Surabaya – Operasional Rumah Sakit (RS) Darurat di Surabaya resmi dihentikan seiring dengan dicabutnya PPKM. Seluruh fasilitas RS Darurat, mulai dari tempat tidur hingga oksigen akan dibagikan ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) milik Pemkot Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan RS Darurat kini tak lagi digunakan. Sebab, Bed Occupation Rate (BOR) pasien COVID-19 di RS rujukan rendah dan cenderung banyak yang kosong.
“RS Darurat sudah kami lepas, karena kami nanti berhubungan dengan RS lihat BOR-nya. Ketika rumah sakit itu BOR-nya tinggi, maka kami menyiapkan RS Darurat,” kata Eri kepada wartawan di Balai Kota, Selasa (3/1/2023).
Akan tetapi, jika BOR RS di Surabaya tinggi akan dilihat terlebih dulu faktornya. Jika karena varian baru COVID-19, akan dilakukan cara lainnya. Sebab, tidak semua pasien yang terpapar harus dirawat di RS.
Untuk fasilitas yang ada di RS Darurat, ia akan berkoordinasi dengan RSUD dr Soewandhie, RSUD BDH, dan puskesmas.
“Nanti ada yang kami taruh di puskesmas, seperti oksigen yang kotak-kotak itu kami taruh puskesmas. Jadi nanti puskesmas itu akan ada pelayanan yang lebih ketika dibutuhkan,” jelasnya.
Namun, Eri tidak dapat memastikan berapa jumlah bed hingga oksigen yang akan diberikan kepada RSUD dan puskesmas milik pemkot. Di Surabaya sendiri ada dua RS Darurat, yakni di RS Lapangan Tembak dan GBT.
“Bed sama oksigennya itu sudah saya minta data untuk dibagikan ke puskesmas. Kalau pendataannya sudah dilakukan bulan lalu, tapi bisa dikoordinasikan. Nggak semua puskesmas bisa dikasih, karena ruangannya nggak ada,” tandas Eri.
Sumber: detik.com