Praya – Stok oksigen di RSUD Praya saat ini kian menipis. Sementara kebutuhan akan oksigen cukup tinggi, menyusul masih banyaknya jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi Covid-19 RSUD Praya. Termasuk pasien penyakit lainnya yang membuat RSUD Praya mengalami over kapasitas.
Menyikapi kondisi tersebut, pihak RSUD Praya pun terpaksa harus mengambil langkah penghematan, untuk menjaga stok oksigen tetap tersedia. Salah satu dengan meniadakan atau menunda sementara waktu pelaksanaan tindakan operasi yang elektif atau operasi terjadwal yang membutuhkan dukungan oksigen.
Sedangkan untuk kondisi kedaruratan atau operasi Cyto, tetap dilayani dengan standar operasi prosedur (SOP) yang belaku. Itu semua dilakukan, demi menjaga ketersediaan oksigen bagi pasien Covid-19, khususnya jika terjadi kondisi darurat. Kebijakan mulai berlaku Selasa besok (hari ini, red) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Sembari menunggu pasokan oksigen dari penyedia datang.
“Kebijakan ini nantinya akan dievaluasi secara berkala setiap tiga hari sekali. Dengan melihat persedian oksigen serta kebutuhan bagi penanganan pasien di RSUD Praya, khusus pasien Covid-19,” ungkap Humas Satgas Covid-19 RSUD Praya, dr. Yudha Permana, kepada Suara NTB, Senin (2/7).
Saat ini di RSUD Praya sendiri masih ada 38 pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan di ruang isolasi. Dengan melihat ketersediaan oksigen, jika digunakan secara bersamaan hanya cukup untuk satu hari saja. Jadi mau tidak mau harus ada upaya penghematan. Agar jangan sampai stok oksigen kosong sama sekali.
Ia mengatakan kondisi stok oksigen yang menipis, tidak hanya terjadi di RSUD Praya. Tetapi hampir merata di semua rumah sakit di daerah ini. Karena memang di penyedia pengisian oksigen, stoknya juga terbatas. Sehingga harus pihak rumah sakit harus bisa berkreasi sekreatif mungkin, untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan stok oksigen. Tanpa mengabaikan sisi pelayanan.
“Jadi kalau kegiatan operasi yang masih bisa dijadwalkan kembali atau ditunda sementara waktu, kenapa tidak ditunda dulu. Ditunda dua seminggu atau dua minggu, tergantung kasusnya. Sehingga stok oksigen yang ada bisa digunakan untuk mengantisipasi kondisi kedaruratan yang bisa saja terjadi kapan saja,” tambahnya.
Terhadap kondisi oksigen yang masih limit, pihaknya juga sudah mengajukan permintaan tambahan stok oksigen ke pemerintah provinsi. Termasuk juga penyedia. Namun sampai saat ini belum ada jawaban. Jadi pihaknya hanya bisa menunggu, sembari berharap stok oksigen bisa segera masuk. “Kita bisa maklumi kondisi saat ini tidak hanya terjadi di Loteng. Tetapi di seluruh NTB, bahkan Indonesia saat ini sangat butuh tambahan droping oksigen,” tandas Yudha. (kir)
Sumber: suarantb.com