Liputan6.com, Jakarta Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Luwu Timur dan atas partisipasi donatur tetap, kegiatan pelayanan medis doctorSHARE yang berlangsung di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan dengan tema “Mewujudkan Harapan Menuju Masa Depan Cerah” terdiri dari bedah mayor, bedah minor, operasi katarak, pengobatan umum dan penyuluhan kesehatan. Dalam pelayanan medis ini, doctorSHARE menerjunkan 2 dokter spesialis (bedah dan mata), 11 dokter umum, 1 perawat, dan 5 relawan non medis.
Tim doctorSHARE tiba di Malili tanggal 22 April 2014. Beberapa anggota tim yang datang terlebih dahulu melakukan persiapan kegiatan di Pelabuhan Malili dan RSUD Ilagaligo serta visit pasien pre operasi di Puskesmas Malili.
23 April 2014, pelayanan medis dibuka dengan upacara yang dipimpin langsung oleh Bupati Luwu Timur, H. Andi Hatta Marakarma, MP yang bertempat di Pelabuhan Malili. Beliau beserta para staf juga berkeliling melihat fasilitas di RSA dr. Lie Dharmawan.
Pengobatan umum berlangsung di tiga lokasi: Pelabuhan Malili, Puskesmas Wawondula, dan Puskesmas Malili dengan total 1.036 pasien dengan penyakit terbanyak ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), dispepsia (nyeri perut), hipertensi (darah tinggi), dan myalgia (nyeri otot). Masing-masing pasien pengobatan umum juga mendapat bingkisan berupa biskuit, balsam, salep kulit dan minuman sachet.
Bedah mayor berlangsung di RSA dr. Lie Dharmawan yang sandar di Pelabuhan Malili. Total ada 8 pasien dengan kasus hernia, haemorhoid, FAM (benjolan di payudara), benjolan di leher, dan dugaan keganasan pada wajah. Bedah minor dilaksanakan di RSA dr. Lie Dharmawan dan Puskesmas Wawondula dengan total 32 pasien dengan kasus terbanyak lipoma dan kista ateroma.
Operasi katarak berlangsung tiga hari di RSUD Ilagaligo dengan total 136 pasien. Tiga spesialis mata yang melaksanakan operasi katarak adalah dr. I Gede Eka Yudiasa, SpM; dr. Andi Senggeng Relle, SpM dan dr. Asrayani, SpM.
Sehari setelah pelaksanaan operasi mayor, dr. Lie Dharmawan berkunjung ke RSUD Ilagaligo untuk mengunjungi pasien usai operasi dan melihat pelaksanaan operasi katarak.
Penyuluhan kesehatan dengan tema
Kasus Meningkat, Sulbar Butuh Bangun RS Khusus Narkoba
Rumah sakit khusus penderita/korban narkotika dan obat terlarang (narkoba) butuh dibangun di Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka menyukseskan tahun penyelamatan narkoba.
Kepala Badan Narkotika Provinsi (BNP) Sulbar, Yusran Rivai di Mamuju, Selasa, mengatakan, rumah sakit narkoba perlu dibangun di Sulbar karena itu sangat penting mengingat tingginya pengguna narkoba di Sulbar.
Ia mengatakan, pemerintah di tingkat Provinsi diminta mendukung dibangunnya rumah sakit untuk merehabilitasi pengguna narkoba di Sulbar, agar jumlah pengguna narkoba di Sulbar dapat ditekan.
Mengawal Pembangunan RS Indonesia dari Drone Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza-Palestina berdiri megah di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Bangunan yang bediri di lahan seluas 16.261 meter pesegi itu sangat mudah dikenali karena bentuknya yang unik dan berbeda dengan bangunan lainnya yang ada di Gaza.
Bentuknya segi delapan, terdiri dari dua lantai dan satu lantai basement. Siapa sangka, rumah sakit yang dibangun dekat lahan konflik itu dikawal oleh puluhan relawan gagah berani asal Bogor, Jawa Barat. Mereka diberi nama Tim Ukhuwah Rescue Al Fatah.
