manajemenrumahsakit.net :: Senyum merekah tampak dari wajah Riny Krisnawati, begitu namanya disebut untuk mewakili Rumah Sakit
Dirut RSUD Karimun Ditahan, Kontraktornya Buron
manajemenrumahsakit.net :: Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Karimun Drg Agung Martyanto ditahan pihak Kejaksan Tinggi Kepulauan Riau, Kamis (6/8). Sementara itu, pihak kontraktor, Samsudin, Dirut PT Global Mandiri, dinyatakan masih buron.
Hal itu disampaikan Asisten Bidang Tindak Pidana Khusus Kejati Kepri Yulianto dalam konferensi pers.
Penahanan Direktur RSUD Karimun Drg Agung Martyanto disusulkan tim penyidik empat yang mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan. Surat penahanan sudah ditandatangani.
Strategi RS Siloam Raih Untung Layani Pasien BPJS Kesehatan
manajemenrumahsakit.net :: Tangerang – Director and Corporate Secretary Siloam Hospital Group S. Budisuharto mengklaim bahwa Rumah Sakit Umum Siloam Karawaci selama ini mendapatkan keuntungan dalam melayani pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). “Untung sedikit, kombinasi,” katanya, Kamis, 6 Agustus 2015
Keuntungan didapat, kata Budi, dengan melakukan pengelolaan, ketepatan penanganan pasien, dan ketepatan tindakan dokter. “Volume pasiennya harus besar juga,” ujarnya.
Budi mengungkapkan bahwa RS Umum Siloam menerima pasien BPJS rawat jalan sebanyak 400-500 orang setiap hari. Untuk rawat inap, ujar dia, terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Dari 280 tempat tidur kelas III yang ada selalu penuh. “Ada 2.300 pasien baru setiap bulan atau 75 pasien baru setiap hari,” tuturnya.
Dari 20 rumah sakit cabang Siloam di Indonesia, Budi mengatakan, memang baru RS Umum Siloam Karawaci yang untung dalam melayani BPJS. “Ini juga tergantung, ada tindakan untung ada juga tindakan rugi. Sebagai rumah sakit dengan kategori B, RS Umum Siloam mendapat penyakit rumit-rumit, jadi dokternya harus pintar, tindakannya harus tepat.”
Terkait dengan penggunaan obat generik bagi pasien BPJS, Budi meminta agar masyarakat tidak memandang jelek obat murah itu. “Obat generik sama bagusnya dengan obat non-generik,” ucapnya. Bahkan, kata dia, dokter Siloam selama ini menggunakan obat generik untuk pasiennya.
Menurut Budi, obat generik selama ini dianggap jelek, salah satu penyebabnya adalah dokternya. “Banyak dokter berkata kepada pasiennya, saya kasih obat yang bagus, yah,” katanya. Dan harganya juga pasti lebih mahal. Selain itu, faktor pemalsuan obat menyebabkan obat generik dinilai jelek. “Karena banyak obat yang dipalsukan dan kandungannya dikurangi.”
Rumah Sakit Umum Siloam, kata dia, tidak ada pemalsuan itu karena dilakukan pemeriksaan rutin. Dengan demikian, kata dia, pasien BPJS dipastikan menerima obat generik yang asli dan kualitasnya sama dengan obat non-generik.
Hal ini mendongkrak belanja obat rumah sakit tersebut. Tahun lalu, kata Budi, Siloam membelanjakan Rp 900 miliar untuk semua jenis obat. “Tahun ini Rp 1 triliun lebih,” ujarnya.
Sumber: tempo.co
RSUD Soewandhie Surabaya Rintis Jadi Rumah Sakit Pendidikan
Surabaya (Antara Jatim) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merintis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soewandhie Kota Surabaya berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, di Surabaya, Kamis, mengatakan pihaknya sudah mengusulkan ke Kementerian Kesehatan dan sudah disetujui., bahkan Kemenkes juga sudah datang ke RSUD Soewandhi untuk melakukan evaluasi terkait penambahan fungsi rumah sakit tipe B itu.
