Reportase Webinar PERSI
“Webinar Accelerating Digital Transformation in Healthcare”
31 Januari 2023
Webinar ini dilaksanakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai update akselerasi transformasi digital di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Webinar ini dibuka oleh pengantar dari dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS, FisQUA selaku Ketua Umum PERSI Pusat. Beberapa narasumber yang hadir dalam sesi 1 webinar tersebut adalah Setiaji, ST, M.Si (DTO Kemenkes), Anis Fuad, S.Ked, DEA (PERSI), Zaenal Arifin (ARSADA).
Key Note Speech: Masa Depan Transformasi Kesehatan di Indonesia
Setiaji, ST., M.Si
Setiaji menyampaikan urgensi transformasi digital dan update terkait aplikasi Satu Sehat. Urgensi Transformasi Digital menurut Setiaji karena: pertama, pelayanan kesehatan manual mengganggu efektifitas dan efisiansi. Kedua, pemborosan sumber daya akibat implementasi teknologi digital yang tidak optimal dan dapat berakibat fatal bagi fasyankes. Ketiga, rekam medis fisik/kertas membutuhkan biaya lebih mahal: biaya mahal, biaya nakes, biaya petugas RM. Keempat, cita-cita besar layanan kesehatan terintegrasi berdasarkan Peta Jalan Transformasi Digital Kesehatan di Indonesia oleh Kemenkes.
Kemudian, DTO Kemenkes saat ini sedang fokus untuk pengembangan aplikasi Satu Sehat. Aplikasi Satu Sehat yang telah di-launching pada Juli 2022, saat ini per Desember 2022 sudah terdapat 9.244 Fasyankes se Jawa-Bali yang telah terintegrasi di platform Satu Sehat. Targetnya, pada Desember 2023 akan mencapai perluasan integrasi seluruh Fasyankes di Indonesia kedalam platform Satu Sehat.
SESI 1: Situasi EMR RS di Indonesia-PERSI dan ARSADA (Host: dr Grace Ceilila)
Anis Fuad, S.Ked. DEA (PERSI)
Anis menyampaikan terkait dengan peran PERSI dalam percepatan digitalisasi kesehatan di fasyankes. Menurut Anis, PERSI sebagai koordinator bagi rumah sakit seluruh Indonesia menyadari dalam hal percepatan digitalisasi kesehatan di fasyankes ini perlu adanya kerjasama, kegiatan yang intensif dan berkelanjutan.
Anis menyampaikan terkait dengan hasil survey yang telah dilakukan oleh PERSI pada 2022 tentang RME. Pada rentang waktu yang ditentukan, terdapat 25% dari seluruh RS se Indonesia yang mengisi survei tersebut. Hasilnya, 18% RS sudah memiliki RME dan optimal, 38% RS sudah memiliki RME tapi belum optimal sedangkan 44% RS belum memiliki RME sama sekali.
Anis mengusulkan mentoring sebagai sarana pendampingan bagi rumah sakit yang sampai saat ini belum memiliki RME. Mentoring saat ini masih dalam proses persiapan. Langkah awalnya adalah dengan pembuatan modul mentoring. Jika modul sudah ada, maka langkah selanjutnya adalah rekruitmen mentor, yaitu jajaran RS yang sudah optimal menjalankan digitalisasi pelayanan kesehatan di rumah sakitnya.
Zaenal Arifin (ARSADA)
Zaenal menyampaikan bahwa pengembangan digitalisasi sebelum 2022 terhambat karena belum tersedia payung hukumnya. Kemudian, pasca terbitnya Permenkes Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis yang salah satunya mengamanatkan tentang Rekam Medis Elektronik (RME) di seluruh RS yang ada di Indonesia, hal ini menjadi angina segar. Namun, ada 3 catatan mengenai hal tersebut: 1.) Perlunya standardisasi Sistem RME, 2.) Perlunya Panduan Penyelenggaraan RME, 3.) Perlunya Perlindungan Data dan Keamanan RME.
DTO Kemenkes mempunyai target pada Desember 2023 telah menyelesaikan integrasi Satu Sehat di seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia. Maka, dengan sisa 11 bulan ini ARSADA akan membantu mengajak RSUD seluruh Indonesia untuk berpacu dalam pengembangan RME sesuai target dari Kemenkes RI.
Zaenal menambahkan, RSUD tipe C dan D yang saat ini baru mempersiapkan RME, perlu bantuan dari Kemenkes terutama bagi RSUD yang berada di luar Jawa-Bali. Menurut Zaenal, permasalahan yang terjadi di RSUD di seluruh Indonesia saat ini adalah: 1.) Pembiayaan (perkiraan biaya untuk pembuatan aplikasi adalah sekitar 2 Milyar Rupiah, selain itu perlunya sinkronisasi antara Vendor Pengembang Integrasi RME dengan Direktur RS yang ada di setiap daerah), 2.) Perlunya penyediaan sarana dan prasarana IT yang memadai, terutama bagi RS Tipe C dan D, 3.) Belum tersebarnya jaringan internet yang baik di beberapa daerah, terutama yang ada di luar Jawa-Bali, yang terakhir 4.) Buku Panduan Rekam Medik Elektronik (RME) masih belum tersosialisasi dengan baik.
Zaenal menutup penyampaian materinya dengan menyampaikan bahwa pada prinsipnya ARSADA akan mendorong kaitannya dengan percepatan integrasei RME dengan Aplikasi Satu Sehat di seluruh RSUD yang ada di Indonesia.
Untuk mengakses webinar tersebut dapat diakses pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=JST4SA1fveY
Reporter: Fajrul FF (Divisi Manajemen Rumah Sakit, PKMK UGM)