KBRN, Jakarta : Pemerintah melalui Jasa Raharja selalu berusaha memberikan perlindungan dasar kepada korban kecelakaan lalu lintas dan angkutan umum dengan
Mahalnya Tarif RS Swasta Akibat Tingginya Nilai Investasi
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Masyarakat masih saja mengeluh terhadap tarif Rumah Sakit Swasta di Pekanbaru yang dirasa menguras kantong.Sehingga banyak pasien yang kelas menengah ke bawah merasa terbebani d’
Pembangunan Dua Gedung di RSUD Lubuksikaping Terkatung-katung
PASAMAN–Proyek pembangunan dua unit gedung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lubuksikaping, Kabupaten Pasaman, dengan dana miliaran rupiah masih terkatung-katung. Satu diantara bangunan itu sedang berperkara di Pengadilan Negeri (PN) setempat.
Informasi yang dihimpun dari Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan RSUD setempat, Ardiwitra, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, ada dua paket pembangunan gedung di RSUD itu diputus kontrak, berhubung ketidak mampuan pihak rekanan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat kontrak kerja.
“Ya, ada dua paket, yakni gedung IGD yang telah memasuki masa dua tahun. Satu lagi, ruang bedah pada 2013 kemaren, saat ini sudah dilanjutkan kembali pembangunannya,” ujar Ardiwitra, saat ditemui diruangannya, Rabu (18/6).
Dikatakan, untuk bangunan gedung Intalasi Gawat Darurat (IGD), dikerjakan pada 2012 lalu oleh CV Bina Perdana Abadi, pagu dana senilai Rp2,3 miliar. Sesuai bobot, bangunan tersebut baru terselesaikan 84 persen lebih.
“Bangunan IGD ini belum bisa dilanjutkan, karena sedang berperkara perdata dengan pihak pelaksana. Dipicu, karena ada ketidak cocokan penyesuaian bobot pekerjaan, antara rekanan dan konsultan perencana kita. Nilai penawaran sebesar Rp1,7 miliar,” katanya.
Awalnya, kata Ardiwitra, pihak rekanan mengklaim, bobotnya pekerjaannya mencapai 74,4 persen lebih. Setelah dihitung ulang bersama, bobot ternyata 84,6 persent. Namun, lanjut dia, pihak rekanan menolak lagi dengan klaim baru, bahwa bobot pekerjaan IGD itu sudah mencapai 98,7 persen lebih.
“Pihak pelaksana keukeuh pada pendiriannya. Ia mengklaim, bahwa bobot pekerjaannya yang diputus kontrak sudah mencapai 98,7 persent. Tapi, dari hasil hitung kita hanya 84 persent. Persentasi ini jauh melebihi dari angka pada klaim pertamanya,” ujarnya.
Sedangkan satu gedung lagi, yaitu pembangunan ruang bedah terselesaikan 59 persen. Nilai proyek pembangunan dua gedung ini teralokasi di APBN dan APBD Pasaman tahun anggaran 2012 dan 2013.
“Setelah dihitung, alokasi dana untuk lanjutan pembangunan ruang bedah dua lantai senilai Rp1,8 miliar. Ditawar oleh rekanan, yakni CV Ulu Brata Inovasi senilai Rp1,44 miliar, turun sekitar 20 persen dari pagu dana. Saat ini sedang dalam tahap pengerjaan,” kata Ardi.
Selain itu, sebanyak tiga paket proyek tengah berjalan tahun ini di RSUD Lubuksikaping tersebut. Ketiga paket itu, terdiri dari pembangunan ruang anak dua lantai, senilai Rp3 miliar, dikerjakan oleh PT Pasaman Prima Kreasi dengan nilai penawaran Rp2,6 miliar.
Selanjutnya, dua paket berbentuk Penunjukan Langsung (PL), berupa renovasi sarana ibadah senilai Rp200 juta dan renovasi gedung logistik RSUD senilai Rp153 juta.
“Untuk gedung logistik udah selesai dan telah PHO. Sarana ibadah masih dalam tahap finishing. Sementara ruang anak dalam tahap pengerjaan oleh rekanan,” ucapnya. (Wahyu)
Sumber: padangmedia.com
DPRD Dorong Penyelesaian Pembangunan RSUD Kotabaru
Kotabaru, (AntaranewsKalsel) – Kalangan DPRD Kotabaru, Kalimantan Selatan, melalui Fraksi Amanat Pembangunan, mendorong pemerintah daerah setempat segera menyelesaikan pembangunan rumah sakit tipe B, di Stagen, Kotabaru.