Mereka terlibat dalam pendirian bangunan secara langsung. Edi Wahyudi salah satunya. Ia merupakan Project Manager yang bertugas mengawal pembangunan RSI
Sejumlah Rumah Sakit Diberi Izin Vaksin Meningitis di Luar KKP
Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah segera mengizinkan pemberian vaksin meningitis di sejumlah rumah sakit di Jakarta maupun di daerah lain di luar Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) pada tahun ini.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan tindakan ini merupakan upaya pemerintah dalam mencegah penyakit menular tersebut.
Pasalnya, saat ini tercatat banyak warga negara Indonesia yang sering melancong ke luar negeri baik untuk dinas pekerjaan, sekolah, maupun liburan.
SILO atur posisi untuk akuisisi rumah sakit lain
TANGERANG. Selain mengembangkan pembangunan secara organik, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) juga membidik pertumbuhan melalui jalan akuisisi.
Romeo Lledo, Direktur Utama SILO mengatakan, saat ini ada sekitar lima rumah sakit yang menawarkan diri untuk diakuisisi. Namun, perseroan masih terus melakukan evaluasi.
“Selain harganya harus cocok, yang jadi pertimbangan adalah lokasinya,” kata dia, Rabu (23/4). Lokasi yang dimaksud harus memenuhi minimal 500.000 penduduk dari segmen menengah. Kawasan yang dirasa prospektif diantaranya Bandung, Jakarta, Jawa, Kalimantan, Sumatera.
Sebelumnya, SILO sudah mengakuisisi dua rumah sakit di Bali yakni RS BIMC di Kuta dan di Nusa Dua. SILO mengmbil alih kedua rumah sakit ini dengan membeli 80% saham PT Medika Sarana Traliansia. Nilainya mencapai Rp 308 miliar.
SILO cari dana eksternal Rp 400 miliar
TANGERANG. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) masih gencar berekspansi. Perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 900 miliar di tahun ini. Untuk memenuhi kebutuhan itu, SILO akan mencari pendanaan eksternal sebesar Rp 400 miliar.
Romeo Lledo, Direktur Utama SILO mengatakan, perseroan bakal membuka beberapa opsi pendanaan yakni pinjaman dari perusahaan induk, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), atau pinjaman perbankan.
“Untuk pendanaan tidak akan sulit karena SILO bisa pinjam dari induk, ini akan lebih murah,” ujarnya, Rabu (23/4). SILO juga tak menutup kemungkinan untuk mencari dana dari pasar modal seperti rights issue.
Saat ini, SILO masih memiliki dana sisa penerbitan saham saat Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 188,15 miliar. “Posisi debt kami masih rendah jadi sangat memungkinkan jika menarik utang baru,” kata dia.
Belanja modal itu akan digunakan untuk membangun lima rumah sakit baru. Pembangunan satu rumah sakit diperkirakan menelan dana sekitar Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar.
Sejatinya, SILO menargetkan bisa membangun 7-8 rumah sakit per tahunnya. Namun tahun ini, masih ada kendala dari sisi perizinan. Romeo optimistis, pendapatan SILO bisa melesat 40% di tahun 2014.
Sumber:
Rumah Sakit Tanpa Kelas Batal Dibangun
Janji Bupati Kendal akan membangun rumah sakit tanpa kelas batal terlaksana. Bupati menolak anggaran yang sudah disiapkan, karena disetujui melalui APBD 2012 perubahan . Menurut bupati, tidak mungkin membangun rumah sakit dengan waktu yang singkat di APBD perubahan.
Ciputra Bangun Rumah Sakit di Banjarmasin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Langkah Grup Ciputra terjun ke bisnis rumah sakit rupanya tidak main-main. Kabar paling anyar, Ciputra mendirikan rumah sakitnya yang ketiga yaitu Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sama dengan kedua rumah sakit terdahulu, Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin juga berada di dalam kawasan perumahan yang dikembangkan oleh Ciputra sendiri, yaitu Citraland Banjarmasin.
Namun kali ini Ciputra tidak sendirian, melainkan menggandeng putra daerah, Grup Mitra. Keduanya membentuk anak usaha patungan, PT Ciputra Mitra Medika untuk mengelola rumah sakit.
Ciputra diwakili oleh PT Ciputra Raya Sejahtera, anak usaha PT Ciputra Development Tbk. “Porsi kepemilikan sahamnya sama besar,” jelas Veimeirawaty Kusnadi, Direktur Ciputra Mitra Medika kepada KONTAN, Selasa (22/4).
Adapun alasan Ciputra memilih Banjarmasin sebagai lokasi rumah sakitnya yang ketiga adalah karena melihat minimnya fasilitas kesehatan yang ada.
Akibatnya, masyarakat kelas menengah atasnya memilih berobat ke pulau Jawa, bahkan tidak sedikit yang ke luar negeri.
Peletakan batu pertama Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin sudah dilakukan pada tanggal 16 April 2014.
Kalau tidak ada aral melintang, rumah sakit yang menelan investasi senilai Rp 250 miliar itu siap menerima pasien pada bulan Oktober 2015.
Sebagai gambaran, Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin menempati lahan seluas 1,5 hektare (ha). Di atas lahan tersebut nantinya akan berdiri dua menara dengan kapasitas 250 tempat tidur.
Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin yang termasuk ke dalam kategori rumah sakit tipe B juga memiliki fasilitas 35 ruang poliklinik untuk pasien rawat jalan, unit gawat darurat (UGD) berkapasitas 12 tempat tidur, tiga kamar bedah, ruang medical check up, radiologi, fisioterapi, serta intensive care unit (ICU).
Lebih lanjut, Veimeirawaty bilang, Ciputra siap menambah jumlah rumah sakitnya. Tahun ini saja akan ada satu tambahan rumah sakit lagi. Namun dia masih merahasiakan lokasi yang dipilih.
“Yang jelas, kami ingin membangun rumah sakit di kota-kota yang sudah kami masuki,” ujar Veimeirawaty.
Asal tahu saja, proyek residensial Ciputra tersebar di 35 kota di Indonesia. Berbagai faktor seperti populasi dan pasokan rumah sakit di kota tersebut menjadi bahan pertimbangan Ciputra sebelum membangun rumah sakit baru.
Sekedar informasi tambahan, rumah sakit pertama yang didirikan oleh Ciputra di CitraRaya Tangerang sudah dibuka. Sedangkan rumah sakit yang kedua di CitraGarden City Jakarta Barat masih dalam tahap konstruksi.
Mengingat baru satu rumah sakit yang sudah beroperasi, Veimeirawaty memproyeksikan kontribusi bisnis rumah sakit terhadap pendapatan Ciputra belum signifikan.
“Kontribusinya terhadap pendapatan berulang baru signifikan setelah ada tiga atau lima rumah sakit,” ujarnya. Saat ini pendapatan berulang Ciputra lebih banyak disumbang oleh hotel dan mal.
Meski demikian, pendapatan Ciputra sejatinya masih ditopang oleh penjualan residensial ketimbang pendapatan berulang.
Ciputra Development, sebagai induk usaha PT Ciputra Property Tbk dan PT Ciputra Surya Tbk, membukukan pendapatan Rp 5,08 triliun atau tumbuh 53% dibanding tahun sebelumnya pada tahun 2013.
Sedangkan target pertumbuhan pendapatan yang dipasang pada tahun 2014 sebesar 30%.
Sumber: tribunnews.com
Kembangkan RS Tipe B, RSU Harapan Ibu Purbalingga Bangun Gedung Senilai Rp 45 M
WARTA ANDALAS, PURBALINGGA – Setelah sempat tertunda hingga 3 tahun, akhirnya Rumah Sakit Umum Harapan Ibu (RSUHI) Purbalingga dapat segera membangun pengembangan gedung rumah sakit senilai total Rp 45 miliar. Pengembangan RSUHI yang direncanakan bertahap selama tiga tahun, akan dimulai Senin (28/4) lusa sesuai surat perintah kerja (SPK) yang ditandatangani bersama oleh Yayasan Islam Bani Shobari dan kontraktor pelaksana pembangunan PT Sambas Wijaya, Kamis (24/4) di aula kantor RSHI.
Penandatanganan kontrak kerja, dilakukan masing-masing oleh Ketua Umum Yayasan Imam Waluyono dan Sekretaris Umum yayasan Ir H Gunarto selaku pihak pertama serta Presiden Direktur PT Sambas Wijaya, Widji Laksono DA SH selaku pihak kedua.