KUNINGAN (CT) – Aktivis daerah menyesalkan kebijakan managemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD 45), lantaran tindakan pembelian lahan bangunan Apotik Sahabat yang sangat fantastis.
“Saya tidak habis fikir dengan cara pihak RSU 45 mengelola dana yang mereka peroleh. Seharusnya asas efektifitas atau efisiensi dikedepankan. Kalau memang ingin menambah bangunan rawat inap. Saya pikir masih tersisa lahan didalam RSUD sendiri untuk dioptimalisasi dengan memanfaatkan rekayasa konstruksi,” saran Boy Sandi Kartanegara saat menjelaskan polemik tersebut, Selasa (03/11).
Boy mengatakan, sebetulnya permasalahan RSUD dalam mengoperasikan sebagai layanan medis bagi masyarakat, sampai saat ini belum memberikan pelayanan ekstra. Terlebih dalam kebijakan seputar tunggakan terhadap PT. Askes dan atau BPJS yang mencapai sekitar Rp. 56 miliar.
“Kita dengar tunggakan biaya askes atau BPJS masih besar, sisi lain uang yang ada malah dibelanjakan untuk hal-hal yang saya pikir tidak terlalu urgent. Ini ironi dan wajar kalau kemudian banyak pihak yang heran dengan aksi RSU membeli lahan tersebut dengan harga yang sangat fantastis,” ungkapnya.
Berdasarkan sumber lain, selama proses penyelesaian jual beli tanah antara APBD perubahan dengan pemilik apotik sahabat, diduga kader partai politik sekaligus Ketua Partai tertentu dan pejabat eselon II b ditengarai melakukan transaksi.
Seperti diberitakan sebelumnya, usai dilakukan ijab kabul melalui pengesahan APBD perubahan 2015, dalam pembelian lahan tanah plus bangunan Apotik Sahabat di Jalan Sudirman menuai polemik di kalangan masyarakat.
Pembelian harga dalam item belanja modal pemerintah sebesar Rp.8,9 miliar itu harganya sangat fantastis. “Apalagi ukuran luas lahan itu sekitar 70 bata atau kurang dari satu hekatar,” ungkap mantan pengurus DPD KNPI Kuningan, Maksum Madrohim saat menjelaskan kepada awak media di ruang lobi DPRD Kuningan. (Ipay)
Sumber: cirebontrust.com