“Beberapa hari lalu, saya juga sudah menghadap ke Menteri PAN-RB (Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) Yudhi Chrisnandi
Keberadaan RS Belum Merata
manajemenrumahsakit.net :: Medan. Keberadaan rumah sakit (RS) di daerah ini belum merata dan masih terkonsentrasi di Kota Medan. Sehingga, menyulitkan masyarakat di luar kota untuk mendapatkan pelayanan RS yang memadai. Juga mengganggu program pemerataan dokter di Sumatera Utara (Sumut).
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan Ramlan Sitompul, kondisi di Kota Medan saat ini sudah miris. Lantaran semakin banyak rumah sakit yang berdiri di inti kota, sedang daerah di luar inti kota masih kekurangan rumah sakit, terutama rumah sakit tipe B.
“Seharusnya Dinas Kesehatan terlebih dahulu memetakan jumlah rumah sakit dan kebutuhan dokternya, baru kemudian memberikan izin berdiri rumah sakit. Tapi sekarang kita lihat banyak rumah sakit yang berdiri berdekatan di inti kota, seperti RS Malayahati, berdekatan dengan RS Siloam atau RS Columbia Asia Medan,” ujar Ramlan, Selasa (4/8).
Selain memetakan rumah sakit dan dokter, lanjutnya, Dinkes juga memetakan penyakit sehingga bisa menentukan dimana kebutuhan dokter spesialis yang paling banyak. “Minimnya rumah sakit ini juga membuat langkah pemerataan dokter terganggu,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan, Irma Suryani menuturkan melihat dari jumlah penduduk, jumlah rumah sakit di Kota Medan memang sudah surplus atau berlebih. Sekira 77 rumah sakit yang ada di Kota Medan, menurutnya sudah bisa melayani warga. Karena itu ke depan, diharapkan tidak ada lagi penambahan rumah sakit.
“Untuk izin rumah sakit tipe B, pengurusannya langsung ke Dinkes Sumut dan Kemenkes (kementerian Kesehatan). Karena itu, ada rumah sakit yang berdiri berdekatan. Tapi kita harap tak terjadi lagi ke depan (keberadaan rumah sakit berdekatan),” jelasnya.
Irma berharap, setiap rumah sakit yang ada meningkatkan kualitas layanannya. Sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. (prawira)
Sumber: medanbisnisdaily.com
Teknologi Rumah Sakit Di Daerah Perlu Ditingkatkan
manajemenrumahsakit.net :: Chairman Lippo Group Mochtar Riady mengatakan perlunya meningkatkan teknologi rumah sakit di kabupaten tertinggal agar masyarakat di daerah tersebut mendapatkan layanan kesehatan yang setara dengan rumah sakit di kota besar.
‘Beberapa rumah sakit di kabupaten masih kekurangan peralatan pendukung pemeriksaan kesehatan dan tenaga dokter,’ kata Mochtar yang juga pendiri rumah sakit Siloam dan Mochtar Riyadi Institute di Karawaci, Tangerang, Selasa.
Mochtar dalam sambutannya pada acara Halalbihalal Lippo Group mengatakan saat ini peralatan canggih dalam dunia kedokteran termasuk tenaga dokter yang hebat-hebat masih terpusat di kota-kota besar saja.
Dia mengatakan perlunya kebijakan dari pemerintah agar dapat memperkecil kesenjangan layanan kesehatan terutama di daerah-daerah kabupaten tertinggal.
Mochtar mengatakan masih banyak rumah sakit di daerah belumdilengkapi peralatan seperti ultra sono grafi, x ray, dan MRI sehingga pasien seringkali harus dirujuk ke rumah sakit lainagar dapat diperiksa lebih lanjut.
Lippo sendiri, kata Mochtar, saat ini terus melakukan riset dan penelitian di bidang genom (sel) dan DNA agar dapat dimanfaatkan dalam dunia kesehatan.
‘Kemajuan teknologi kedokteran di luar negeri sudah demikian pesat termasuk di bidang sel, sehingga kita perlu ikut mendalami agar tidak tertinggal dengan berbagai penemuan di bidang tersebut,’ ujar Mochtar.
Ia mengatakan, kemajuan di bidang digital memungkinkan untuk mendiagnosis suatu penyakit melalui perangkat komputer, termasuk memberikan pengobatan secara tepat.(ant/rd)
Sumber: ciputranews.com
Resistensi Antibiotik Bisa Tewaskan 130 Ribu Warga Indonesia
manajemenrumahsakit.net :: Jakarta
Sambut HUT ke-70 RI, Sungai Musi akan Dihiasi Rumah Rakit
manajemenrumahsakit.net :: Palembang –
Pelayanan RSUD Abdul Rivai Semakin Dikeluhkan
manajemenrumahsakit.net :: TANJUNG REDEB – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai dinilai tidak mampu memberikan pelayanan yang baik sesuai harapan masyarakat Berau. Hal tersebut diungkapkan sejumlah warga saat berbincang bersama media ini.
Teuku Amiruddin Gumay, warga Jl Pulau Kakaban RT 29 Kelurahan Tanjung Redeb mengatakan pelayanan RSUD memang tidak memuaskan. Contohnya, saat saudaranya dirawat beberapa waktu yang lalu, dia menemukan banyak sekali kekurangan dalam hal pelayanan.
“Kekurangan itu antara lain pelayanan yang kurang baik utamanya bagi pemegang Askes, birokrasi yang berbelit-belit utamanya untuk pasien rujukan, tidak tersedianya genzet yang memadai, distribusi air bersih ke masing-masing ruangan sering terjadi kekosongan, sanitasi sangat buruk, sehingga air limbah sering tergenang yang menimbulkan bau tak sedap dan menjadi sarang nyamuk serta tidak ada pengolahan limbah rumah sakit,” ungkap Amiruddin.
Begitupula Agus Salim warga Jl Pulau Panjang RT 5 Kelurahan Gunung Panjang mengatakan, buruknya pelayanan RSUD sudah menjadi keluhan masyarakat sejak lama.
“Saran kami kepada Pemkab sederhana saja, ganti saja manajemen rumah sakit itu, sebab mereka tak kunjung bisa memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat Berau,” kata Salim.
Menanggapi keluhan warga itu, Wakil Ketua Komisi I DPRD Berau Abdul Waris mengatakan jangankan pelayanan yang baik kepada masyarakat, undangan DPRD saja kerap tidak diindahkan manajemen rumah sakit plat merah itu.
“Buktinya hingga saat ini Direktur Rumah Sakit sudah 4 kali diundang dewan, tapi sekali pun tidak pernah datang. Termasuk untuk membicarakan anggaran Rumah Sakit saja tidak datang juga,” ketus Waris.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Berau Mulyadi Soepardi menilai RSUD belum bisa memenuhi harapan masyarakat khususnya dalam hal memberikan pelayanan yang baik.
“Pelayanan prima, itulah yang didambakan oleh masyarakat sejak lama. Padahal pemberian pelayanan terbaik, merupakan visi dari rumah sakit kita ini. Jadi wajar saja kalau adanya tudingan kalau pihak RSUD tidak mempunyai empati dan tidak tanggap terhadap keluhan masyarakat yang menginginkan pelayanan prima dan profesional,” ujar Mulyadi didampingi Sekretaris Komisi III Vitalis Paulus Lette, anggota Komisi III M. Ichsan Rapi, Ratna dan Haryono serta Ketua Komisi I Feri Kombong. (nsb)
Sumber: kabarberitanews.com