Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P menargetkan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unila sudah beroperasi pada tahun 2019 mendatang dengan status RS tipe C.
Bagi Hasriadi, RSP ini sangat penting. Selain untuk mendukung peningkatan layanan kesehatan masyarakat dan Fakultas Kedokteran Unila, RSP adalah front office Unila.
Menurut Hasriadi, biaya yang dibutuhkan untuk merampungkan RSP ini cukup besar. Untuk infrastruktur saja membutuhkan dana sekitar Rp650 miliar hingga Rp700 miliar. Untuk penambahan fasilitas kesehatan, totalnya bisa mencapai Rp1 triliun. Maka dibutuhkan pendanaan yang cukup besar. Sementara mengharapkan dana dari SPP mahasiswa tidak akan cukup.
“Kita memang sejak awal tidak mengharapkan SPP mahasiswa. SPP mahasiswa hanya bisa disisihkan Rp25 miliar, mau jadi Rp700 miliar berapa puluh tahun bisa terkumpul? Mungkin sudah pada pensiun semua belum selesai tuh rumah sakitnya,” ujar Rektor, kepada Kupastuntas.co , di ruang kerjanya, belum lama ini.
Maka, Hasriadi berjuang mencari pendanaan di beberapa sumber. Di antaranya dari Kementerian Bappenas untuk sumber pendanaan luar negeri. Hasil pertemuan terakhir dengan Bappenas, Hasriadi sudah diwawancarai oleh pihak Asian Development Bank. Dipastikan akan ada dana pinjaman kisaran Rp550 miliar yang siap dikucurkan.
Namun pinjaman itu akan berjalan perlahan, tidak bisa langsung turun secara keseluruhan. Sementara pembangunan harus terus berjalan. Oleh sebab itu, Unila mencoba mencari sumber dana dari beberapa pihak lainnya agar tidak full dari satu pendanaan saja. Salah satunya dari Wali Kota Bandar Lampung Herman HN. Saat ini telah dibangun dua gedung yang sudah memasuki tahap finishing. Di tahun 2019 akan dibangun satu gedung lagi.
“Kita berharap menjelang akhir tahun 2019 sudah berdiri rumah sakit tipe C, kita juga berusaha untuk membangun pusat riset disitu. Jika terwujud saya bisa memastikan itu pusat riset terbesar di luar Pulau Jawa. Itu nanti akan men-support Fakultas Kedokteran Unila,” kata dia.
Hasriadi mengakui, Unila memang punya permasalahan besar terkait infrastruktur. Sebab gedung-gedung di Unila kebanyakan adalah gedung tua yang sudah perlu direnovasi. Belum lagi jumlah mahasiswa Unila yang saat ini sudah over kapasitas. Sebab kampus Unila dengan luas sekitar 40 hektar ini awalnya didesain hanya untuk menampung 15 ribu mahasiswa. Sementara saat ini jumlah mahasiswa Unila sudah mencapai lebih dari 35 ribu orang. Oleh sebab itu, Hasriadi kembali mencoba mendekati Kementerian PUPR untuk mendapatkan beberapa sumber pembangunan.
“Ini guna mendukung visi Unila menjadi 10 besar perguruan tinggi di Indonesia pada 2025. Tidak kurang dari 10 gedung kita sudah bangun. Ada yang renovasi, ada yang baru,” tandasnya.
Sumber: kupastuntas.co