Surabaya – Selama ini, baik tenaga medis maupun keluarga pasien rawat inap mengandalkan Vital Sign Monitor, alat yang dapat menunjukkan kondisi vital pasien rawat inap sebagai panduan kondisi pasien.
Walaupun demikian, selalu ada kekhawatiran jika penanganan kondisi kritis pada pasien menjadi terlambat atau tidak optimal dikarenakan tenaga medis yang kewalahan mengawasi banyak pasien.
Hal ini mendorong I Ketut Eddy Purnama, dosen sekaligus Kepala Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi 10 November (ITS) untuk mengembangkan alat yang dinamakannya Invisimos. Alat ini diklaim dapat memudahkan tenaga medis untuk memantau seluruh pasien rawat inap yang ada tanpa harus berkeliling atau menunggu panggilan dari keluarga yang sedang menjaga pasien.
“Perawat itu biasanya kesulitan kalau memantau kamar (inap, red) yang jumlahnya banyak. Nah, gimana kalau membuat alat yang bisa memantau kondisi pasien dari jarak jauh,” ujar Ketut kepada detikcom, Sabtu (10/3/2018).
Fakta ini didapat Ketut dari hasil diskusi dengan sejumlah tenaga medis. Dari diskusi itu muncullah salah satu persoalan, yaitu masalah pengawasan pasien.
“Menurut mereka, alangkah sangat bermanfaat bila ada alat yang dapat memantau pasien hanya dari ruang jaga,” lanjut Ketut.
Berbeda dengan alat pemantau terdahulu, yaitu Vital Sign Monitor, Invisimos memungkinkan tenaga medis memantau seluruh pasien rawat inap di seluruh ruang jaga sekaligus sebab Invisimos memiliki port luaran yang dapat mengirimkan kondisi vital pasien secara real time.
Dengan begitu bila pasien mengalami kondisi kritis, tenaga medis bisa langsung mengetahui dan langsung bertindak tanpa dipanggil oleh penjenguk atau anggota keluarga yang menunggui.
“Invisimos ini perangkat pemantau vital sign. Terintegrasi. Isitilahnya Invisimos Integrated Vital Sign Monitoring System,” tambah Ketut.
Kendati demikian, alat ini diakui Ketut masih dalam tahap pengembangan. Muhammad Fajariansyah Ismail (24), alumni ITS yang juga memiliki andil dalam penemuan ini mengatakan, ukuran Invisimos dianggap masih terlalu besar dan ribet.
Walaupun prototipe versi kedua berhasil dibuat lebih kecil, namun penempatan komponen yang tidak strategis juga bisa membuat daya tahan Invisimos menjadi tidak terlalu lama.
“Penempatan posisi komponennya masih harus dipikirkan lagi, mas. Ini masih prototype jadi masih apa adanya. Mesti pikir positioning istilahnya. Gimana kabel-kabelnya bisa lebih rapi, lebih ringkas, sehingga bisa lebih sempurna,” timpal Fajar.
Sumber: detik.com