Ketua Fraksi Amanat Pembangunan, Muhammad Arif SH, di Kotabaru, Senin mengatakan, saat ini pembangunan rumah sakit yang refresentatif, seperti rumah sakit kelas B sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mengingat rumah sakit kelas C yang ada masih banyak kekurangan.
“Kotabaru sangat kekurangan tenaga kesehatan khususnya dokter ahli/ sepesialis, untuk itu pemkab harus memprioritaskan penyelesaian rumah sakit tipe B yang kini dalam proses pembangunan, puskesmas dan sarana prasarana, agar masyarakat yang berobat tidak perlu keluar daerah, serta perlu penyediaan obat yang tepat guna dan tepat sasaran,” kata Muhammad Arif.
Bidang pendidikan lanjut dia, masih perlu penanganan serius dalam pengetasan buta huruf/ aksara. Selain itu juga perlu diperhatikan adanya pemerataan penyebaran guru-guru di seluruh wilayah, karena adanya dugaan tidak meratanya tenaga pengajar di daerah-daerah kecamatan.
Rekomendasi lainnya, bidang pertanian yang merupakan tanggapan akhir terhadap LKPJ bupati, Fraksi Amanat Pembangunan gabungan dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menekankan perlunya program menghidupkan kembali daerah lumbung padi dalam rangka swasembada bagi petani.
Sementara bidang perindustrian dan investasi, masih perlunya peningkatan ekonomi masyarakat yang berkesinambungan. Mempercepat program peningkatan pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan sebagai upaya menuju Kotabaru sebagai Kota Minapolitan.
Masih menurut Muhammad Arif, di bidang tenaga kerja dan transmigrasi, perlunya pelatihan dan pemerataan kesempatan kerja melalui kewirausahaan. Perhatian serius terhadap kelangsungan warga Transmigran, termasuk menyangkut asset-aset mereka yang masih bermasalah.
Tidak kalah penting yang perlu mendapatkan perhatian serius oleh pemkab Kotabaru, khususnya melalui Dinas Sosial agar meningkatkan kinerjanya dalam rangka pendataan dan penanggulangan masalah kemiskinan di Bumi Saijaan ini.
Lebih lanjut Fraksi Amanat Pembangunan dalam rekomendasinya menyorot kinerja Bidang Pekerjaan Umum (PU), yang sangat menyayangkan ditarik dan tidak difungsikannya UPTD yang seyogyanya diperuntukkan perbaikan dan pemeliharaan jalan di daerah-daerah kecamatan.
“Untuk mempermudah penghitungan dan pengawasan penggunaan anggaran perbaikan jalan dan jembatan, maka perlu pengklasifikasian jalan dan jembatan yang disusun di seluruh kecamatan di Kotabaru,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Muhammad Arif mewakili Fraksinya mengapresiasi pemkab dalam pembangunan jalan sumbangan dari pihak ketiga, namun pihaknya mengingatkan agar pemberian hibah tersebut tetap sesuai peraturan dan perundang-undangan.
Terpisah, H Akhmad Rivai, MSi, saat menjabat Kepala Dinas Cipta Karya Perumahan dan Pemukiman Kotabaru, mengatakan, penyelesaian pembangunan RSUD di Stagen, Kotabaru ditargetkan senilai Rp168 miliar.
Tahap pertama dialokasikan Rp10 miliar, tetapi yang terealisasi sekitar Rp7 miliar, tahap kedua, dialokasikan Rp5 miliar, sehingga total yang sudah terealisasi pembangunan RSUD senilai Rp12 miliar.
Rivai menambahkan, saat ini Dinas Cipta Karya berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), terkait lainnya, membentuk payung hukum untuk program pembangunan RSUD dengan sistem tahun jamak atau “multi years”.
“Kita sangat berhati-hati dan tidak mau gegabah, proses pembangunan multi years bisa dipersalahkan, atau dianggap melanggar hukum,” ucapnya.
Rivai menegaskan, rencananya Pemkab Kotabaru menuntaskan pembangunan RSUD dengan dua tahun anggaran. Melalui APBD Kotabaru 2014 pemerintah mengalokasikan Rp64 miliar dan APBD berikutnya, dialokasikan dana sekitar Rp92 miliar.
