Edisi Minggu ke 1: Selasa 7 Januari 2020
15 Tahun Pasca Tsunami: Pengembangan Sistem Rujukan untuk Pemerataan Akses Pelayanan Kesehatan Meskipun bencana Tsunami sudah berlalu (15 tahun yang lalu), namun masih lekat dalam ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia, bagaimana bencana dahsyat tersebut memporakporandakan wilayah Aceh dan sekitarnya. Pemerintah menetapkan tiga fase mitigasi bencana, yaitu fase tanggap darurat (sampai dengan Desember 2005), fase rehabilitasi sarana dan prasarana (Desember 2005 sampai dengan Desember 2006) dan fase rekonstruksi (selama 10 – 12 tahun). Bantuan datang dari dalam dan luar negeri, umumnya untuk membantu pada fase tanggap darurat. Dana yang digunakan pada fase ini dan fase rehabilitasi diperkirakan masing – masing sebesar 1,35 Trilyun rupiah. Tahap rekonstruksi diperkirakan menghabiskan dana sebesar 10 Trilyun rupiah. Kesiapan Rumah Sakit Menghadapi Banjir dan Dampak Banjir Terhadap Kesehatan Di tengah maraknya perayaan tahun baru di seluruh pelosok dunia, Indonesia kembali menghadapi bencana melalui peristiwa banjir yang terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta, hanya beberapa jam setelah pergantian tahun pada 2019 – 2020. Rabu lalu, tepatnya 1 Januari 2020 banjir terjadi di sejumlah wilayah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, mengubah semarak kegembiraan perayaan tahun baru menjadi kesedihan dan kecemasan di hati para penduduk ibukota. Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia, khususnya ibukota Jakarta ketika curah hujan yang turun cukup tinggi. Dampak banjir dirasakan penduduk Jakarta mulai dari kerugian ekonomi, sulitnya mencari makanan dan air bersih, hingga ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh banjir. Pengetahuan dan Tindakan untuk Kesetaraan Kesehatan Menghubungkan pengetahuan dengan tindakan untuk kesetaraan kesehatan melibatkan intervensi yang dapat mendistribusikan kembali kekuasaan dan sumber daya di tingkat lokal, nasional, dan global. Meskipun ada banyak bukti kuat tentang sifat, distribusi, dan dampak ketidakadilan kesehatan, memajukan keadilan kesehatan dihambat oleh karena kebijakan yang dibentuk dari warisan kolonial dan ideologi neoliberal. Kemajuan yang efektif menuju keadilan kesehatan membutuhkan perhatian pada bukti yang dapat mendorong jenis restrukturisasi sosial -politik yang diperlukan untuk mengatasi akar penyebab ketidakadilan kesehatan. Sebuah artikel menyajikan sintesis dari interpretasi kritis praktik yang menjanjikan dari knowledge with action (KWA) untuk kesetaraan kesehatan. Artikel ini ditulis oleh Katrina M. Plamondon, C. Susana Caxaj, Ian D. Graham & Joan L. Bottorff yang dipublikasikan di International Journal in Equity for Health pada Desember 2019. Webinar Using Information and Communication Technology Based on Webinar January 14 and 21, 2020 As health equity community are bigger, health equity fellows need a platform to build strong community. Using information technology can support community activities to share fellows’ experiences, achievements, advocacy, and to bound fellows. In this digital era, the latest knowledge are available through websites and other platforms in actively and communicatively. This knowledge sharing is conducted by interactive system and able to trigger communication amoung people. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Tantangan Bagi Akuntan Rumah Sakit di Era 4.0 |
|
Bagaimana Mendesain Ulang Website Rumah Sakit bagi Pasien Lansia sebagai Bentuk Implementasi e – Health? |
|
Kekuatan Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan |
07 Jan2020
Edisi Minggu ke 1: Selasa 7 Januari 2020
Subscribe
Login
0 Comments