Reportase
Webinar SMARThealth, involving volunteers in CVD management in rural areas, a longitudinal study of 18000 villagers
21 Agustus 2018
PKMK – Yogya. Webinar dibuka dengan paparan dari Gindo Tampubolon, seorang peneliti di University of Manchester. Gindo menyampaikan hasil penelitiannya dari program SMARThealth. Program ini dikembangkan untuk menjawab kebutuhan layanan jantung di Indonesia. Program yang dilaksanakan di 4 kecamatan di kota Malang ini melihat berapa persen orang Indonesia yang mengalami kejadian kardiovaskular atau stroke dalam 8 – 10 tahun ke depan.
Program SMARThealth dilaksanakan dengan menggandeng para kader posyandu di desa-desa. SMARThealth menyediakan aplikasi berbasis smartphone. Aplikasi ini dapat memfasilitasi berbagai data seperti rekam medis elektronik, data pasien resiko tinggi, data kecacatan/kematian, juga algoritma – algoritma penilaian resiko kardiovaskular pasien. Algortima yang digunakan adalah Framingham Risk Score untuk menilai resiko kejadian kardiovaskular. Penyesuaian di Indonesia dilakukan dengan mengelompokkan pasien dalam 3 warna, yaitu hijau, kuning, merah. Kader posyandu dilatih mengambil darah lalu memasukkan angka profil darah dan lemak ke dalam gawai (smartphone).
Intervensi ini dilakukan bersama Dinas Kesehatan. Skema yang digunakan adalah riset implementasi melibatkan lebih dari 10 ribu orang di Malang. Obat-obatan disediakan bagi masyarakat yang beresiko tinggi atau masuk dalam kelompok warna merah.
dr Irsyad, SpJP dari Departemen Kardiologi FK-KMK UGM selaku pembahas memaparkan Jakarta Risk Score yang sudah dipublikasikan sejak 2002. Sistem skoring ini merupakan hasil dari Cohort study di Jakarta selama 5 tahun dengan validasi dari tim Framingham Study. Irsyad juga menambahkan bahwa untuk lokasi di desa bisa menggunakan Euro Score untuk algoritma penilaian resiko kardiovaskular.
Anis Fuad selaku pembahas kedua menjelaskan perkembangan sistem informasi manajemen di Indonesia dalam topik kardiovaskular. Dua contoh aplikasi disampaikan Anis Fuad. Pertama adalah aplikasi mobile JKN dari BPJS Kesehatan yang dapat mencatat rekam medis personal. Aplikasi ini dapat mencatat riwayat pemeriksaan pasien. Termasuk hasil dari screening pemeriksaan kesehatan dan mencatat rekomendasi – rekomendasi yang diberikan. Kedua, mengenai pengembangan Sistem Informasi Manajemen Penyakit Tidak Menular (SIM PTM). SIM PTM ini dikembangkan sampai ke Posbindu.
Diskusi berlangsung menarik dan ditutup dengan pesan dari Gindo untuk menulis publikasi ilmiah. Gindo mengingatkan bahwa ada banyak data dan contoh yang dapat digunakan dari Indonesia. Data-data ini dapat dipergunakan dengan baik untuk pengembangan keilmuan kesehatan di Indonesia. Gindo juga terbuka jika ada dari peserta diskusi yang ingin berdiskusi terkait hal ini, di luar seminar.
Reporter: Sudi Indra Jaya