Sebuah rumah sakit perlu untuk melakukan analisis dalam menentukan keputusan atas pengembangan layanan, terutama dalam mengadopsi teknologi terbaru misalnya dalam bentuk peralatan medis. Salah satu metode yang dapat dipergunakan dalam rangka analisis layanan tersebut melalui pendekatan Life Cycle Costing (LCC). Metode ini berawal dari konsep product lifecycle management (PLM), dimana PLM merupakan suatu proses mengelola seluruh daur hidup suatu produk dari mulai dari tahap konsep, desain, produksi, servis, hingga suatu produk tidak dapat digunakan kembali. Ditarik dari sini, definisi Life Cycle Costing merupakan suatu analisis biaya produk selama masa daur hidupnya mulai dari perancangan hingga tidak dapat dipergunakan lagi.
Salah satu penelitian dilakukan oleh Dr Vikas dan Nishan Sharma untuk melakukan analisis dengan pendekatan LCC ini terhadap produk diagnostik MRI pada pelayanan tersier di salah satu rumah sakit pendidikan di India. Dalam analisisi ini, LCC meliputi:
- Biaya pembelian dan biaya – biaya terkait seperti pengiriman, instalasi, komisi dan asuransi.
- Biaya Operasional termasuk biaya utilitas seperti listrik, air dan biaya pemeliharaan
- Biaya akhir masa pakai /End-of-life cost seperti biaya pemindahan, daur ulang, perbaikan dan sebagainya
- Usia dan masa garansi dari aset.
Metode costing yang dilakukan membagi biaya atas biaya tetap dan variabel. Dimana biaya tetap meliputi gaji, biaya penyusutan gedung, biaya pemeliharaan gedung, biaya penyusutan alat dan biaya pemeliharaan alat. Sementara itu, biaya variabel meliputi biaya film dan kontras, biaya bahan (seperti ATK, obat – obatan, persediaan medis dan bahan pembersih), biaya listrik dan biaya bahan bakar). Hasil analisis unit cost pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Setelah diketahui fixed cost dan variabel cost – nya maka dilakukan analisis Break Even Point (BEP). Berdasarkan penelitian ini diketahui BEP dapat dicapai dengan melakukan pemeriksaan MRI selama +/- 3 tahun dengan jumlah pemeriksaan sebanyak 13,373 kali dengan rata – rata pemeriksaan per tahun sebesar +/- 5000 pemeriksaan.
Analisis LCC dilakukan dengan menyusun analisis pendapatan dan biaya selama umur alat serta dilakukan menghitung present value dari pendapatan dan biaya di masa depan. Gambaran analisis tersebut adalah sebagai berikut:
Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa selama umur alat MRI dioperasikan maka dapat menghasilkan potensi pendapatan sebesar 66,776,174 Rupee atau setara dengan 12 Milyar Rupiah yang merupakan hasil analisis Net Present Value selama 10 tahun ke depan. Dengan analisis ini rumah sakit dapat memperoleh pertimbangan yang lebih matang dalam mengambil keputusan investasi jangka panjang suatu peralatan medis.
Adapun penelitian ini, menyadari masih memiliki keterbatasan terkait harga pelayanan yang variatif antar rumah sakit, kemudian ketepatan perkiraan biaya yang tidak mudah untuk dilakukan, serta analisis biaya masih terbatas pada biaya yang terkait langsung dengan MRI, belum melibatkan biaya-biaya tidak langsung dalam pelayanan rumah sakit.
Referensi tulisan
Sahu A, Vikas H, Sharma N. Life cycle costing of MRI machine at a tertiary care teaching hospital. Indian J Radiol Imaging 2020;30:190-4.