WONOGIRI – Kalangan medis berpendapat bahwa gangguan ginjal tak bisa disepelekan. Sebab, banyak persoalan lain yang terkait dengan penyakit ini. Bahkan saat ini diperkirakan 10 persen penduduk di dunia terkena penyakit ginjal kronik (PGK). Namun sembilan dari sepuluh orang tidak menyadarinya.
Dokter spesialis penyakit dalam RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dr. Endra Dwi Cahyana, Sp.PD mengatakan, menurut riset kesehatan dasar (riskesda) 2018, prevalensi penyakit gagal ginjal meningkat menjadi 0,38 persen. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2013 yang hanya 0,2 persen.
”Namun, diperkirakan jumlah angka sebenarnya lebih tinggi dari itu,” kata dia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pernefri pada 2006 di beberapa daerah di Jawa, penyakit gagal ginjal mencapai sekitar 12,5 persen. Data Indonesian Renal Registry (IRR, 2018) memperkirakan angka kejadian gagal ginjal yang memerlukan dialisis adalah sekitar 499 per juta penduduk. Angka kematian juga tinggi. Bila pasien sudah mengalami gagal ginjal, itu akan mengganggu 8-10 persen kehidupan pasien dari orang normal.
Menurut Endra, penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Perawatannya difokuskan untuk mencegah dan memperlambat agar penyakit tidak berkembang serta meredakan rasa sakit. Saat ini, diabetes merupakan penyebab tertinggi terjadinya gagal ginjal, diikuti dengan penyakit batu saluran kemih dan darah tinggi.
Karena itu penderita diabetes sejak dini harus mencegah terjadinya gangguan ginjal akibat komplikasi diabetes atau nefropati diabetik agar tidak menjadi gagal ginjal. Karena pasien dengan diabetes rentan terjadinya gangguan nefropati.
”Diabetes yang diderita lebih dari lima tahun bisa mengganggu organ lain, jika baru menderita belum bisa terlihat,” kata Endra.
Berdasarkan data RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri, kunjungan per bulan dengan terdiagnosa gagal ginjal kronik ada 98 hingga 100 orang. Mereka rutin cuci darah dua kali dalam sepekan. Jika ditotal dalam sebulan, RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso dapat melakukan tindakan cuci darah sebanyak 768 kali.
Itu dilakukan setiap hari dan dibagi dua sif pagi dan sore dengan tetap dipantau oleh enam perawat yang telah melalui pelatihan di setiap sif. RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri memiliki 21 mesin hemodialisa dengan satu alat untuk ditempatkan di ruang isolasi bagi pasien dengan infeksi, satu alat yang disediakan khusus untuk pasien gagal ginjal dengan infeksi Covid-19.
Pada era BPJS saat ini, penyakit gagal ginjal menjadi empat terbesar dalam menghabiskan dana sebesar 12 persen dana penyakit katastropik oleh BPJS, setelah penyakit jantung, kanker, dan stroke.
Dia menambahkan, gangguan pada ginjal bisa dicegah dari awal sebelum menjadi kronik. Salah satu caranya adalah dengan melakukan cek kesehatan diri meskipun tidak ada gejala itu dikeluhkan dengan melihat hasil laboratorium air seni, dan kimia ginjal. Penyakit ginjal memang bisa dicegah.
”Selain itu mengatur asupan obat yang sesuai, dan tidak minum obat sembarangan,” tandasnya. (al/adi/dam)
Sumber: jawapos.com