Rehabilitasi, proses memulihkan kesehatan individu melalui pelatihan dan terapi, menjadi terganggu akibat pandemi COVID-19. Digitalisasi layanan kesehatan meningkat eksponensial dengan adanya telehealth. Telerehabilitasi (TR) merupakan pemberian layanan rehabilitasi melalui informasi dan teknologi komunikasi. Layanan TR meliputi evaluasi, penilaian, pemantauan, pencegahan, intervensi, pengawasan, pendidikan, konsultasi, dan pembinaan. Layanan TR dapat digunakan untuk pasien dan banyak fasilitas kesehatan termasuk klinik, rumah, sekolah, dan tempat kerja.
Keuntungan telerehabilitasi diantaranya kenyamanan berlatih dari rumah, kemampuan untuk pemulihan pasien terlepas dari waktu jadwal tenaga kesehatan, dan peningkatan kualitas instruksi latihan karena tersedia untuk review berulang pada format video. Akses ke perawatan berkualitas tinggi meskipun keterbatasan geografis, pengurangan frekuensi perjalanan, waktu tunggu, fleksibilitas, dan efektivitas biaya merupakan manfaat tambahan. Terbatasnya literasi komputer, koneksi internet yang tidak dapat diandalkan, kendala bahasa, ketidakmampuan untuk melakukan latihan fisik yang sebenarnya, privasi pasien, dan masalah keamanan adalah tantangan.
Akses ke teleservis, kurangnya akses ke perangkat pintar, komputer, kesulitan dalam menggunakan perangkat atau software secara efektif, dan privasi sering menjadi masalah. Akses digital pada manfaat atau intervensi dapat menghambat mereka yang tidak memiliki akses internet. Di sisi lain layanan tatap muka akan membantu sosialisasi, membangun percaya diri, belajar instrumen latihan, bimbingan dan pelatihan langsung. Tidak tersedia daya yang dapat diandalkan, jaringan, bandwidth, dan kekurangan perangkat multimedia menjadi perhatian utama. Tidak memadai pelatihan bagi tenaga profesional, perizinan, tanggung jawab, malpraktik, kerahasiaan, masalah budaya, stigma lingkungan, penyalahgunaan, perdukunan, keterjangkauan, pengurangan motivasi dasar, dan keterbatasan ruang untuk berolahraga dengan benar di rumah dapat memperumit masalah. Lansia membutuhkan instruksi berulang untuk TR. Pencahayaan kurang optimal, kemampuan mendengar yang buruk, penurunan panggilan, kesulitan dalam mengingat langkah – langkah prosedural, jeda selama percakapan, dan kesulitan dalam pemecahan masalah jarak jauh juga menjadi kekhawatiran tersendiri.
Indikasi klinis untuk telerehabilitasi meliputi gangguan muskuloskeletal, punggung bawah sakit, spondylosis, osteoarthritis, leher nyeri, bahu beku dan nyeri sendi pasca penggantian. Kondisi neurologis termasuk stroke, neurotrauma, gangguan neurodegeneratif, serebral palsi, pasca TB, meningitis, gangguan neuromuskular, sindrom Gullian Barre, deuchenne muscular dystrophy and demyelinating diseases. Gangguan paru obstruktif kronik, kondisi pasca-ICU, pasca COVID-19, gangguan kardiovaskular, visual, pendengaran, gangguan perkembangan, disfungsi bicara dan suara, gangguan menelan dan disfungsi kognitif juga mendapat manfaat dari TR. Penilaian virtual untuk nyeri, pembengkakan, rentang gerak, kekuatan otot, keseimbangan, gaya berjalan, dan penilaian fungsional menunjukkan penilaian fisik yang baik. TR dapat memberikan personalisasi berkualitas tinggi untuk fisioterapi muskuloskeletal. TR untuk kondisi muskuloskeletal akan mengurangi rawat inap dan kerumunan rawat jalan.
Selain itu, TR adalah tindakan rehabilitasi yang sangat baik untuk pasien COPD yang dapat berolahraga di rumah, sambil dipantau dari pusat perawatan. Literatur terbaru telah menunjukkan bahwa TR untuk penyakit paru – paru sebagai rehabilitasi paru yang efektif. Dalam sebuah publikasi baru – baru ini, tindak lanjut dan konseling efektif melalui telepon dan media sosial (Facebook, Twitter, dan email). Telerehabilitasi jantung termasuk sepeda dengan layar sentuh dan sensor nirkabel untuk pemeriksaan EKG pasien, tekanan darah, dan saturasi oksigen secara real time. Petugas di rumah sakit dapat terhubung jarak jauh ke layar sentuh komputer pasien untuk menyesuaikan latihan berdasarkan latihan sebelumnya dan memantau kondisi kesehatan pasien secara realtime selama rehabilitasi. Latihan dapat dihentikan jika terdeteksi ada ketidaknormalan. Mesin bisa dihubungkan dengan perangkat seperti lengan robot, kaki robot, sarung tangan data, dan kacamata pintar. Perangkat pintar tersebut digunakan dalam lingkungan simulasi 3 dimensi. Sebuah aplikasi TR canggih digunakan secara realtime untuk pemeriksaan video fluoroskopi melalui internet. Sistem ini memungkinkan menangkap dan menampilkan gambar secara realtime hanya dengan jeda tiga hingga lima detik.
TR untuk anak – anak mengandaikan ruang yang memadai untuk anak mendemonstrasikan keterampilan motorik kasar, termasuk duduk, merayap, berjalan, berlari, melompat, sesuai usia dan perkembangan. Persiapan teknis sebelum memulai, selama, dan menutup pertemuan virtual sangat penting, termasuk interaksi dengan orang tua.
Mengintip masa depan telerehabilitasi menggambarkan bahwa TR akhirnya akan terintegrasi dengan rumah pintar di kota pintar. Pemantauan fungsional dengan sensor tempat tidur, sensor aktivitas/gerakan dan monitor akan menjadi kenyataan. Hal ini akan diikuti dengan menghubungkan rumah kepada sensor lantai, furnitur pintar, sensor medis, alat bantu robot, kursi roda listrik, kontrol tungkai prostetik, sistem otomatisasi rumah dan AI Chatbot di rumah yang mana akan memberikan nilai tambah. Tujuan penerima manfaat merupakan hal penting. TR hanyalah alat untuk mencapai hal tersebut.
Sumber : Asian Hospital & Healthcare Management, Issue 53, 2021.