SURABAYA – Ruang bersalin yang terintegrasi satu sama lain akan mempermudah pengawasan dan penanganan ibu hamil. Hal inilah yang terjadi di rumah sakit pendidikanUniversitas Airlangga.
Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi mereka melibatkan sistem unit IGD, Kamar Operasi, ICU, NICU, kamar bersalin, instalasi rawat inap Obgyn, Poli anak dan Poli Obgyn.
Ketua PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) Rumah Sakit Universitas Airlangga, dr M Ardian SpOG Mkes menjelaskan dengan ruang yang terintegrasi ini kondisi sebelum, saat dan sesudah persalinan dapat dipantau dengan cepat.
Ruang terintegrasi ini baru diresmikan Selasa (22/3/2016), walaupun sudah banyak pasien yang mengunakan fasilitas ini.
Diantaranya ruang observasi, ruang persalinan hingga rawat inap yang berada dalam satu lantai. “Masih kurang ruang operasi yang belum selesai, sementara masih pakai ruang operasi di lantai bawah,” terangnya saat ditemui SURYA.co.id, Selasa (22/3/2016).
Kecepatan penanganan dan kualitas pelayanan terus ditingkatkan seiring dengan masuknya pengguna BPJS di rumah sakit ini.
“Kami juga bekerja sama dengan puskesmas untuk beragam rujukan, mulai persalinan hingga deteksi dini preeklampsia yang membuat banyak ibu dan bayi meninggal,” tutur pria yang juga menjabat sebagai manager pelayanan mutu RS UA ini.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan kemudian mengembangkan program tersebut dengan rangkaian paket pembelajaran dan pelatihan yaitu PONEK dan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) yang bertujuan meningkatkan para profesional di bidang pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan tinggi kepada ibu, bayi baru lahir, dan anak.
“Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial/Emergensi yang bertujuan untuk menjamin tersedianya pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrik, pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrik dan komplikasi persalinan pada setiap ibu yang membutuhkannya,” jelasnya
Manager keperawatan, Purwaningsih mengungkapkan, RS UA bukan menjadi satusatunya rumah sakit yang menerapkan sistem ruang terintegrasi. Tetapi RS UA berusaha menjadi rumah sakit pendidikan yang menjadi percontohan.
“Kamar percontohan, makanya banyak ruangan kami yang luas. Untuk memaksimalkan pelayanan,” tuturnya.
Ruang terintegrasi di lantai saat ini terdapat ruang persalinan mulai dari BPJS kelas 3 hingga VVIP.
Untuk BPJS kelas 3, ruang persalinan juga telah menggunakan central fenal monitoring untuk mendeteksi detak jantung bayi.
Alat ini juga ada di ruang BPJS tingkat 1 dan 2 serta VVIP. Yang membedakan yaitu jumlah ranjang dan jenis ranjang bersalin di setiap ruangan.
“Ada ruang observasi sendiri dan ruang rawat inap sekalian di lantai ini,” lanjutnya.
Direktur RS UA, Prof Dr dr Nasronudin SpPD K-PTI FINASIM menjelaskan perkembangan RS UA saat ini semakin besar sejak diresmikan 2012, bahkan Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat penggunaan kamar rawat inap sudah mencapai 86 persen. Normalnya dikisaran 65 hingga 8 persen.
“Masih banyak pekerjaan rumah dan pembenahan yang bisa di lakukan. Dengan bangunan 8 lantai, saat ini masih membuka sampai lantai untuk wilayah kebidanan dan lantai 6 untuk ICU. Selanjutnya lantai 7 akan dipusatkan untuk ruang operasi,” tegasnya.
Sumber: tribunnews.com