Jakarta, CNN Indonesia — Rumah Sakit Umum Daerah dr Moewardi (RSDM) membongkar satu tenda darurat di area parkir, Kamis (29/7). Pembongkaran dilakukan setelah pasien rujukan menurun dalam beberapa hari terakhir.
“Memang sudah berkurang lumayan banyak,” kata Direktur Utama RSDM, Cahyono Hadi.
Rumah sakit kelolaan Pemerintah Provinsi itu mendirikan tiga tenda darurat di area parkir sejak awal Juni lalu menyusul lonjakan pasien rujukan Covid-19 dari berbagai daerah. Akibatnya Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSDM membludak hingga pasien memenuhi teras rumah sakit. Tenda-tenda tersebut berfungsi sebagai untuk menampung sementara pasien yang belum belum tertampung di IGD.
Cahyono merinci saat ini RSDM mengoperasikan 635 tempat tidur termasuk Intensive Care Unit (ICU) untuk pasien Covid-19. Saat ini RSDM masih merawat sekitar 400 pasien Covid-19.
Dengan penurunan Bed Ocupation Rate (BOR) RSDM, diharapkan pasien rujukan dapat langsung ditangani di fasilitas yang semestinya. Meski demikian, RSDM masih mempertahankan dua tenda daruratnya. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus Covid-19.
“Belum kita bongkar semua untuk jaga-jaga,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan rata-rata BOR rumah sakit rujukan Covid-19 di Solo sudah turun cukup signifikan. BOR di Solo yang sempat menyentuh angka 95 persen kini berada di angka 84 persen untuk ruang isolasi biasa maupun ICU.
Meski demikian, Ning, sapaan akrabnya, mengingatkan masyarakat agar tetap waspada mengingat BOR ICU di Solo masih terbilang tinggi.
“Kalau dirinci, BOR isolasi memang sudah 77,98 persen. Tapi BOR ICU kita masih tinggi, 91 persen,” katanya.
Apalagi penurunan BOR tersebut tidak merata di semua rumah sakit. Ning menyebutkan ICU di beberapa rumah sakit sudah penuh dengan BOR ICU 100 persen seperti RS Slamet Riyadi, RSUD Bung Karno, RS dr Oen Kandang Sapi, dan RS Panti Waluyo.
“Malah ada yang di atas 100 persen. RS Koestati itu 200 persen, RS Hermina 137 persen,” katanya.
Beberapa rumah sakit juga masih menghadapi BOR Isolasi tinggi.
“BOR isolasi di RS dr Oen malah 136 persen, RS Slamet Riyadi masih 100 persen,” katanya.
Menurut Ning, penurunan BOR rata-rata di Solo disebabkan karena pasien rujukan dari daerah lain mulai berkurang. Hal itu dipicu karena masing-masing daerah mulai menyiapkan fasilitas karantina terpusat bagi warganya.
“Makanya yang dirujuk ke sini pasien bergejala sedang sampai berat. Kalau gejala ringan kan bisa ditangani di daerah masing-masing,” katanya.
(syd/ain)
Sumber: cnnindonesia.com