SAMPIT – Ruang instalasi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit akan pindah ke gedung baru. Sejumlah peralatan dipindahkan secara bertahap.
Penanggungjawab Pelayanan (DPJP) di Instalasi Hemodialisa RSUD dr Murjani Sampit dr Paliliewu Novita Angela mengatakan, saat ini RSUD memiliki 22 unit mesin cuci darah dengan merk Toray TR 8000 dan Gambro AK 98. Namun, mesin yang beroperasi baru tujuh. Lima unit mesin untuk menangani pasien reguler, satu mesin untuk menangani pasien cuci darah dalam keadaan Covid-19, dan satu mesin lainnya untuk berjaga-jaga menangani pasien akut.
”Total 22 unit mesin cuci darah itu, 20 unit sudah ditempatkan digedung baru dengan luasan ruang 300 meter persegi. Dan, dua unit mesin lain khusus untuk pasien cuci darah yang gawat darurat di ruang ICU. Namun, nantinya mesin cuci darah yang akan beroperasi sekitar 18 unit. Operasional mesin difungsikan bertahap, 10 mesin terlebih dahulu sambil menyesuaikan perawat yang ada,” katanya. Untuk mengoperasikan secara keseluruhan, rumah sakit masih menunggu visitasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Cabang Jawa Timur.
“Untuk membuka layanan baru ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, salah satunya visitasi dan penilaian dari Pernefri dan kemudian mengurus izin membuka layanan dari Dinkes Kotim. Saat ini kami sedang berproses pindah layanan hemodialisa ke gedung rumah sakit yang baru. Dan, kita sudah siap divisitasi untuk dilakukan penilaian,” kata Penanggungjawab Pelayanan (DPJP) di Instalasi Hemodialisa RSUD dr Murjani Sampit dr Paliliewu Novita Angela, Rabu (2/3).
Novita mengatakan, rencana visitasi dari Pernefri dijadwalkan 25 Februari 2022, namun ditunda karena kasus Covid-19 kembali meningkat. “Oktober 2021 sudah melakukan pre visitasi, sesudah dilakukan penilaian oleh Pernefri, kekurangan yang ada kami lengkapi,” katanya.
Sembari menunggu visitasi, pihaknya terus melakukan setting mesin cuci darah, instalasi listrik, melengkapi kebutuhan SDM termasuk penyediaan tenaga ahli elektromedik, ketersediaan air bersih, sistem pengolahan limbah dan berbagai kelengkapan penunjang layanan lainnya.
Selain itu, ada pula mesin Water System Reverse Osmosis (RO) yang digunakan untuk mengolah air yang digunakan untuk cuci darah. Masing-masing mesin cuci darah dilengkapi dengan mesin RO. Melalui mesin RO ini air baku disuling untuk menjadi steril dan memenuhi standar untuk digunakan dalam proses cuci darah. Setiap proses cuci darah memerlukan 150 liter air steril.
Novita mengatakan, saat ini perawat di Ruang Instalasi Hemodialisa berjumlah delapan tenaga kesehatan dan tambahan satu dokter pelaksana. Tujuh diantaranya sudah mengikuti pelatihan dan tersertifikasi dan satu perawat lainnya masih menjalani pendidikan pelatihan.
“Setiap perawat yang ditugaskan di instalasi hemodialisa tidak bisa sembarangan dan harus mengikuti pelatihan khusus. Untuk satu perawat menangani 4 mesin cuci darah atau empat pasien. Perawat kami masih terbatas, idealnya dengan jumlah 22 unit mesin cuci daerah ada 16-18 perawat yang memberikan layanan di Hemodialisa dan sekarang ini masih belum cukup,” katanya.
Setiap tahun, pihaknya rutin mengusulkan penambahan tenaga kesehatan yang ditugaskan di instalasi hemodialisa.
“Setiap tahun kami usulkan 2-4 perawat untuk ikut pelatihan khusus, ini sudah dianggarkan mudah-mudahan ada penambahan tenaga kesehatan. Ini yang masih terus kita persiapkan,” katanya.
Dalam hal pelayanan, Novita mengatakan rata-rata dalam sebulan pihaknya melayani pasien cuci darah di rumah sakit sekitar 300 tindakan. Dengan rata-rata layanan pasien reguler dan termasuk pasien akud maksimal 12-14 pasien per hari. Setiap pasien yang melakukan proses cuci darah membutuhkan kurang lebih 6 jam.
“Desember 2021 lalu ada 328 tindakan pasien yang terlayani di instalasi hemodialisa RSUD dr Murjani Sampit. Data mingguan maupun bulanan ini tidak disebut pasien, karena dalam seminggu pasien yang sama melakukan cuci darah sebanyak dua kali,” kata Novita, Rabu (2/3).
Data pasien yang melakukan cuci darah di RSUD dr Murjani Sampit terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan, daftar antrean pasien reguler yang ingin melakukan cuci darah di RSUD dr Murjani Sampit sebanyak 330 pasien. Sedangkan, capaian pasien yang sudah terlayani berjumlah 192 pasien. Sehingga masih ada 138 pasien yang masih menunggu giliran dipanggil.
“Kalau dibanding bulan-bulan berikutnya, layanan cuci darah untuk pasien reguler terus mengalami peningkatan. Rata-rata 300 tindakan di bulan sebelumnya, per Februari 2022 ada 311 yang sudah terlayani di rumah sakit,” katanya.
Novita mengatakan dalam hitungan per bulan selalu ada penambahan pasien baru berkisar 3-6 pasien. Sedangkan dalam hitungan mingguan, rata-rata bertambah 1-2 pasien baru yang ingin dilayani di RSUD dr Murjani Sampit.
“Tapi bulan-bulan ini, kami ada penambahan 15 kasus pasien baru. Februari pasien yang mendaftar antrean layanan cuci darah meningkat signifikan,” katanya.
Ditanya penyebabnya, Novita menjelaskan peningkatan kasus pasien cuci darah dapat dipicu karena adanya penyakit penyerta seperti mengalami sakit diabetes melitus dengan kadar gula dalam darah yang tinggi dan tidak terkontrol, dapat pula disebabkan karena hipertensi.
“Intinya pasien yang melakukan cuci darah dipicu karena menjalani pola hidup yang kurang sehat. Rata-rata pasien baru yang mendaftar warga Kotim dan ada pasien reguler kami yang berasal dari Kabupaten Seruyan, tetap kami layani. Asalkan, pasien tergolong akud, tetapi kalau pasien reguler yang kondisi kesehatannya dapat dikatakan stabil, kami anjurkan untuk rujuk ke fasilitas kesehatan lain, seperti rumah sakit di Palangka Raya, Kapuas, Pangkalan Bun atau Banjarmasin,” katanya.
Novita mengakui pasien terpaksa harus mengantre menunggu giliran, karena mesin cuci darah belum siap digunakan karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
“Satu mesin satu orang, nyawa mereka ya di situ. Meskipun ada unsur kedekatan sekalipun, saya sebagai dokter tetap melayani pasien sesuai standar prosedur, sesuai nomor antrean. Karena, mana ada pasien yang mau menggeser giliran? Jadi, solusinya kami tetap menerima pasien baru sesuai antrean. Pasien yang akut kami lakukan perawatan intensif sampai kondisi kesehatannya stabil. Setelah stabil, pasien diarahkan rujukan ke faskes lain, sehingga ketika sudah sampai gilirannya pasien baru kami telepon dan mereka tetap bisa kami layani,” tandasnya. (hgn/yit)
Sumber: radarsampit.com