebagai berikut:
- Hubungan rumah sakit dengan layanan kesehatan primer adalah hubungan fungsional yang berlandaskan pada prinsip appropriate care at appropriate level. Layanan primer bukanlah pemasok pasien ke rumah sakit, melainkan gate keeper yang menjaga value pelayanan sejak pasien kontak dengan sistem pelayanan kesehatan;
- Hubungan rumah sakit dengan pembayar adalah hubungan yang berlandaskan pada kepentingan pasien (yang juga sebagai klien organisasi pembayar). Mutu pelayanan kepada pasien akan dirasakan sebagai mutu pelayanan kepada pembayar. Sementara itu, tanggung jawab pembayar untuk memastikan ketersediaan pembiayaan pelayanan serta jaminan kepastian pelayanan oleh rumah sakit kepada pasien;
- Hubungan rumah sakit dengan regulator adalah hubungan timbal balik yang saling memberikan umpan balik berupa: jenis dan mutu pelayanan, beban penyakit dan pembiayaan yang dikeluarkan, serta jaminan ketersediaan sumber daya dalam melangsungkan pelayanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat. Regulator memberikan jaminan kepada pasien dan masyarakat bahwa rumah sakit yang beroperasi adalah rumah sakit yang telah memenuhi standar keamanan.
Menempatkan rumah sakit dalam sistem kesehatan akan memudahkan fungsi dan peran rumah sakit dalam upaya memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien dan masyarakat. Hubungan yang tampak kompleks menjadi sederhana ketika semua komponen sistem kesehatan menempatkan value pasien dan keluarganya sebagai common ground dalam bersinergi satu dengan lainnya.
- Adopsi Teknologi Sebagai Bagian dari Health Care 4.0
Digital healthcare adalah masa kini pelayanan kesehatan modern. Dukungan teknologi 4.0 sangat memungkinkan rumah sakit menjadi ladang tambang yang baru di dunia. Rumah sakit yang kaya akan data merupakan sumber informasi yang sangat bermanfaat untuk dikembangkan. Jutaan data yang tersimpan di rumah sakit menjadi bahan baku digital healthcare 4.0, dimana banyak sekali informasi baru yang dapat dihasilkan.
Penggunaan jejaring internet merupakan pembuka jalan terjadinya komunikasi antar unit pelayanan, antar rumah sakit, dan antar komponen dalam sistem kesehatan. Interface ini akan menjadikan sinergitas antar komponen menjadi lebih efektif. Terbentuknya Internet of Things (IoT) dalam sistem pelayanan kesehatan adalah cikal bakal berkembangnya big data analytics.
Big data analytics adalah aktivitas pengumpulan dan analisis data yang secara sistematis dan berkesinambungan untuk menghasilkan informasi – informasi baru yang mendukung peningkatan efikasi dan efisiensi di rumah sakit. Data yang tersedia di rumah sakit akan dirangkai menjadi informasi yang tidak terbayangkan sebelumnya. Contoh yang paling menarik dalam pengembangan big data analytics adalah bagaimana rumah sakit dapat melihat pola peresepan ratusan dokter dan menilai personel mana yang tidak efisien dan mana yang patuh pada standar pengobatan.
Kemampuan melakukan big data analytics akan mendorong rumah sakit untuk mengembangkan artificial intelligent (AI). Informasi yang telah dirangkai akan dipelajari pola dan kecenderungannya, sehingga dapat menghasilkan prediksi serta memiliki kemampuan trend watching. Pada tahap ini, rumah sakit akan mampu membuat algoritma berbagai keputusan (baik klinis maupun administrasi) dan menjadi cikal bakal machine learning. Memprediksi kemungkinan readmission without planning untuk setiap pasien yang baru datang di rumah sakit adalah salah satu contoh pemanfaatan AI di rumah sakit.
Adopsi healthcare 4.0 memerlukan perubahan struktur organisasi rumah sakit. Kehadiran chief information officer sudah sangat diperlukan untuk merancang visi pemanfaatan teknologi serta mengelola tambang data di rumah sakit. Tambang data rumah sakit akan menjadi revenue center yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Transformasi dalam Situasi Krisis
Proses transformasi rumah sakit akan menemui tantangan lebih besar jika berhadapan dengan krisis. Situasi ini didefinisikan sebagai kondisi dimana terdapat konflik dan/atau ketidakstabilan dalam hal sosial, ekonomi, maupun politik, serta berdampak langsung terhadap sistem kesehatan. Pengalaman negara – negara Mediterrania Timur memberikan gambaran bahwa fleksibilitas dan pengembangan berkelanjutan menjadi kunci rumah sakit krisis tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan secara efektif meskipun dalam kondisi krisis.
Dalam situasi krisis dimana keterbatasan sumber daya sangat prominen, rumah sakit akan sulit untuk mengembangkan berbagai hal secara optimal. Sehingga, prioritisasi menjadi kunci. Layanan – layanan tertentu, yang dirasa esensial diperoleh oleh masyarakat (demand-based), dapat menjadi fokus sumber daya rumah sakit akan dialokasikan.
Di samping itu, situasi krisis ini menjadi peluang untuk terwujudnya kolaborasi antar rumah sakit dalam membangun suatu sistem yang melengkapi kelebihan dan mengisi kekurangan. Kolaborasi SDM dan terjaminnya mobilitas tenaga kesehatan untuk bekerja antar rumah sakit dapat menjadi starting point dalam proses bermitra. Selebihnya, kolaborasi ini menuntut dukungan implementasi teknologi. Teknologi memiliki potensi untuk memudahkan proses komunikasi tenaga kesehatan dan manajemen pasien dalam memberikan pelayanan berbasis kebutuhan. Sebagai contoh, klinik yang didirikan oleh UNRWA mengembangkan pelayanan berbasis e – medical record untuk melayani pengungsi Palestina di negara – negara Timur Tengah. Data yang diperoleh dalam rekam medis tersebut menjadi referensi pemangku kebijakan untuk mendistribusikan sumber daya dan pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat lebih efektif dan efisien.
Mitigasi menjadi kunci rumah sakit dalam menghadapi suatu krisis. Rumah sakit perlu memiliki kemampuan trend watching dan mengembangkan perencanaan strategis dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat menghambat kinerjanya. Proses ini perlu dipandang sebagai proses multisektoral, dimana rumah sakit perlu melibatkan stakeholders eksternal terkait yang akan di – engage apabila situasi krisis terjadi.
Closing remarks
Langkah strategis rumah sakit untuk mendukung UHC dan SDGs dimulai dengan mengubah paradigma menjadi people centred care yang mengedepankan value pasien dan keluarganya. Perubahan paradigma ini diikuti dengan perubahan tujuan besar pelayanan rumah sakit dan modifikasi total model bisnis. Kehadiran teknologi healthcare 4.0 sangat mendukung langkah besar ini, bahkan dapat mempercepat proses transformasi model bisnis rumah sakit.
Proses tranformasi ini memerlukan komitmen dan kontribusi dari stakeholder internal dan eksternal rumah sakit dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan pengembangan. Berbagai skenario perlu dipertimbangkan, mengingat situasi sistem kesehatan yang saat ini rentan terpengaruh oleh arus globalisasi, perkembangan teknologi, maupun situasi krisis. Mitigasi rumah sakit terhadap tren dan tantangan di sistem kesehatan menjadi kunci dalam membangun institusi yang adaptif, inovatif, dan resilien.
Muscat, 8 November 2019