manajemenrumahsakit.net :: TEGAL
Tangani Peserta BPJS, DPR Minta RS Pemerintah Dievaluasi
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Anggota Komisi Kesehatan DPR RI Irma Suryani Chaniago meminta Menteri Kesehatan segera mengevaluasi rumah sakit pemerintah yang ditengarai belum secara maksimal menangani pasien peserta Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS). “Menteri Kesehatan harus mengevaluasi rumah sakit pemerintah, karena penanganan pasien peserta BPJS masih memprihatinkan,” kata Irma melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat (15/5).
Irma mencontohkan dalam kunjungan kerjanya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Kamis (13/5), dirinya mendapati sejumlah pasien terlantar di pelataran rumah sakit milik pemerintah itu. Irma yang merupakan politisi Nasdem itu menemukan Budiantoro (35), seorang pasien penderita tumor ganas di leher terlantar di pelataran rumah sakit.
Berdasarkan pengakuannya, kata Irma, Budiantoro berobat ke RSCM berbekal surat rujukan dari salah satu RSUD di Sumatera Selatan. Namun hingga satu bulan menanti, Budiantoro tak kunjung mendapatkan pengobatan intensif, melainkan hanya diminta berobat jalan. “Saya langsung membawa pasien itu ke ruang bedah tumor untuk menjalani proses pengobatan intensif, saya meminta pihak RSCM menangani pasien secara serius,” tegas Irma.
Dia menekankan secara kasat mata penyakit Budiantoro sudah mengkhawatirkan, sehingga semestinya pihak rumah sakit merawatnya dengan layak. Sebab, kata Irma, apabila merujuk pada aturan rumah sakit, ada beberapa penyakit yang harus langsung mendapatkan penanganan intensif atau gawat darurat.
“Dan kalau melihat kondisi tumor yang sudah hampir melebihi kepala, bukan lagi berstatus rawat jalan tapi sudah wajib dirawat intensif oleh rumah sakit,” ujar dia. Irma berjanji akan memantau proses pengobatan yang dilakukan RSCM kepada Budiantoro. Ia meminta kasus Budiantoro dapat menjadi bahan evaluasi oleh Menteri Kesehatan.
Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan, pihaknya segera mengusulkan agar dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
“Kami sudah setahun menjalankan program itu (BPSJ Kesehatan-red). Jadi kami usul dievaluasi kebaikan dan kelemahannya. Jadi dari kami akan menghitung, dari BPJS menghitung, dan dari dewan juga,” kata Menkes.
Ia mengatakan bahwa setelah setahun berjalan sudah ada data-data terkait pelaksanaan program ini yang dapat dijadikan bahan evaluasi. Evaluasi ini, kata dia, juga termasuk aspek pembiayaan dan pelayanan BPJS Kesehatan yang selama ini dilakukan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo mengatakan masih banyak keluhan masyarakat atas layanan dari rumah sakit. Temuan atas laporan di lapangan, ujarnya, rumah sakit terlalu lama menyikapi keluhan dari masyarakat.
Data Dinkes Jateng menyebutkan saat ini terdapat 214 rumah sakit terdiri dari RSU Daerah sebanyak 49 unit, RSU Pusat 3 unit, RSU TNI/Polri 11 unit, RS Swasta 151 unit. Pihaknya mengakui tindakan tegas BPJS Kesehatan dengan memutus kontrak kerjasama rumah sakit nakal merupakan langkah tepat untuk membikin jera kepada pihak rumah sakit.
Sumber: neraca.co.id
Wabup Resmikan RS Raudhah Bangko
manajemenrumahsakit.net :: BANGKO – Rumah Sakit Raudhah Bangko terletak di kawasan Bukit Aur Bangko, Senin (18/5), diresmikan Wabup Merangin, H A Khafid Moein. Peresmian RS tersebut juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Merangin, Isnedy, Kadis Kesehatan, Dr Solahudin dan insan kesehatan Merangin.
RS Raudhah Bangko, memiliki 60 kamar rawat inap, IGD, Apotek, Radiologi Fisikaterapi dan berbagai fasilitas lainnya.
“Pemkab Merangin terus memperdayakan lembaga-lembaga yang menangani masalah kesehatan,” ujar Wabup.
Semua itu lanjutnya, guna mewujudkan Merangin Sehat. Meskipun RS wasta, Wabup minta kepada manajemen RS Raudhah, untuk memperhatikan masyarakat miskin yang datang dan berobat di RS Raudhah.
“Jadi, tolong kalau ada pasien yang berobat, jangan ditanya apakah akan memakai dana sendiri atau BPJS. Jangan pula pasien yang memakai dana sendiri cepat dilayani, dan BPJS terkesan ditunda-tunda,” pinta Wabup.
Kedepan diharapkan RS Raudhah, mampu memberikan pelayanan bermutu serta profesional dalam melayani pasiennya, sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Merangin.
Semua peralatan kesehatan yang digunakan dalam kondisi baru, bahkan saat wabup masuk dari ruangan satu ke ruangan lainnya, masih ada peralatan kesehatan yang terbungkus.
Sumber: infojambi.com
Pasien Kemoterapi Paling Banyak Dirawat RS H Adam Malik
manajemenrumahsakit.net :: Medan. Pasien dengan diagnosa chemotherapy session for neoplasm atau kemoterapi, menduduki peringkat pertama untuk kasus penyakit rawat inap yang paling banyak dilayani di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik Medan dalam tiga tahun terakhir.
Kasubbag Humas RSUP H Adam Malik Medan Sairi M Saragih menuturkan, pasien yang dilayani untuk menjalani kemoterapi di tahun 2013 berjumlah 2.568 orang atau sebanyak 31,17% dari total 10 penyakit terbanyak yang dilayani di satu-satunya rumah sakit tipe A di Sumatera Utara (Sumut) ini.
Jumlah pasien kemoterapi ini, lanjutnya, meningkat hingga 3.666 orang di tahun 2014 atau 43,63% dari total 8.403 orang pasien yang dilayani di instalasi rawat inap. “Pada tahun 2015, jumlah pasien kemoterapi diperkirakan masih tetap tinggi. Namun data riilnya belum di update,” ujarnya, Sabtu (16/5).
Dituturkan Sairi, layanan kemoterapi adalah pengobatan yang menggunakan obat keras untuk merusak atau membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat.
Kemoterapi digunakan untuk mengobati penyakit kanker, dan di rumah sakit ini, paling banyak digunakan kepada pasien kanker serviks dan kanker payudara.
Selain kemoterapi, sambungnya, pasien dengan diagnosa end stage renal disease (gagal ginjal kronik), congestive heart failure (gagal jantung) juga menduduki peringkat 10 besar dari diagnosa penyakit yang banyak dilayani di rumah sakit yang berada di Jalan Bunga Lau ini. Sedangkan untuk instalasi rawat jalan, pasien dengan diagnosa hipertensi menduduki peringkat pertama, diikuti dengan diabetes mellitus tanpa komplikasi.
Terkait banyaknya jumlah pasien dengan diagnosa kemoterapi ini, Dokter Spesialis Patologi Anatomi, Delyuzar menuturkan, kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidakterkendali, menyerang jaringan biologis.
“Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan, serta diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi,” tutur dia.
Kanker dapat dirawat dan disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Jika makin cepat diketahui, maka proknosisnya bisa disembuhkan. Namun sayangnya, banyak pasien baru mengetahui kalau dirinya kanker sudah masuk stadium 3 atau 4. “Kalau sudah stadium tersebut, tahap kesembuhannya sulit,” sebutnya.
Kemoterapi, jelas dia, merupakan terapi yang banyak dilakukan ketika seseorang dalam tahap menyembuhkan kanker. Pada dasarnya kemoterapi adalah menghancurkan sel-sel kanker, namun karena sel-sel ini tidak dapat dipisahkan dengan sel normal dan sehat, maka kemoterapi pun menimbulkan efek samping. Diantaranya, rambut rontok, penurunan berat badan serta diare. ( prawira)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Walkot Bekasi evaluasi operasional rumah sakit swasta
manajemenrumahsakit.net :: Bekasi – Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap rumah sakit swasta yang ada di wilayahnya terkait masih adanya laporan mengenai penolakan pasien tidak mampu.
“Kejadian yang dialami warga Rawabebek, Bekasi Barat, menjadi bukti masih adanya pembedaan terhadap pasien peserta Badan Pelaksana Jaminan Sosial dari warga tidak mampu dan yang belum mendaftar,” kata Rahmat di Bekasi, Senin.
Peristiwa yang dimaksud Rahmat merujuk pada kejadian yang dialami Sri Supartini (37), warga Jalan Hidayah RT 5 RW 8 Kampung Rawa Bebek, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat.
Sri yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS harus kehilangan dua bayi kembarnya karena keterbatasan inkubator di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi.
Pasien merupakan rujukan dari sebuah rumah sakit swasta yang tidak memberikan fasilitas inkubator pada pasien yang baru dibantu persalinannya karena yang bersangkutan tidak bisa menyerahkan uang jaminan.
“Hal demikian memperlihatkan adanya perbedaan orientasi antara RSUD dengan rumah sakit swasta,” katanya.
Diakui Rahmat, hingga saat ini mayoritas rumah sakit swasta masih berorientasi pada keuntungan.
“Sementara RSUD tidak boleh demikian, tapi terkendala keterbatasan alat dan fasilitas penunjang lainnya,” katanya.
Rahmat tak mengingini kejadian demikian terulang di masa mendatang, sehingga kesenjangan tersebut tidak boleh ada lagi.
“Maka dari itu evaluasi menyeluruh akan segera dilakukan,” katanya.
Meskipun berstatus sebagai rumah sakit swasta, orientasi yang diutarakan jangan sekadar mencari keuntungan.
“Jauh lebih penting tingkatkan kualitas pelayanan, utamakan keselamatan pasien,” demikian Rahmat.
Sumber: antaranews.com
Abaikan Kenyamanan Pasien, RS Siloam Kembali Dikeluhkan
manajemenrumahsakit.net :: MANADO – Masyarakat sebagai konsumen kembali mengeluhkan pelayanan pihak Rumah Sakit (RS) Siloam Hospital Manado yang dinilai terlalu menyulitkan dan bahkan mengabaikan kepentingan pasien. RS Siloam dinilai tak mampu beri pelayanan baik bagi pasiennya. Hal ini terbukti saat keluarga pasien di kamar 2103 marah-marah dengan petugas RS karena beberapa kali cuek dan terkesan membiarkan dengan keluhan pasien.
Pasalnya pasien kamar 2103 adalah seorang ibu yang melahirkan dengan operasi cesar di RS Siloam dan selalu mendapat pelayanan dan perawatan buruk dari para petugas RS.
TelkomSigma genjot layanan Teleradiology untuk RS
manajemenrumahsakit.net :: BOGOR. Meningkatnya permintaan layanan radiology di industri kesehatan membuat TelkomSigma
Sidak ke RSCM, Komisi IX DPR temukan pasien tumor ganas telantar
manajemenrumahsakit.net :: Penanganan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) masih memprihatinkan. Faktanya, di rumah sakit milik pemerintah itu, banyak pasien telantar di pelataran RS dan belum bisa mendapatkan pengobatan intensif.
Dalam kunjungannya Komisi IX DPR pada Rabu lalu, anggota Komisi IX DPR Irma Suryani Chaniago menemukan Budiantoro (35), pasien penderita tumor ganas di leher yang sedang tiduran di pelataran Rumah Sakit. Parahnya lagi, Budi sudah menunggu satu bulan untuk mendapatkan pengobatan intensif.
Dengan suara gemetar, Budi yang sudah mengantongi surat rujukan dari salah satu RSUD di Sumatera Selatan itu mengatakan, RSCM hanya memintanya untuk berobat jalan. “Sekarang saya masih menunggu hasil rontgen dari Rumah Sakit,” kata dengan suara terbata-bata.
Melihat kondisi Budi, Irma langsung membawa pasien ke ruang bedah tumor untuk menjalani proses pengobatan intensif. Irma yang juga Politikus NasDem itu meminta, RSCM segera menangani pasien secara serius.
“Soal teknis, tentu dokter lebih memahami apa penyakitnya. Kami hanya melihat penyakit Budi sudah mengkhawatirkan dan kami meminta pihak RS merawat pasien secara layak,” kata Irma dalam keterangan tertulis yang diterima merdeka.com, Sabtu (16/5).
Sebab, lanjut Irma, bila merujuk pada aturan RS, ada beberapa penyakit yang harus langsung mendapat penanganan intensif atau gawat darurat. Dan kalau melihat kondisi tumor yang sudah hampir melebihi kepala, bukan lagi berstatus rawat jalan.
“Tapi sudah wajib dirawat intensif oleh Rumah Sakit,” tegas dia.
Irma juga berjanji akan memantau proses pengobatan yang dilakukan RSCM kepada Budi. Jangan sampai, Budi kembali terbengkalai. “Tentu kami akan mengawasi pasien agar dapat terlayani dengan baik,” katanya.
Menurutnya, kasus Budi itu menggambarkan buruknya pelayanan di Rumah Sakit Indonesia. Sebab, RCSM merupakan Rumah Sakit induk. “Ini menggambarkan bahwa seharusnya pelayanan kesehatan pasien mendapat perhatian lebih serius dari pemerintah tanpa diskriminatif, dan ini juga harus jadi bahan evaluasi oleh Menteri Kesehatan,” tutupnya.
Sumber: merdeka.com
Stok Bank Darah Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSUDAM) Selalu Tercukupi
manajemenrumahsakit.net :: BANDARLAMPUNG – Bank darah Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandarlampung merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi darah yang aman.
“Stok darah bank darah Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSUDAM) selalu cukup, jika kurang tinggal mengambil di PMI yang jaraknya tidak jauh, yaitu di samping RSUDAM” ujar staf bank darah Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSUDAM) Novita kepada