Reportase
Webinar Inovasi Pembukaan Pelayanan Primer oleh RS di Bangkok:
Relevansinya untuk Indonesia
PKMK-Yogyakarta. Pasca penerapan transformasi kesehatan yang berfokus pada pelayanan primer, peran RS tidak hanya untuk tingkat lanjut namun dapat dikembangkan untuk layanan primer. Salah satu inovasi pelayanan primer yang dimiliki oleh RS Siriraj Thailand yaitu Siriraj H. Solutions yang berfokus pada layanan preventif dengan letak terpisah dari area RS yaitu di lantai 5 sebuah mall dengan luas 3000 m2. Berdasarkan kunjungan di Siriraj H. Solutions diharapkan dapat menjadi sebuah pemicu inovasi pengembangan layanan primer bagi RS di Indonesia, dimana kondisi saat ini penggalian dana yang berasal dari pasar non BPJS semakin penting untuk keberlanjutan RS.
Materi
Latar belakang ini mendorong PKMK UGM menyelenggarakan webinar Inovasi Pembukaan Pelayanan Primer oleh RS di Bangkok: Relevansinya untuk Indonesia pada Kamis (5/12/2024). Pemateri utama kali ini ialah Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. Laksono merupakan pakar kebijakan Kesehatan FK-KMK UGM. Pihaknya berkesempatan mengunjungi fasilitas yang dikembangkan RS Siriraj pada 2019 dan 2024 lalu. Narasumber menyampaikan inovasi pelayanan primer berdasarkan kunjungan di RS Siriraj Bangkok. Strategi RS Thailand dalam aspek pembiayaan atau dikenal dengan Universal Health Coverage (UHC), bagaimana cara menghadapi tantangan pembiayaan hingga diverifikasi layanan. Berdasarkan kunjungan yang telah dilaksanakan di Thailand, RS Siriraj mempunyai inovasi pelayanan primer yaitu Siriraj H. Solutions dan private wings untuk pasar non UHC yang telah dikembangkan satu tahun lalu. Siriraj H. Solutions merupakan sebuh diversifikasi layanan yang berfokus pada aspek preventif, lebih personal dan komprehensif. Layanan tersebut terpisah dari area RS, dimana letaknya berada di lantai 5 sebuah mall di Bangkok, memiliki beberapa layanan anti aging, pusat diagnostik, estetika dan herbal medicine serta memiliki potensi layanan lebih dari 1000 orang per hari. Private wings berfokus untuk layanan kuratif untuk pasar non UHC yang berada di sebuah tower di area RS.
Pasca pandemi COVID-19 telah terjadi kenaikan demand masyarakat dalam konteks layanan kesehatan sehingga pimpinan RS dapat mendeteksi perubahan yang terjadi dan merespon perubahan tersebut dengan tindakan. Sistem lingkungan makro di Thailand sudah memisahkan pembiayaan antara kelas menengah keatas dan menengah ke bawah dengan mengembangkan klinik pelayanan primer. Letak Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki akses yang lebih sulit untuk mendapatkan layanan kesehatan. Selain itu, Indonesia memiliki tax ratio kurang dari 10%. Pemerintah Thailand cenderung lebih tegas untuk mendorong masyarakat untuk mampu membayar sendiri menggunakan asuransi kesehatan atau out of pocket. Tier system di Thailand juga terdiri dari 3 pool yang terdiri dari PNS, poor people dan tenaga kerja, berbeda dengan Indonesia yang single pool, dimana justru akses terhadap BPJS banyak dipakai oleh masyarakat menengah keatas.
RS di Thailand menganut strategi umum growth atau pertumbuhan yang dibuktikan dengan pengembangan private wings dan Siriraj H. Solutions, serta strategi generik berupa diferensiasi. Strategi pertumbuhan merupakan produk baru dengan pasar baru, sehingga termasuk dalam diversifikasi yang cukup progresif. Strategi tersebut terdiri dari related, yaitu masuk ke segmen pasar yang mirip dengan yang sudah dilayani, serta unrelated, yaitu mengembangkan divisi yang semi mandiri. Untuk RS di Indonesia yang sebagian besar sistem pembiayaannya menggunakan BPJS, untuk menyasar segmen tersebut dapat menggunakan strategi cost leadership, berbeda dengan strategi diferensiasi yang didasarkan pada kemampuan membayar pasien. Strategi tumbuh RS di Thailand berbeda dengan di Indonesia, dimana RS tersebut menggunakan vertical integration yang mengembangkan klinik untuk layanan primer, yaitu H. Solution, dari RS Induk yaitu RS Siriraj.
RS yang menggunakan sistem pembiayaan BPJS banyak dipengaruhi oleh politik anggaran dan tekanan DPR, sedangkan ukuran ekonomi dibatasi oleh premi dan kemampuan fiskal pemerintah untuk menutup defisit. Berbeda dengan BPJS, untuk sistem pembiayaan non BPJS lebih banyak dipengaruhi oleh hukum pasar yaitu demand and supply. Saat ini, sebagian besar RS di Indonesia menggunakan sistem pembiayaan campuran yaitu memfasilitasi pasar BPJS dan non BPJS, serta terdapat sebagian kecil yang hanya memilih pengguna non BPJS. Harapannya, RS dapat memanfaatkan sumber pendanaan non BPJS dengan pembukaan layanan bagi pasar out of pocket, asuransi komersil serta filantropi untuk menghindari beban anggaran yang terlalu besar dan meningkatkan revenue yang penting untuk keberlanjutan RS.
Dr. dr. Hanevi Djasri, MARS, FISQua dari Departemen Kebijakan Kesehatan dan Manajemen, FK-KMK UGM menyampaikan closing remarks dimana Sirijaj H. Solutions telah berhasil mengembangkan layanan primer berbasis kesehatan holistik yang mengintegrasikan teknologi dan layanan kesehatan personal serta sistem pembiayaan swasta. Pelayanan tersebut memastikan kesembuhan pasien, patient safety, mendapatkan pengalaman yang baik, serta pentingnya continuity of care sehingga jika pasien perlu untuk melakukan tindakan kuratif dapat dirujuk ke RS Induk yaitu RS Siriraj. Berdasarkan hasil kunjungan tersebut, diharapkan pengembangan layanan serupa dapat diadopsi bagi RS di Indonesia dengan menyesuaikan dengan kebutuhan demografis, geografis, maupun sosioekonomi pasien serta strategi operasional yang sesuai dengan RS masing-masing. Selain itu, juga diperlukan integrasi dan kolaborasi antara stakeholder terkait, meliputi pemerintah sebagai regulator, asuransi pembiayaan, serta peran Fakultas Kedokteran untuk mendukung dan mewujudkan pengembangan layanan RS yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Reporter : Bestian Ovilia Andini