Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang berobat ke RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya tak lagi harus bawa kartu pendaftaran, cukup fingerprint atau sidik jari.
Dokter Billy Daniel Messakh Direktur Utama RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya menyebut, salah satu faktor mekanisme antrean dipermudah karena adanya temuan pasien menggunakan BPJS orang lain untuk berobat.
“Iya (ada temuan). Risikonya besar. Misal pasien A pernah berobat usus buntu, datanya terrekam pernah operasi. Besok-besoknya ada lagi orang pakai BPJS-nya pasien A. Sudah operasi kok operasi lagi. Itu yang saya maksud, kalau pakai punya orang lain punya risiko,” ujarnya, Rabu (29/11/2023).
Dengan fingerprint pasien, maka akan menghentikan praktik peminjaman kartu BPJS ke pasien lain.
Selain itu, menurut Billy, fingerprint akan mengubah pola antrean pasien di rumah sakit yang semula datang tidak sesuai jadwal menimbulkan penumpukan akan diatur rapih sesuai jam yang tertera saat mendaftar.
“Soewandhie menerapkan itu agar pasien mudah. Sekarang kan cukup bawa KTP, tapi dengan fingerprint gak perlu menumpuk kertas untuk minta kita masukkan. Harus pakai fingerprint menandakan kedatangan mereka. Mendaftar lewat e-Health Surabaya. Jadi gini, misal mau ke poli bedah Soewandhie, lewat e-Health kemudian dapat nomor 100. Memastikan dia datang, sesuai jamnya jam 10 misal langsung fingerprint terekam data untuk dilayani,” beber Billy.
Kalau ada pasien yang masih datang lebih dulu sebelum jadwal sesuai kartu pendaftaran, maka diminta menunggu di ruang tunggu.
“Tempatnya di luar, hari ini kita siapkan. Nah, setelah dia (pasien) mendaftar lewat satu pintu, maka boleh masuk. Mengapa perlu fingerprint? Karena untuk memudahkan pendataan antara rumah sakit dengan BPJS Kesehatan,” tegasnya.
Perekaman fingerprint, lanjutnya, cukup dilakukan sekali di semua fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS dan memberlakukan sidik jari, atau langsung ke RSUD Soewandhie.
“Di RSUD Dr. Soetomo dan 8 RS besar di Surabaya. Direkam sekali aja,” jelasnya.
Proses perekaman ini menurutnya akan dituntaskan dalam kurun waktu sebulan. Sebelum diterapkan secara masif.
“Intinya yang belum pernah akan kita rekam. Kita berusaha, satu bulan ini sudah selesaikan rekaman. Kalau ada yang belum langsung bisa rekam saat dia datang,” tuturnya lagi.
Tapi khusus beberapa pasien yang kondisinya tidak memungkinkan diwajibkan sidik jari, maka tetap boleh berobat manual.
“Emang ada beberapa pasien kelemahan misal orang tua, pasien stroke, gangguan jiwa, dan sebagainya harus manual tetap bisa manual,” tandasnya. (lta/iss)
Sumber: www.suarasurabaya.net