Sesi Paralel 8
Di India pengeluaran masyarakat untuk kesehatan relatif kecil, yaitu 4,1% GDP per tahun. Hal ini mendorong pada banyaknya kebutuhan layanan kesehatan yang tidak dapat dipenuhi sistem layanan kesehatan pemerintah dan mendorong tingginya utilisasi layanan kesehatan swasta. Kemudian, hal tersebut diperkuat dengan mutu layanan kesehatan swasta yang lebih baik dibandingkan dengan layanan kesehatan milik pemerintah, sehingga masyarakat cenderung memilih RS swasta. 78% pengeluaran kesehatan ada di sektor swasta.
Namun layanan kesehatan swasta terkonsentrasi di kota-kota besar. Perhatian pada mutu layanan dan persaingan telah mendorong RS-RS tersebut menempuh berbagai strategi peningkatan mutu layanan, untuk memenangkan pasar, salah satunya dengan akreditasi. Dalam hal ini, faskes swasta di India menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan mutu layanan: ketergantungan masyarakat terhadap layanan swasta dan tuntutan untuk memenuhi standar akreditasi. Namun, selama ini terdapat keberhasilan maupun kegagalan dalam memenuhi standar akreditasi tersebut. Ada sebagian standar yang dirasa kurang tepat, baik oleh tenaga medis maupun manajer RS. Situasi ini menimbulkan resistensi dan konflik dalam implementasinya. Studi ini mencoba menggali tentang kebutuhan untuk meningkatkan mutu layanan RS swasta melalui akreditasi dan isu-isu serta tantangan utama yang dihadapi terkait dengan hal tersebut.
Ada perbedaan dalam mempekerjakan lulusan luar negeri, terkait dengan kemampuan bahasa dan kinerja sebelumnya. Semua negara membutuhkan dokter yang proficient dalam bahasa Ingris namun hanya Hongkong, Amerika Serikat dan Kanada yang meminta adanya licensing examination. Implikasinya untuk Hongkong sendiri didasarkan pada pertanyaan antara lain apakah regulasi Hongkong membutuhkan pembaharuan, haruskah mengadopsi kebjakan umum, perlukah ada perwakilan profesional di pemerintahan, bagaimana hubungan pemerintah dengan penentu kebijakan di bidang sistem kesehatan?
Link Terkait: