BANDUNG — Saat ini, okupansi atau tingkat hunian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar berada di angka 30%. Artinya, mayoritas tempat tidur yang telah disiapkan untuk para pasien Covid-19 belum terisi.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad mengatakan, ketersediaan tersebut menunjukan Jabar memiliki kapasitas yang memadai apabila sewaktu-waktu gelombang kedua Covid-19 muncul. Sejumlah rumah sakit darurat pun masih disiagakan.
“Kita sudah siap, tapi mudah-mudahan tidak akan terjadi gelombang dua ini,” ungkapnya di Gedung Sate Bandung, Selasa (26/5/2020).
Per-14 April 2020, Pemprov Jabar telah menambah jumlah rumah sakit rujukan Covid-19 menjadi 150 buah. Sebelumnya, sebanyak 34 rumah sakit rujukan telah beroperasi. Sejumlah gedung yang dialihfungsikan menjadi sarana isolasi pasien pun masih memadai.
“Tingkat hunian tempat tidur di kisaran 30%, masih ada 70% yang kosong dan mudah-mudahan tidak terisi. Di BPSDM (Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia,Cimahi) masih ada 100 (tempat tidur) yang kosong. Kemudian di instalasi militer pun siap menampung sebagai antisipasi,” ungkapnya.
Sejauh ini, Jabar memiliki skenario untuk menampung para pasien positif Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit apabila pasien mencapai skala ratusan hingga di atas 1.000 orang. Mulai dari mengkonversi ruang-ruang rawat inap di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung hingga menyiapkan fasilitas kesehatan militer.
“Kalau masih terus butuh ruangan maka kita akan deklarasikan seluruh ruangan RSHS menjadi rumah sakit khusus Covid-19. Sehingga yang bukan Covid-19 akan dipindah ke rumah sakit lain. Ini juga dibantu oleh RSUD di daerah,” ungkap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada konferensi pers Gedung Sate akhir Maret lalu.
“Jika pasien positif 100, 500 hingga di atas 1.000 seperti apa sudah dipikirkan. Termasuk fasilitas TNI dan Kodam III Siliwangi sudah dipersiapkan,” jelasnya.
Sumber: ayopurwakarta.com