Reportase Hari Ketiga
Pertemuan Review Jejaring RS Rujukan Nasional, Provinsi, dan Regional Wilayah Timur
Pertemuan hari ketiga diawali dengan presentasi oleh perwakilan peserta dari RS Rujukan Provinsi dan Regional. Peserta menyampaikan hasil identifikasi layanan unggulan di rumah sakitnya dan hasil kerja serta perkembangan kondisi pelayanan rujukannya. Dua RS yang maju pertama kali adalah perwakilan dari RSUD M Yunus Bengkulu dan RSUD Raden Mattaher Jambi.
Peserta pertemuan dari RSUD Chasan Boesoirie Ternate menyampaikan kondisi rumah sakitnya dengan semangat. Rumah sakit ini telah memiliki alat CT SCAN 128 Slice dan mengembangkan layanan Hemodialisa dengan 20 mesin. RSUD ini memiliki 5 kamar operasi dengan 5 dokter SpOG dan 2 dokter bedah sehingga pengembangan menjadi prioritas untuk tahun 2018-2019. Pelayanan jantung dikembangkan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan telah ada dokter SpJP. Pelayanan jantung direncanakan agar dapat memiliki alat cathlab untuk tindakan intervensi.
Presentasi oleh perwakilan dari RS Rujukan Provinsi dan Regional (dok. Kemenkes RI)
Laksono Trisnantoro sebagai fasilitator dalam diskusi mengingatkan para peserta agar persiapan teknis untuk webinar diperhatikan dan didukung dengan baik. Webinar akan menjadi salah satu media komunikasi yang baik dan dapat digunakan untuk berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan di level provinsi. Pendekatan penyusunan rencana operasional disarankan berbasis provinsi sehingga semakin jelas pemetaan layanan rujukan yang dikembangkan di RS Rujukan.
Yout Savithri selaku Kasubdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan RS dari Kemenkes RI menyatakan bahwa Rujukan Provinsi adalah pengampu utama di provinsinya, sehingga mindset harus diubah. Koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi sangat penting dalam pengelolaan rujukan di provinsi tersebut. Revisi peraturan gubernur mengenai rujukan juga perlu dilakukan.
Suasana pertemuan hari ketiga (.dok Kemenkes RI)
Tantangan yang ditemukan di beberapa daerah adalah SDM menjadi permasalahan utama. SDM sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah karena desentralisasi sehingga perlu komunikasi dengan pemda. Dokter spesialis dan tenaga medis diharapkan bekerja mono loyalitas (dedikasi penuh di satu instansi) di jam kerja. RS tidak boleh terjebak dalam permasalahan politis yang ada di daerah.
Sesi selanjutnya adalah paparan oleh dr. Sudi Indra Jaya mengenai template desain website. Sudi menjelaskan kisi-kisi materi yang perlu ditampilkan oleh rumah sakit pada websitenya. Website rumah sakit akan dihubungkan dengan pemetaan yang ada di website Kemenkes sehingga dapat diketahui informasi tentang berbagai layanan rujukan yang ada di Indonesia.
Pertemuan ini ditutup dengan penyusunan rencana tindak lanjut. Para peserta dan fasilitator dari PKMK FKKMK UGM serta Kemenkes RI menyepakati beberapa hal yaitu:
- Mengisi survei online (www.manajemenrumahsakit.net/monevrs) sebagai hasil monitoring evaluasi untuk melengkapi pemetaan sistem informasi RS Rujukan yang akan diintegrasikan dengan website Kemenkes (www.kemkes.go.id)
- Menyusun dokumen rencana operasional sebagai RS Rujukan untuk pemantapan layanan rujukan hingga 2025
- Membuat/mengembangkan website RS Rujukan sesuai desain/ template dalam waktu 2 bulan.
- Mengembangkan kemampuan webinar di setiap RS Rujukan bersama manajemen dan clinical leader/ klinisi untuk tata kelola manajemen dan tata kelola klinik yang lebih baik (good corporate governance and good clinical governance).