Put The Patient First
Selamat Hari Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Bagi kita, merdeka berarti menjadi bangsa yang berdaulat dan bermartabat? Namun sudahkah kita bermartabat sebagai tenaga kesehatan, dan memperlakukan pasien secara bermartabat pula. Peter J. Nolan, dari Department of Internal Medicine di sebuah RS di Australia, melalui artikelnya mengingatkan kembali pada kita semua akan makna manusia dalam dunia pengobatan. Tulisan berjudul “The Meaning of Person in Medicine” tersebut mengkritik bahwa sistem pelayanan kesehatan modern cenderung mengurangi sisi manusia pada sebuah pelayanan. Petugas kesehatan di RS sering memandang pasien sebagai “kasus”, “tempat tidur nomor 4”, “kamar tujuh”, atau pasien dengan nomor rekam medis “123456”. Padahal pasien juga manusia, dan rumah sakit sering mendengung-dengungkan “pelayanan yang berpusat pada pasien”. Menurut Nolan, administrasi RS sebaiknya menempatkan pasien, bukan CEO, pada piramida teratas struktur RS. Dapat dipahami bahwa ada ratusan bahkan ribuan pasien yang ditangani RS setiap hari, sehingga sangat sulit untuk mengingat dan memberi perhatian pada pasien satu per satu. Namun hal ini juga telah menarik perhatian banyak kalangan di luar profesi kesehatan. Editor Hospital & Health Network Daily dalam editorialnya minggu lalu berjudul “Hospital Leaders: Older and Kinder?” mengangkat ceramah George Saunders, seorang novelis, di sebuah fakultas seni mengenai “kesalahan manusia dalam menerjemahkan kebaikan”. Seorang CEO sebuah RS menanggapi tulisan ini “People who work in hospitals, from the top leadership on down, should read Saunders’ words. Kindness isn’t a passive, smile and do-no-harm thing. It’s a hands-on, active way of life. Too many people are perfectly pleasant, but they don’t go that extra step. They don’t take the extra time to sit down next to a patient, hold her hand and really listen to what’s on her mind.“ Journal of American Medical Association minggu lalu juga menerbitkan tulisan menarik senada dengan hal tersebut, namun lebih menekankan ke aspek keuangan pasien. Tulisan berjudul “First, Do No (Financial) Harm” tersebut menekankan bahwa para penyelenggara pelayanan kesehatan tagihan pada kuitansi sesudah memperoleh pelayanan kesehatan juga dapat menyebabkan financial harm bagi pasien (dan keluarganya). |
19 Aug2013