Sudah menjadi sebuah rahasia umum bahwa pengobatan ke luar negeri menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat Indonesia. Setiap tahunnya sekitar 600.000 masyarakat Indonesia pergi keluar negeri hanya untuk berobat (BBC, 2015). Berdasarkan sebuah penelitian oleh Patients Beyond Borders, Malaysia dan Singapura menjadi tujuan utama pasien dari Indonesia untuk berobat.
Beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand dan Malaysia memanfaatkan kesempatan ini untuk membangun sebuah wisata kesehatan, dimana adanya sektor wisata ini akan menarik lebih banyak pasien yang datang berobat ke negaranya. Sektor wisata kesehatan ini mendatangkan keuntungan sebesar 3,5 Miliar US$ di Singapura dan 4,3 Miliar US$ di Thailand. Masyarakat Indonesia menjadi kontributor terbesar pada sektor wisata kesehatan negara – negara ini. Rata – rata masyarakat Indonesia mengeluarkan 11,5 Miliar US$ / tahun untuk menjalani pengobatan di luar negeri.
Banyak hal menjadi alasan masyarakat hingga memilih pengobatan di luar negeri, beberapa diantaranya adalah teknologi yang dirasa lebih maju di negara lain, kurangnya rasa percaya terhadap dokter dan pelayanan kesehatan di Indonesia, serta kondisi rumah sakit yang lebih baik. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi penyedia layanan kesehatan dan pemerintah di Indonesia.
Kepercayaan masyarakat adalah hal yang harus dibangun oleh penyedia layanan kesehatan dan pemegang kebijakan agar masyarakat lebih percaya untuk menjalani pengobatan di dalam negeri. Banyak tantangan dalam membangun kepercayaan ini salah satunya adalah peningkatan mutu pelayanan.
National Geographic Channel mengungkapkan alasan mengapa penerbangan Indonesia dilarang masuk Eropa, hal ini dikarenakan begitu mudahnya pemerintah Indonesia mengizinkan berdirinya maskapai penerbangan, tapi lemah dalam menjamin keamanan penerbangan. Begitu juga dengan rumah sakit di Indonesia. Dalam mutu layanan medis terdapat 3 unsur yang berperan yaitu pengawasan pemerintah, perilaku tenaga medis dan perilaku pengusaha medis.
Pengawasan pemerintah terkait akreditasi diharapkan lebih fokus terhadap pelayanan medis selain terhadap rumah sakit yang bersangkutan itu sendiri. Begitu juga pengusaha medis dan tenaga medis yang di dalamnya diharapkan berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan dan tidak hanya untuk meningkatkan kelas rumah sakit dan kepentingan bisnis semata. Peningkatan kualitas pelayanan dapat berupa penerapan ilmu medis terbaru berlandaskan Evidence Based Medicine, peningkatan teknologi kesehatan yang dipakai, kemampuan tenaga medis berkomunikasi dengan pasien hingga pada sikap tenaga medis dalam menempatkan kepentingan pasien sebagai prioritas utama.
Ke depannya, jika peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia maksimal, diharapkan kepercayaan masyarakat untuk menjalani pengobatan di dalam negeri akan meningkat. Selain itu, meninjau dari potensi yang dimiliki Indonesia, bukan hal yang mustahil jika kedepannya Indonesia dapat juga membangun sektor wisata kesehatan yang mendatangkan pasien dari mancanegara untuk berobat di Indonesia. (Saraswati S Putri)
Referensi :
- https://www.liputan6.com/health/read/4021222/banyak-pasien-berobat-ke-luar-negeri-jadi-cambuk-pelayanan-kesehatan-mesti-tingkatkan-kualitas?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Ftag%2Frumah-sakit
- https://bola.kompas.com/read/2009/09/26/10072886/mengapa.berobat.ke.luar.negeri?page=all
- https://katadata.co.id/infografik/2019/08/21/infografik-berobat-ke-luar-negeri-favorit-masyarakat-indonesia
- https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4438431/setahun-orang-ri-habiskan-rp-100-triliun-berobat-ke-luar-negeri
- https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/19/07/22/pv193e459-ini-alasan-orang-indonesia-pilih-berobat-ke-luar-negeri
- http://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/2016-tiap-tahun-600-ribu-orang-indonesia-berobat-ke-luar-negeri