“Rencana awal, sebelum mempertimbangan inflasi, pembangunan fisik RSUD Rp168 miliar,” ucapnya.
Sumber: kalsel.antaranews.com
RSJ Sumut Sudah Over Kapasitas
MedanBisnis – Medan. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Sumatera Utara kesulitan melakukan perluasan rumah sakit untuk meningkatkan kapasitasnya. Padahal jumlah pasien yang berkunjung ke RSJ terus mengalami peningkatan dan sudah over kapasitas.
Hal itu dikatakan Direktur RSJ Provinsi Sumatera Utara dr Chandra Syafei SpOG kepada wartawan di Medan, Senin (16/6). Dijelaskannya, kapasitas tempat tidur RSJ ada 450, namun jumlah pasien RSJ mencapai 500-550 pasien. Pihaknya tidak dapat menolak pasien yang datang, karena RSJ provinsi merupakan satu-satunya rumah sakit rujukan di Sumut bagi pasien yang mengalami gangguan jiwa.
“Kita ada 450 tempat tidur, tapi pasien kita mencapai 500-550. Kita terbentur penambahan lahan karena dana dan sebagainya,” ungkap Chandra.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Sumut ini menuturkan, melihat peningkatan signifikan jumlah pasien yang berkunjung ke RSJ, pihaknya sudah merencanakan pengembangan rumah sakit dalam rencana strategis (Renstra) lima tahun ke depan.
Namun hal itu masih terbentur penyediaan lahan mengingat prosesnya yang tidak mudah. “Renstra kita dalam lima tahun ke depan ada mau mengembangkan rumah sakit. Kita sudah lihat, ada lahan yang cukup luas di sekitar sini. Tapi menyediakan lahan itu kan sulit karena bukan kita yang menentukan,” kata Chandra.
Didata
Disinggung soal pendataan pasien jelang Pilpres, Dia mengatakan belum ada pendataan dilakukan KPU. Kalaupun KPU mau mendata para pasien, seharusnya sudah ada pemberitahuan ke rumah sakit.
Menurutnya, orang yang sudah memiliki hak memilih seharusnya di data baik di rumah sakit umum maupun di rumah sakit jiwa. Karena pasien yang sedang dirawat inap di rumah sakit adalah warga Negara Indonesia. “Ya seharusnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa didata juga. Kalau pasien itu mau memilih dan tidak memilih itu kan haknya si pemilih,” ujarnya, sambil menambahkan pasien yang sedang dirawat inap sampai sekarang mencapai 520 orang. (romi irwansyah)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Pasien Ditolak RS karena Tidak Tahu Prosedur
REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO — Kepala Unit Kepesertaan dan Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Gorontalo, Christina Kolongian mengatakan, banyak kasus pasien ditolak rumah sakit akibat dari ketidaktahuan masyarakat mengenai prosedur rujukan.
“Sejak diberlakukannya BPJS, setiap pasien yang ingin dirawat di rumah sakit harus terlebih dahulu memeriksakan diri di Puskesmas hingga mendapatkan rujukan,” kata Christina Kolongian, Senin.
Ia mengatakan, tanpa rujukan dari puskesmas, pihak rumah sakit akan menolaknya karena biaya yang dikeluarkan rumah sakit tidak akan bisa diklaim ke BPJS. Kecuali dalam keadaan darurat.
Selain puskesmas, pasien juga bisa minta rujukan kepada dokter keluarga yang telah dipilih dan terdaftar di BPJS, fasilitas kesehatan milik TNI/Polri maupun klinik umum.
“Untuk dokter keluarga, masyarakat bisa mendaftarkan diri ke BPJS. Bisa memilih dokter yang dekat dengan rumah, ataupun yang sudah kenal baik,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan, saat ini puskesmas menjadi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang harus menangani pasien yang masuk sebelum dirujuk ke faskes lanjutan yakni rumah sakit.
“Jika sakit yang diderita ringan, maka hanya akan dirawat puskesmas. Malah sebisa mungkin tidak ada rujukan ke rumah sakit jika memang bisa ditangani di puskes,” ujar Christina Kolongian.
Ia menambahkan pihaknya terus melakukan sosialisasi mengenai aturan dalam BPJS, terutama alur yang harus ditempuh pasien dalam mendapatkan pengobatan maupun perawatan lebih lanjut.
Hingga Juni 2014, BPJS kesehatan telah bekerja sama dengan 136 fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sumber: republika.co.id