manajemenrumahsakit.net :: GAZA —
Di Indonesia Hanya Ada 20 RS Punya Ruang Isolasi
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa hingga saat ini baru sekitar 20 rumah sakit yang memiliki ruang isolasi dan sebagian besar diantaranya telah memenuhi standar internasional.
“Kita mendorong lebih banyak lagi rumah sakit yang memiliki ruang isolasi, idealnya ada di tiap provinsi,” kata Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Perlindungan Faktor Resiko, Sri Henni Setiawati pada acara seminar “Pengendalian Penyakit Menular di Indonesia sebagai Antisipasi dalam Era Perdagangan Bebas” di Jakarta, Rabu.
Seminar tersebut digelar dalam rangka HUT ke-21 RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso sebagai RS khusus penyakit infeksi.
Dia juga mengingatkan bahwa ruang isolasi di rumah sakit harus terakreditasi dan standar internasional.
Kementerian kesehatan, tambah dia, terus berupaya dan menyiapkan sejumlah sistem agar di masa mendatang lebih banyak lagi rumah sakit yang memiliki ruang isolasi berstandar internasional.
Menurut dia, penanganan penyakit infeksi harus dilakukan secara menyeluruh. Tujuannya, kata dia, agar penularan penyakit infeksi bisa dicegah sejak dini.
Dia juga menyatakan bahwa kebiasaan mencuci tangan serta penerapan pola hidup bersih dan sehat bisa menjadi salah satu upaya untuk mencegah penyakit infeksi seperti flu dan lain sebagainya.
Sumber: antaralampung.com
RS Darurat Indonesia Peduli Nepal Kebanjiran 425 Pasien di Hari Pertama
manajemenrumahsakit.net :: Kathmandu – Hari pertama RS darurat Tim Indonesia Peduli Nepal kebanjiran pasien warga Satungal, Nepal. Jumlah pasien membludak di hari pertama, total pelayanan yang diberikan kepada para korban gempa 7,9 SR itu adalah 425 orang.
“Sampai pukul 16.00 waktu Nepal, total pasien yang ditangani berjumlah 425 orang,” kata Direktur Tanggap Darurat BNPB Junjungan Tambunan di Kathmandu, Nepal, Rabu (6/5/2015).
Rumah sakit berupa tenda itu mulai beroperasi pada pukul 08.30 waktu setempat. Namun antrean warga lokal telah mengular pada pukul 08.00 waktu Nepal. Rata-rata pasien mengeluhkan gangguan pernapasan, gatal-gatal, demam dan batuk.
“Ada juga kasus hipertensi dan beberapa pasien operasi ringan, ada juga yang meminta operasi namun tidak ada riwayat kesehatan maupun hasil foto rontgen. Sehingga hanya diberikan perawatan umum,” ujar Junjungan.
Keberadaan rumah sakit lapangan berupa tenda karet berudara ini juga didukung oleh tenaga Puskesmas setempat dan dokter gigi dari RS Kantipur sebanyak 6 orang yang menangani 26 kasus. 20 Sukarelawan dari warga setempat juga turut membantu.
“Juga didukung 20 personel polisi lokal untuk pengaturan pasien, penataan tempat dan pendirian tenda posko tambahan karena pasie yang datang di luar dugaan,” ucap Junjungan.
Sumber: detik.com
RS dr Soewandi Milik Pemkot Surabaya Jadi Rujukan Penanganan Penyakit Stroke
manajemenrumahsakit.net :: Surabaya : Rumah Sakit Dr. Soewandi Surabaya akan menjadi rujukan pengobatan Penyakit Stroke. Dalam dengar pendapat di Komisi D DPRD Surabaya terkait peralatan kesehatan, Kepala dinas kesehatan Kota Surabaya, drg Febria Rahmanita mengungkapkan, selain SDM, peralatan medis juga sudah disiapkan.
CEGAH INFEKSI: Ruang Isolasi di RS Harus Diperbanyak
manajemenrumahsakit.net :: Rumah sakit seharusnya memiliki ruang isolasi, mengingat masih tinggi kasus infeksi di Indonesia. Ruang isolasi dipergunakan untuk menahan penyebaran penyakit agar tidak menjadi outbreak atau kejadian luar biasa (KLB).
“Untuk itu, butuh dukungan pemda agar ruang isolasi dibangun di rumah sakit regional daerah,” kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan,
RS Darurat Indonesia Mulai Layani Ribuan Warga Satungal Nepal Korban Gempa
manajemenrumahsakit.net :: Kathmandu – RS darurat Indonesia mulai beroperasi melayani warga Satungal di Nepal pagi ini. Rumah sakit berupa tenda itu akan dibuka pada pukul 08.30 waktu setempat.
“Operasional mulai hari ini field hospital-nya,” kata anggota tim dokter Indonesia, Meiky Fredianto di Kathmandu, Nepal, Rabu (6/5/2015).
Setiap harinya direncanakan rumah sakit ini akan beroperasi dari pukul 08.30 hingga 17.00 waktu Nepal. Diutamakan rumah sakit ini melayani korban gempa yang menderita patah tulang.
Meiky menyebutkan dokter ahli ortopedi dan anestesi dilibatkan di rumah sakit ini. 3 Tenaga medis di rumah sakit tersebut berasal dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
“2 Dokter ortopedi, 1 dokter bedah umum dan 2 dokter anestesi. Cuma ini dibagi dengan dokter Indonesia yang diperbantukan ke RS Kantipur,” ujar dokter yang biasa bekerja di RS PKU Muhammadiyah tersebut.
Tim Indonesia Peduli Nepal ini berencana konsentrasi kegiatan dipusatkan di RS Kantipur dan di RS Darurat di Satungal. Rumah sakit darurat diutamakan penanganan UGD dan poliklinik umum.
“Kegiatan ini dibantu oleh sukarelawan lokal 4 orang. Tim di Satungal fokus pada bantuan logistik,” kata Direktur Tanggap Darurat BNPB Junjungan Tambunan secara terpisah.
Sumber: detik.com
Menyuap Dokter dan Rumah Sakit, Tiga Produsen Alat Medis Diselidiki
manajemenrumahsakit.net :: SHANGHAI – Dunia kedokteran tidak bebas sama sekali dari praktik suap-menyuap. Pada 2014 perusahaan farmasi GSK terbukti bersalah menyuap dokter dan rumah sakit (RS) agar menggunakan produk mereka. Saat ini pemerintah Tiongkok menyelidiki kasus lain, yakni dugaan penyuapan yang dilakukan perusahaan-perusahaan pembuat alat medis pada beberapa RS di Negeri Panda tersebut.
Seperti dilansir
Anggota DPRD Kukar Sidak RSUD AM Parikesit Tenggarong
manajemenrumahsakit.net :: TENGGARONG
RS Bengkulu mulai sediakan ARV untuk ODHA
manajemenrumahsakit.net :: Bengkulu (Antara) – Rumah Sakit Kota Bengkulu yang baru beroperasi mulai 2013 berencana menambah pelayanan bagi orang dengan HIV/AIDS dengan menyediakan obat antiretroviral.
“Ini sedang kami usulkan baik dari sisi teknis maupun anggaran, rencananya dapat direalisasikan pada 2015 ini juga,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Herwan Antoni di Bengkulu, Selasa.
Dia mengatakan berdasarkan penelitian, pengobatan dengan ARV bagi pengidap HIV positif dapat menekan kemungkinan penularan dibandingkan dengan mereka yang tidak diobati.
“Walaupun RS Kota Bengkulu masih baru, umurnya masih muda, namun kita berupaya maksimal untuk kesejahteraan masyarakat termasuk perhatian terhadap penyebaran HIV/AIDS, sebisa mungkin harus ditekan penularannya,” kata dia.
Memutus rantai penyebaran HIV hanya dengan menggelar sosialisasi dan membagi-bagikan kondom ternyata masih belum efektif, walaupun sudah merangkul berbagai organisasi yang bersentuhan langsung dengan ODHA.
“Bahkan, sesuai dengan analisis yang kami lakukan ternyata di lokalisasi saja hanya 25 persen dari PSK yang menggunakan kondom dan pihak yang bertanggung jawab ‘mengelola tempat itu’ juga mengatakan mereka tidak menjamin seluruh pengunjung mau menggunakan kondom,” katanya.
Sementara, menurut dia, pengidap HIV/AIDS di Kota Bengkulu setiap tahun meningkat dengan angka yang bisa dibilang tinggi jika melihat jumlah penduduk kota itu yang hanya ratusan ribu orang.
“Kalau untuk pengidap HIV banyak, sementara untuk AIDS yang kami temukan selama empat bulan terakhir yakni delapan orang,” kata Herwan.
Pada 2013 tercatat ODHA berjumlah 29 orang, pada 2014 ditemukan lagi sebanyak 28 pengidap baru, seluruh data tersebut diambil dari pemeriksaan lokalisasi di kota itu. ***4***
Sumber: antaranews.com
Pelayanan Buruk, Dewan Maros Sidak RS Salewangang
manajemenrumahsakit.net :: MAROS – Wakil Ketua I