Purwakarta – Masyarakat di Kabupaten Purwakarta sejak tahun 2008 atau era kepemimpinan Bupati, Dedi Mulyadi, merasa terbantu dengan adanya program kesehatan Jaminan Kesehatan Masyarakat Purwakarta Istimewa atau Jampis.
Seperti yang dirasakan oleh dua pasien yang tengah menjalani perawatan di salah satu rumah sakit swasta, RS Siloam Purwakarta. Mereka merasa terbantu dengan Jampis yang tidak ribet dan relatif cepat.
“Alhamdullillah langkung ti kabantos. Saya nuju musibah, ayeuna asa kasambung nyawa (Alhamdullilah lebih dari terbantu. Saya sedang musibah, sekarang rasanya seperti tersambung nyawa),” ucap Aan Sutinah (50) salah satu keluarga pasien pengguna Jampis di RS Siloam Purwakarta, Selasa (31/5/2016).
Aan mengatakan, saat ini dia tengah menunggu anak kandungnya, Ulul Izmi Pratiwi (23), yang akan menjalani operasi karena mengalami penyempitan saluran kencing.
Awalnya Ulul yang tinggal bersama kakaknya itu dirawat di RS Dewi Sri Karawang dengan biaya Rp 3 juta selama dua hari. Namun setelah menggunakan Jampis, Aan tak perlu lagi mengeluarkan uang sepeser pun.
“Alhamdullillah tidak ada kesulitan. Anak saya masuk ke sini hanya pakai KTP dan KK, ditambah surat keterangan Pak Lurah,” ucap warga Kecamatan Plered ini.
Senada dengan Aan, Yati Sudaryati (51), juga merasa terbantu dengan adanya Jampis. Kakaknya Dedi Tarsedi (60) yang mengalami sakit saluran pernafasan dan jantung merasa terbantu karena tidak dipersulit meskipun menggunakan Jampis.
“Tidak ada perbedaan yang kita rasakan. Mau pakai Jampis atau bayar pelayanan sama saja. Alhamdullillah Jampis sangat membantu,” kata warga Kecamatan Purwakarta Kota itu.
Terpisah, Dirut Siloam Purwakarta, dr Irwan Gandarama, menjelaskan, sejak pertama kali berdiri dengan nama RS Efarina Etaham pada Agustus 2013 hingga menjadi RS Siloam Purwakarta pada Juni 2014 pihaknya telah bekerja sama dengan Pemkab Purwakarta terkait penggunaan Jampis.
“Dari awal sampai sekarang kami tidak ada masalah dengan Jampis, bahkan sampai sekarang masih diperpanjang. Hanya dari tahun ke tahun pengguna Jampis mulai berkurang karena ada BPJS,” jelas Irwan.
Bahkan dia berani menjamin tidak ada pembeda antara warga pengguna Jampis, BPJS, atau jaminan kesehatan lainnya. “Bahkan HP saya selalu hidup 24 jam. Kalau ada masalah pasti langsung terselesaikan,” bebernya.
Lebih lanjut Irwan menuturkan, pihaknya kini semakin terbantu karena sudah ada penempatan petugas khusus Jampis yang disiapkan oleh Pemkab Purwakarta. Keberadaan petugas tersebut membantu koordinasi antara pasien yang akan dirawat sehingga mendapat pelayanan yang lebih baik.
Program Jampis sendiri sudah ada jauh sebelum BPJS atau tepatnya pada tahun 2008 silam sejak Dedi menjabat pada periode pertama sebagai Bupati Purwakarta. Selain melayani rumah sakit lokal, Jampis memberikan layanan terhadap 11 rumah sakit yang berada di luar Kabupaten Purwakarta, seperti RS Hasan Sadikin (Bandung), RS Ginjal Ny BJ Habibie (Bandung), RS Mata Cicendo (Bandung), RS Jiwa Cisarua (KBB), RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), dan RS Jantung Harapan Kita (Jakarta).
Sebagai sarana pendukung saat ini Pemkab Purwakarta tahun ini menargetkan memiliki satu ambulans untuk satu desa. Saat ini sudah terdapat 120 unit ambulans yang 40 di antaranya telah terkoneksi secara online melalui aplikasi android, Semar.
(try/try)
Sumber: detik.com