MAKASSAR — Tindakan Manajemen RS. Wahidin Sudiro Husodo, Makassar, terhadap pasien yang membutuhkan pertolongan darurat sama sekali tidak mencerminkan citra sebagai instansi kesehatan yang layak menyandang akreditasi nasional.
Hal inilah yang dipertanyakan warga asal desa tiro-tiro, kecamatan Bonto tiro, Kabupaten Bulukumba, Hasbullah Dg Malaju (32). Menurutnya, prosedur yang diterapkan pihak rumah sakit sama sekali tidak memanusiakan manusia.
Ini terbukti, ketika Hasbullah mencoba mengantarkan sang anak, Andi Zahrah Humairah, yang masih berumur 4 bulan karena menderita hidrocepalus ke rumah sakit Wahidin Sudiro Husodo, Jalan Perintis Kemerdekaan.
Hasbullah yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh serabutan ini, ditolak manajemen rumah sakit dengan alasan harus mengurus jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) terlebih dahulu.
Dirinya sangat menyayangkan tidak adanya itikad baik dari pihak rumah sakit yang seolah tidak peduli terhadap kondisi bayi yang sudah gawat dan sangat membutuhkan tindakan medis terlebih dahulu ketimbang mprosedur.
“Tindakan pihak rumah sakit Wahidin seolah terlalu mendewakan uang. Apakah karena kita miskin jadi tidak layak mendapatkan pelayanan yang semestinya. Jika tidak segera diberikan tindakan medis, sesuai dengan keterangan dokter. Otak anak saya semakin mengecil,” keluh sang Ayah sambil terisak, saat ditemui di rumah keluarnganya di BTN. Zari indah kabupaten Gowa, Kamis, (25/4/2013) sekitar 20.00 Wita
Usaha Hasbullah untuk mendapatkan Jamkesmas telah diusahakan semaksimal mungkin demi perawatan sang anak. Namun, terkendala prosedur yang menurutnya, harus menunggu selama setahun lamanya.
Sehingga kondisi anaknya tiap harinya terus menurun. Bahkan yang lebih memiriskan hati, pihak rumah sakit terkesan tidak peduli terhadap kondisi sang bayi meski sudah dalam keadaan darurat.
Hal tersebut juga diamini sang Ibu, Amriana Dewi (24). Bahwa, penyakit hidrocepalus anak keduanya tersebut setiap harinya semakin membesar setengah centimeter.
“Saya sangat khawatir terhadap kondisi anak saya ini. Karena menurut pihak rumah sakit, mereka tidak akan memberikan pelayanan, bagaimana pun kondisinya tanpa menggunakan jamkesmas. Jika kami memaksakan, saya harus menanggung biaya puluhan juta. Kami tidak menyanggupi itu, karena suami saya setiap hari hanya bekerja serabutan,” tuturnya
Sementara, pihak rumah sakit wahidin yang coba dikonfirmasi melalui humasnya, dr. Ilham, enggan mengangkat telepon dan langsung mematikan. Yang lebih parahnya lagi, dia mengirim via sms dengan nada menyindir dan tidak sepantasnya diungkapkan seorang Humas yang seharusnya menjalin kemitraan yang baik dengan media.
Demikian bunyi pesan singkat humas rumah sakit wahidin kepada Tribun. “Sudah Jam 10 malam, tidak sopan menelpon. Mengganggu orang tidur. Kalau tetap begini terus, saya tidak akan pernah layani lagi,” sindirnya
Sedangkan kepala dinas kesehata Sulsel, dr. Rahmat Latief. Justru lepas tangan terhadap permasalahan tersebut. “Rumah sakit wahidin bukan wewenang dinas kesehatan. Silahkan hubungi yang bersangkuta,” dalihnya
Sumber: tribunnews.com