Sukabumi – Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamsudin SH dipenuhi pasien yang akan berobat ke berbagai poli. Kondisi tersebut sudah terjadi pasca kasus COVID-19 terkendali di Kota Sukabumi.
Hal itu diungkapkan Plt Direktur Utama RSUD Syamsudin Yanyan Rusyandi. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendasari meningkatnya jumlah pasien di IGD hingga membludak.
“Ya terkait jumlah kunjungan IGD yang meningkat, itu beberapa hal yang menjadi penyebab. Penyebab pertama itu, ruangan rawat inapnya penuh maka otomatis di situ ada keterlambatan (pelayanan), jadi terjadi penumpukan,” kata Yanyan kepada detikJabar, Selasa (2/8/2022).
Lebih lanjut, persyaratan tes COVID-19 juga menurutnya jadi faktor utama menumpuknya pasien di IGD. Seperti diketahui, pasien yang masuk ke rawat inap harus menjalani screening terlebih dahulu.
“Penumpukan terjadi karena pemeriksaan yang mengharuskan screening, jadi harus tes antigen dulu baru bisa masuk ke rawat inap,” ucapnya.
Secara persentase, jumlah pasien di IGD terjadi kenaikan mencapai 40 persen jika dibandingkan sebelum periode COVID-19. Yang awalnya hanya 60 orang per hari, menjadi 150 orang per hari.
“Kenaikan pasien, biasanya satu shift itu selama pandemi rata-rata 20 pasien per shift, berarti kan 60 pasien per hari. Nah sekarang setelah pandemi terjadi rebound sehingga jumlah 50-60 orang per shift. Jadi 150 pasien per hari peningkatannya,” ungkapnya.
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi menanggapi terkait membludaknya pasien di IGD RSUD Syamsudin. Pihaknya menyebut, akan melakukan analisa terlebih dahulu untuk memutuskan solusi dari kondisi tersebut.
“Ini kan fluktuatif, ada waktu-waktu tertentu di mana memang angka kesakitan masyarakat meningkat. Kita juga perlu analisa itu, bukan berarti kita harus memperluas atau memperlebar tempat IGD. Jadi kita analisa dulu,” ujar Fahmi singkat.
Sumber: detik.com