LUBUK SIKAPING – Direktur RSUD Lubuksikaping, dr Yong Marzuhaili menanggapi beredarnya keluhan sejumlah warga di media sosial terkait masih buruknya pelayanan antrean di rumah sakit tersebut. Keluhan akan buruknya sistem antrean di rumah sakit itu pertama kali diunggah oleh akun bernama Rapani Batubara di media sosial Facebook, kemarin.
Menurutnya, sistem antrean yang tidak tertata dengan baik itu merugikan banyak orang. Menurut, dr Yong Marzuhaili, pihaknya sudah menerapkan sistem pendaftaran antrean secara elektronik (online) sejak beberapa waktu lalu. Namun, sistem tersebut dikeluhkan karena masih banyak warga belum memiliki smartphone dan daerah belum terjangkau signal telekomunikasi (blankspot).
“Kita telah coba dengan aplikasi kemaren, tapi masyarakat masih banyak protes terutama yang tidak punya WA dan daerah yang nggak ada signal protes,” ungkap Yong.
Ditengah pandemi Covid-19 seperti sekarang, kata dia, pihak RSUD Lubuksikaping terpaksa membatasi pelayanan kepada pasien setiap harinya. Selain itu, rumah sakit ini juga masih kekurangan dokter spesialis untuk melayani pasien rawat jalan yang jumlahnya mencapai ratusan orang lebih setiap harinya.
“Dalam masa pandemi ini pelayanan spesialis rawat jalan di RS dibatasi, hanya 35 pasien per hari. Rata-rata tingkat kunjungan pasien mencapai 150 orang per harinya. Kita juga kekurangan dokter spesialis. Khususnya untuk penyakit dalam,” katanya.
Disisi lain, kata dr Yong, satu orang dokter spesialis tidak akan sanggup melayani pasien hingga mencapai ratusan orang setiap harinya. Jika tidak dibatasi, kata dia, dokter bersangkutan akan kewalahan nantinya. “Mohon maaf, karena dokter spesialis RSUD meninggal dunia minggu kemaren, sekarang cuma satu dokter spesialis penyakit dalam. Satu orang dokter tak sanggup melayani pasien hingga 150 orang sehari,” katanya.
Ia pun berharap, keberadaan RS Pratama di Padanggelugur secepatnya dibenahi oleh pemerintah daerah setempat. Termasuk pengadaan dokter spesialis yang sudah dinanti sejak awal rumah sakit itu berdiri. “Jika RS Pratama ada spesialisnya, masyarakat Pantura (Panti, Tapus dan Rao) bisa lebih mudah berobat dan antrian bisa diminimalkan. Yang namanya antrian pasti ada, tapi bisa dipercepat,” tukas Ayah dua anak ini. (*)
Sumber: harianhaluan.com