Reportase
Asia Trek Indonesia
The Equity Initiative
Indonesia
5 – 12 Agustus 2018
Kegiatan Equity Initiative Programme yang ketiga kali ini dilaksanakan di Indonesia dengan tema Asia Trek Indonesia : Kesehatan dan Kesetaran di Daerah Pedesaan dan Terpencil. Kali ini kegiatan lebih banyak dilakukan di lapangan dengan mempelajari pendidikan dan kesehatan daerah terpencil. Para fellow melakukan observasi di lapangan dan berbaur dengan masyarakat dengan merasakan bermalam di rumah penduduk dengan tujuan agar dapat mempelajari isu terkait kasus kesehatan dan pendidikan serta bagaimana masyarakat diberdayakan untuk menghadapi isu tersebut. Salah satu topik yang dipelajari pada kegiatan lapangan ini adalah tingginya angka kematian neonatal daerah terpencil di Kampung Pasir Panjang, sebuah perkampungan nelayan di Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat.
Secara garis besar, hasil pengamatan yang dilakukan dari +/- 1,500 ibu melahirkan tidak semuanya melahirkan di fasilitas kesehatan yang tersedia. Hal tersebut dapat disebabkan karena mereka lebih nyaman melahirkan di rumah dengan bantuan bidan. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan bahwa fasilitas polindes yang tersedia di kampung ini dirasa kurang nyaman dengan tidak adanya listrik, air yang memadai, dan ruang yang kurang steril. Indikator kesehatan ibu menunjukkan bahwa pada Juni 2018 terdapat 1 kematian ibu melahirkan, hal ini dapat dikatakan angka yang signifikan apabila dibandingkan dengan total jumlah ibu melahirkan. Indikator kesehatan anak juga menunjukkan bahwa masih terdapat balita malnutrisi dan stunting serta bayi lahir dengan komplikasi. Hal tersebut diperkuat pula dengan hasil kunjungan lapangan dan wawancara dengan ibu hamil, ibu yang memiliki bayi, bidan, perawat, kader, dukun beranak, dan staf kesehatan di fasilitas kesehatan terkait.
Di sisi lain, sistem kesehatan yang telah terbentuk di Manggarai Barat ini memiliki kekuatan untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan adanya tenaga kesehatan yang berdedikasi dan profesional, kepercayaan dari masyarakat, buku KIA, rumah tunggu, koordinasi antar sektor setiap bulan, audit maternal perinatal, dan kerja sama bidan – dukun beranak. Sistem rujukan juga telah berjalan, pasien yang akan dirujuk oleh bidan akan diinformasikan terlebih dulu ke puskesmas ataupun rumah sakit yang akan menjadi tempat rujukan. Rumah sakit akan menangani kasus-kasus dengan penyulit atau komplikasi. Ada beberapa peluang yang dapat dipergunakan untuk perbaikan seperti fasilitas kesehatan untuk ibu bersalin baik di tingkat primer maupun sekunder terutama kelengkapan peralatan medis di rumah sakit daerah, transportasi untuk merujuk, pemahaman pentingnya asupan makanan dan nutrisi, perencanaan berbasis data untuk penganggaran, implementasi, dan monev, serta partisipasi antar sektor.
Berbagai program juga dapat dilakukan oleh masyarakat maupun staf kesehatan seperti meningkatkan alokasi dana desa berdasarkan kebutuhan (misalnya untuk listrik polindes dan insentif kader), pencatatan dan pelaporan data, serta “pertanggungjawaban bersama” terhadap kesehatan ibu dan anak di kabupaten ini baik untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjut. Masalah kesehatan yang ada di kabupaten ini tidak dapat dilihat secara parsial namun perlu dilihat secara komprehensif. Pada akhirnya untuk menganalisa dan memecahkan masalah kematian neonatal di Manggarai Barat ini membutuhkan analisa dan pemahaman mengenai apa yang terjadi, apa yang memungkinkan pola tersebut terjadi, dan dengan cara apa menciptakan atau mempertahankan struktur yang sudah terbentuk untuk berinovasi dan bertransformasi ke depannya. (Elisabeth Listyani).
Sumber :
https://manggaraibaratkab.bps.go.id/
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat